Minggu, 30 Agustus 2009

PENDAHULUAN


Teguhphillia
Saya memilih judul itu dikarenakan nantinya semua tulisan-tulisan saya akan lebih banyak membicarakan tentang segala hal yang saya suka.Dari tulisan-tulisan ini nantinya,mudah-mudahan saya menemukan banyak teman yang mempunyai kesukaan atau hobi yang sama,yang saya harapkan bisa saling bertukar pandangan atau wawasan,saling berpendapat,dan tentunya mengoreksi apabila ada kekeliruan dari tulisan-tulisan saya ini.Jika dilihat dari susunan katanya,memang agak nyleneh(aneh).Teguhphillia,terdiri dari dua kata,yaitu teguh,dari bahasa Jawa,yang berarti kokoh,kuat,konsekuen,dan phillia,dari bahasa Latin,yang artinya kecenderungan,kesukaan,atau hobi.Jadi kalau digabungkan sesuai keinginanan saya adalah segala hal yang saya(Teguh) suka atau yang menjadi hobi saya,dan saya konsekuen dengan kesukaan saya itu,yang mungkin bagi banyak orang menilai itu semua itu sesuatu yang norak,ketinggalan jaman,kuno,dan lain sebagainya.Karena sebenarnya kalau mengacu arti dari susunan katanya yang benar,ya suka Teguh,kok sepertinya sangat narsis,maka saya artikan kesukaan Teguh.Sebenarnya tidak ada maksud sama sekali pada diri saya untuk menjadi narsis,hanya berpijak pada keinginan untuk mencari teman-teman yang sehobi dengan saya.
Tentang Diri Saya
Saya lahir di sebuah kota,yang sampai sekarang masih merupakan ibukota propinsi Jawa Tengah,yaitu kota Semarang.Lahir pada bulan Februari,tahun 1976,tahun kabisat,tanggal 29 jam 23.45 WIB,pada hari minggu di Rumah Sakit Umum Dr.Karyadi Semarang.Sebenarnya saya bukan anak yang pertama,tetapi karena ibu saya mengalami keguguran pada waktu mengandung anak yang pertama,akhirnya saya yang harusnya anak kedua menjadi anak pertama(sulung),dikarenakan saya masih mempunyai satu adik lagi,laki-laki,selisih 4 tahun dari saya.Kalau menurut penanggalan Jawa,kelahiran saya itu sudah masuk hari senin,tetapi jika menurut kalender Masehi,kelahiran saya itu masih termasuk hari minggu,tanggal 29.Akhirnya tiap 4 tahun sekali,di tahun kabisat,setiap tanggal 29 Februari,ulang tahun saya dirayakan,lumayan bisa menghemat.Sedangkan weton(hari pasaran) saya tetap masuk hari senin kliwon,bukan minggu wage.Mengenai segala hal tentang Penanggalan Jawa,akan dibicarakan di dalam satu bab sendiri.
Kedua orang tua saya adalah orang yang sangat sederhana,ayah saya hanyalah seorang sopir tangki air,dan ibu saya seorang ibu rumah tangga biasa yang kadang nyambi(kerja sampingan) menerima jahitan di rumah.Ayah saya bernama Romadi atau Darmadi,yang sebenarnya mempunyai nama kecil,Hario Rumadi Danang Setio,dan ibu saya bernama Lestari atau Tugiyem(nama kecil pemberian orang tua asuhnya).Oleh kedua orang tua saya itu saya diberi nama lengkap Teguh Slamet Rahardjo(sebenarnya nama pemberian kakek dari ayah saya,Teguh Rahardjo saja,nama Slamet disisipkan untuk menghormati teman karib ayah saya bernama Slamet,yang telah berjasa banyak menolong pada waktu proses kelahiran saya.Nama bagi orang jawa sangatlah penting,karena nama mencerminkan suatu doa,pengharapan,dan pengaruh bagi yang memiliki nama tersebut.Teguh berarti kuat dan kokoh,Slamet berarti terlindung dari bahaya,bisa juga diartikan sukses,dan Rahardjo berarti bahagia.Jadi orang tua saya berharap kelak saya menjadi orang yang kokoh dalam pendirian,terlindung dari marabahaya,dan hidup bahagia dunia akhirat.Masa kecil saya jalani di dua kota,yaitu Semarang dan Solo,tinggal bersama kedua orang tua saya hanya sampai umur 7 tahun,pada tahun 1983 saya diminta kakek saya buat tinggal dan disekolahkan di kota Solo,atau Surakarta.Ada dua alasan mengapa orang tua saya menginginkan saya tinggal bersama kakek dan nenek saya di Solo,yang pertama jelas karena alasan ekonomi,yang keduanya karena kakek dan nenek saya merasa kesepian,jadi membutuhkan teman atau cucu yang bisa meramaikan suasana.Harapan orang tua saya,kelak saya bisa lebih sukses/berhasil dalam karier seperti kakek dan nenek saya,tidak seperti kedua orang tua saya.Perlu diketahui kakek saya bernama Prodjosoemarto adalah seorang mantan pejabat negara,yang karier terakhirnya sebagai Residen(pembantu gubernur) Jawa Tengah,sebagai Residen Banyumas,sebelumnya juga pernah menjabat sebagai Bupati Tegal di era kepemimpinan Presiden Soekarno.Bahkan juga pernah menjabat sebagai Residen Samarinda,Kalimantan Timur walaupun cuma sebentar.Sedangkan nenek saya adalah seorang guru,terakhir sebagai guru di SMP Negeri 17 Surakarta,beliau bernama Sri Wahjoeni.Sebenarnya nenek saya ini bukanlah nenek saya yang asli,nenek saya yang asli bernama Soerjati,ibu dari ayah saya,sudah meninggal dunia sejak tahun 1950(ayah saya masih berumur 6 tahun),tapi kemudian kakek saya mengambil istri,adik dari nenek saya yang asli,yang istilah jawanya,ngarang wulu jadi nenek saya,Sri Wahjoeni ini masih bibi dari ayah saya.Dari nenek sayalah darah bangsawan ini mengalir,nenek saya masih keturunan ke-4(cucu canggah) Sinuhun Paku Buwono V,raja Karaton Surakarta Hadiningrat.Tentang riwayat dan kisah-kisah raja-raja Mataram khususnya Karaton Surakarta,juga dibicarakan di dalam bab sendiri.Jadi saya mulai dari SD(Sekolah Dasar),di SDN Bumi I no.67,kemudian sekolah di SMPN 10,SMAN 4,dan akhirnya kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret(UNS) semuanya di kota Solo(Surakarta).Hanya pas libur panjang sekolah,libur lebaran saja saya pulang ke Semarang.Hal ini membuat saya menjadi kurang begitu akrab dengan kedua orang tua saya terutama ayah saya.Pola asuh,didikan,gemblengan dari kakek sayalah yang membentuk karakter/kepribadian saya dikemudian hari.Pola asuh yang penuh kedisiplinan,harap dimaklumi karena kakek saya dulunya juga mantan polisi pamong praja,lulusan sekolah di STOVIA Madiun(sekarang mungkin STPDN),kedisiplinan itu seperti tidur harus jam 8 malam tepat,bangun jam 5 pagi,harus sarapan,berangkat sekolah tidak boleh terlambat,pulang sekolah juga harus tepat,kalau mau main ke rumah teman harus ijin,pulangnya tidak boleh sampai menjelang maghrib.Jika semua itu dilanggar,akan mendapatkan sangsi yang berat,mulai dari hukuman dikurung di dalam kamar sampai hukuman fisik.Pokoknya masa kecil saya penuh dengan pengorbanan,sampai kakek saya meninggal dunia di tahun 1988,ketika saya masih duduk di bangku kelas 6 SD.Pola asuh kemudian beralih ke nenek saya yang lebih santai dan fleksibel,maklum nenek saya adalah hasil dari didikan barat(Belanda).Walaupun dari keluarga bangsawan tapi tidak kolot dan kaku.Tidak heran kalau nenek saya lebih menyukai musik-musik klasik daripada gamelan,lebih suka dansa daripada tarian Jawa.Pola asuh yang demikian ini malah justru membuat saya lebih dewasa,dan bertanggungjawab,tidak seperti robot yang tidak mempunyai pendirian,hanya pokoknya menurut saja.Tinggal bersama nenek saya membuat saya lebih nyaman dan berkembang,sampai akhirnya saya bisa lulus Sarjana Kedokteran(S.Ked) di tahun 2000.Sayang nenek saya tidak menangi(mengalami) saya disumpah menjadi seorang dokter,karena beliau keburu dipanggil Sang Khalik,meninggal akibat sakit yang dideritanya(sakit sirosis hepatis) di tahun 2001.Nenek saya ini sangat aktif semasa hidupnya,bahkan beliau tidak pernah lupa menulis buku harian sampai menjelang ajalnya.Catatan-catatan peristiwa penting di buku harian nenek saya ini nantinya akan saya tulis di bab tersendiri juga.Akhirnya sampai sekarang saya tinggal bersama ibu dan adik saya di Solo,dikarenakan ayah saya menikah lagi di Semarang,saya masih belum bisa melupakan kenangan-kenangan indah di kota Solo tercinta,terutama di desa(kelurahan) Penumping,kecamatan Laweyan.Kenangan-kenangan indah di masa-masa sekolah dulu,lingkungan yang aman dan nyaman,para tetangga yang ramah menyenangkan.Semua itu tidak bisa tergantikan.Apalagi ibu saya sudah sangat kerasan(betah) tinggal di lingkungan itu.Saya sekarang bekerja sebagai dokter umum di klinik 24 jam di bawah naungan PT.Yakesti Group,di daerah Kota Bekasi,Jawa Barat.Tadinya saya bekerja di klinik 24 jam,dengan harapan dapat sekalian menjalankan PTT(Pegawai Tidak Tetap) dengan cara lain,tidak ditempatkan di pelosok daerah terpencil,yang nantinya supaya mendapatkan SIP(Surat Ijin Praktek),tetapi karena mungkin menjadi terlena,sampai selesai PTT pun saya masih mau bekerja di klinik 24 jam ini.Gaji yang lumayan,bekerja tidak begitu capek,lingkungan/suasana kerja yang kondusif,membuat saya betah,walaupun tentunya banyak komentar-komentar miring dari teman-teman sejawat dokter lainnya,tetapi saya sepertinya kok bisa menikmati.Libur bisa sewaktu-waktu saya inginkan,jika saya mendapatkan pengganti jaga.Ditambah saya masih bisa mendapat cuti seminggu setiap bulannya buat pulang ke Solo.Sejak tahun 2003 saya bekerja di klinik 24 jam sampai tulisan ini saya buat.Entah sampai kapan saya bisa kuat menjalaninya.Kadang ada juga perasaan jenuh,kangen berkumpul bersama keluarga,atau kepingin melanjutkan sekolah,tetapi bagaimana lagi memang ini kemampuan saya bisa kuat menjalaninya,ya saya jalani.Sepertinya hidup memang suatu pilihan,walaupun pahit,kalau dijalani dengan senang,ikhlas,dan santai semuanya jadi terasa enteng.Sampai sekarang pun saya masih menjomblo,entah kenapa kok belum ada pilihan hati yang sreg buat saya.Apa jangan-jangan memang saya lebih enjoy dalam kesendirian.Mudah-mudahan tidak,bagaimanapun juga saya membutuhkan seorang pendamping hidup,yang mungkin waktu sekarang belum terasa membutuhkan,tapi entah esok jelas saya akan merasa sendiri,kesepian,tidak ada istri maupun anak.Garis keturunan orang tua saya bisa-bisa akan berakhir sampai saya saja.Demikian itulah sekelumit hal tentang diri saya.Apa yang menjadi kesukaan saya tentunya berkaitan dengan latar belakang saya yang mulai dari pendidikan/pola asuh kakek dan nenek saya sampai sekarang saya sudah menjadi seorang dokter.Apakah yang menjadi kegemaran saya itu mulai dari sejak kecil sampai sekarang? Tidak seperti anak-anak yang lainnya,yang lebih banyak waktu bermainnya,saya justru sangat jarang bermain.Waktu luang selalu digunakan buat belajar,belajar,dan belajar.Belajar disini adalah membaca buku dengan suara keras yang dimaksudkan supaya kakek saya bisa mendengar dari balik ruang makan.Ruang belajar saya adalah ruangan tamu,jadi saya harus membaca dengan keras supaya kakek saya bisa tahu kalau saya sedang belajar.Kesukaan membaca ini yang sampai sekarang masih ada,yang tidak jarang hampir tiap bulan saya selalu membeli satu dua buah buku.Buku-buku apa aja,terutama buku-buku sosial budaya,sejarah,seni,filsafat,kedokteran dan lain-lain.Ada cukup banyak koleksi buku saya,yang sepertinya bisa menjadi sebuah perpustakaan pribadi.Dan ini anehnya saya lebih senang atau lebih jelas kalau isi dari buku itu saya baca dengan bersuara dan pelan,pelan tetapi dihayati,ini yang membuat hafalan saya lebih gampang diingat.Saya menjadi lebih suka menghafal daripada berhitung.Jarangnya bermain membuat dampak yang kurang baik juga,yaitu saya menjadi kurang kreatif dan inovatif,menjadi pribadi saya yang cenderung pasif.Jadi hobi saya yang pertama adalah membaca.Yang kedua adalah kesenian,dalam hal ini adalah seni tari,gamelan,wayang kulit maupun orang.Saya suka lukisan,tapi tidak bisa melukis,lukisan naturalis dan geometris lebih saya sukai,ini yang membuat saya menyukai corak-corak batik.Menari menjadi hobi saya karena semenjak kecil saya sudah disuruh les menari waktu kelas 3 SD sampai 6 SD,karena kakek saya sangat menyukai tarian,yang jelas tentunya tarian klasik Jawa.Mungkin jika kakek saya masih hidup,saya sudah masuk kuliah jurusan tari.Disamping tari,ada musik pengiringnya yaitu gamelan.Kalaupun tidak begitu ahli memainkan gamelan,tapi sedikit banyak saya pernah memainkannya,seperti mulai dari menabuh(membunyikan) gong,kenong,saron,demung sampai bonang saya pernah bisa memainkannya,tapi itu dulu sudah lama sekali semenjak saya SMP.Walaupun begitu,saya masih sangat menyukainya,musik gamelan bagi saya terasa lebih menyejukkan,ngresep,membuat perasaan menjadi ayem tenteram.Selain tarian dan gamelan yang menjadi kesukaan saya,wayang kulit maupun wayang orang juga sangat saya sukai.Wayang Kulit terutama,sampai saya bela-belain melihat sampai selesai(tancep kayon),semalam suntuk tidak tidur,apalagi yang mendalang dalang favorit saya,Ki Anom Suroto dan Ki Purbo Asmara.Wayang Orang juga demikian,kebetulan rumah saya di Solo dekat dengan gedung Wayang Orang Sriwedari,sejak saya kecil sampai sekarangpun wayang orang di Sriwedari itu masih dimainkan.Hobi saya yang lainnya adalah jalan-jalan atau wisata kuliner,keinginan mencoba masakan-masakan daerah membuat saya tambah wawasan tentang selera lidah banyak orang,makanan menjadi tidak monoton,lebih bervariasi.Masakan jawa tetap yang terfavorit,baru masakan daerah lain,seperti masakan Padang,Sunda,Betawi,Palembang,dan Makasar dan juga masakan asing/luar negeri seperti pizza,burger,kebab,teriyaki pernah saya coba.Nantinya juga akan saya bikin satu bab sendiri tentang info kuliner ini.Informasi tentang tempat-tempat makan yang enak,dan makanan asli/daerah mana yang perlu dicoba.Hobi saya yang terakhir ini sama sekali tidak terduga,karena baru sekarang saya menyukainya.Dulu-dulunya tidak saya pedulikan,bahkan terkesan saya cuekin,karena kakek dan nenek saya pun juga begitu tidak memperlihatkan minatnya.Apa hal ini menjadi sesuatu yang sinengker(dirahasiakan)? Saya tidak tahu.Jika tidak adanya suatu kejadian atau peristiwa yang ‘istimewa’ itu,sampai sekarang pun saya mungkin masih menganggap itu sesuatu hal yang biasa,bahkan cenderung berbau klenik,takhayul,lebih-lebih menjurus ke kemusyrikan.Apakah itu? Yaitu keris..ya..keris warisan leluhur saya entah itu dari pihak kakek atau nenek saya,saya kurang begitu paham,karena semasa hidupnya kakek maupun nenek saya tidak pernah bercerita darimana asal-usul keris keluarga saya itu.Saya hanya ditugasi membersihkan(memandikan) atau istilah jawanya njamasi saja.Membersihkan dengan jeruk nipis,kemudian dicuci dengan air biasa terus dikeringkan,setelah kering baru diminyaki,biasanya dengan minyak parfum cendana,hal yang sekarang baru saya ketahui meminyaki dengan parfum itu tidak diperbolehkan,ini malah justru lebih cepat membuat keris itu karatan.Pekerjaan itu rutin tiap tahun,di bulan Suro(Muharram) saya kerjakan baik semasa nenek saya masih hidup sampai beliau sudah meninggal.Tugas itu saya kerjakan sejak tugas menjamasi yang tadinya dikerjakan kakak nenek saya meninggal dunia.Pada waktu rumah warisan nenek saya mau dibongkar,karena sudah dibeli oleh salah satu cucu warisnya juga,semua peninggalan harta warisnya dibagi-bagikan ke ahliwarisnya.Semua barang telah dibagi,tetapi ada salah satu cucu warisnya(sepupu saya) yang merasa dia yang mempunyai hak membagi keris peninggalan leluhur saya,mengambil semua keris berjumlah dua buah(yang sebenarnya tiga buah) ke luar kota untuk ditanyakan ke ahli keris,apakah keris ini ‘asli’ atau tidak,tanpa sepengetahuan saya yang pada waktu itu saya masih di Bekasi,kalau bukan tanpa sengaja saya menanyakan sesuatu tentang kasus pasien saya,mungkin dia tidak akan memberitahu kalau keris warisan itu telah dia bawa ke Semarang.Akhirnya saya pasrah,toh mungkin keris itu memang sudah menjadi haknya atau beruntung keris itu ada yang mau merawatnya.Menurut dia,keris-keris itu akan ditanyakan ke ahlinya,untuk mengetahui cocok tidaknya bila diwariskan ke siapa ahli warisnya.Sampai akhirnya selama kurang lebih 4 bulan lamanya tidak ada kabar tentang keris itu.Pada bulan Oktober 2008,di kota Solo ada pameran World Heritage City di Pura Mangkunegaran,diselenggarakan bermacam-macam produk kerajinan khas kota Solo,seperti batik,wayang kulit,handycraft lainnya,masakan tradisonal,dan pameran keris.Pameran keris cukup banyak peminatnya,karena disamping dipajang berbagai macam keris dari berbagai jaman periode pembuatannya,juga ditampilkan teknik-teknik penempaan keris di suatu besalen(bengkel keris).Ada banyak pertanyaan,semuanya sepertinya menanyakan berapa rata-rata harga sebuah keris(atau istilah dalam dunia perkerisan,menanyakan berapa maharnya/maskawinnya),menurut ahli keris itu,jika memang benar keris itu langka,kuno/tua,tapi masih bagus/utuh,harganya bisa sampai ratusan juta.Mendengar itu semua,saya jadi teringat keris warisan leluhur saya yang dibawa sepupu saya.Jangan-jangan ditanyakan ke ahlinya itu buat dijual.Wah,tidak bisa ditolerir ini,langsung saat itu juga saya sms dia,menanyakan keris-keris itu.Jawaban smsnya,keris-keris itu memang sudah ditanyakan ke ahlinya,dan dikatakan kalau keris-keris itu tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya karena sudah lama bersama,jadi kalau mau dibawa ya dibawa semuanya,dan suaminya kok menjadi tertarik dengan keris-keris itu.Saya mengendus adanya tipu muslihat,langsung saja saya bilang kalau ada bagian hak saya disitu,jadi keris harus dibagi ke salah satunya ke saya.Esok harinya sepupu saya itu menelpon,kalau dua keris itu sudah ditanyakan ke ahlinya di Semarang,bahwa kedua keris itu memang ‘asli’,keris sepuh,dan jika ada warisnya yang tidak kuat merawat atau menyimpannya malah akan membikin sengsara atau musibah,maka lebih baik jika dihibahkan ke museum atau dijual saja,yang nanti hasil penjualannya dibagikan ke semua ahli warisnya.Kaget saya mendengar jawaban saudara sepupu saya itu,dugaan saya selama ini ternyata benar,keris-keris itu memang akhirnya akan dijual.Tidak kuat saya mendengar jawabannya,saya pokoknya tetap menginginkan salah satu dari ketiga keris itu,jika saya sudah mewarisi salah satu keris itu,keris yang lainnya saya tidak peduli,mau dia jual atau dikasih ke orang lain saya tidak mau tahu.Dia juga kaget,mendengar omongan saya kalau keris leluhur saya itu ada tiga,karena dia berani bersumpah kalau keris yang dia bawa itu cuman dua.Saya tetap bersikukuh kalau keris warisan itu ada tiga,karena terakhir kalinya tahun kemarin masih saya jamasi.Sepupu saya itu masih tetap ngeyel,dia tetap berkeyakinan kalau cuman dua yang dia bawa,mengenai jenis(dhapur) keris yang mana yang dia bawa dia tidak hafal,sampai-sampai dia meminta ibunya(tante saya) menelpon saya untuk menjelaskan sebagai saksi yang pada waktu juga melihat sendiri keris yang dia bawa itu cuman dua.Tapi ya sudahlah,menurut saya keris warisan itu memang ada tiga,masalah sepupu saya sudah berbohong pada saya ataukah tidak saya pasrah kepada Allah.Hanya saya bilang mungkin satu keris yang ‘ketinggalan’ itu tidak mau ngikut bersama dia.Saya tetap pada pendirian,tetap meminta satu keris warisan itu.Akhirnya disepakati semua keris mau dibawa ke Solo,untuk diperlihatkan ke saya,mana yang akan saya ambil.Besok paginya,jam 8 pagi saya dapat sms,yang sms itu masih saya simpan sampai sekarang,sepupu saya itu bilang kalau suaminya kaget,setelah dia membuka lemari yang untuk menyimpan keris,ternyata kerisnya ada tiga,padahal kemarin jelas-jelas yang dia bawa cuman dua.Sungguh aneh tapi nyata,tapi malah membuat dia menjadi ketakutan(merinding),keris yang terakhir akan ditanyakan juga ke ahlinya.Saya juga heran,padahal selama ini,saya yang merawatnya tidak pernah diperlihatkan hal-hal yang aneh-aneh atau ganjil.Saya anggap seperti barang peninggalan biasa saja.Saya ngotot ingin memiliki salah satunya,dikarenakan adanya rasa ketidakadilan yang saya rasakan,saya tidak mendapatkan sepeser pun dari uang hasil penjualan rumah warisan itu,yang sebenarnya sangat berat untuk dijual karena banyak kenangan saya disitu.Dengan dalih,ada salah satu warisnya(kakak ayah saya) yang sangat membutuhkan uang warisan itu dengan segera,membuat semua keluarga bersepakat untuk menjualnya.Tapi ternyata rumah warisan itu malah dibeli oleh salah satu ahli warisnya juga(suami sepupu saya yang lainnya).Karena masih famili,jadi harga rumah itu jelas lebih murah,dan yang lebih mengenaskan pembayarannya ke kakak ayah saya malah dengan cara menyicil.Sampai akhir hidupnya kakak ayah saya itu belum dapat memenuhi keinginannya yang paling pokok yaitu mempunyai rumah walaupun sepetak dan menyekolahkan kedua anaknya yang masih kecil.Kembali ke keris itu,pada akhirnya sepupu saya menyerahkan semua keris peninggalan leluhur saya sebanyak tiga buah itu ke saya,keris-keris itu semua akan dibawa ke Solo dan akan diberikan semuanya ke saya.Sungguh aneh memang,keris-keris itu akhirnya jatuh ke tangan saya yang harus melalui caranya yang cukup ‘ajaib’ itu.Hanya saya tidak tahu keris yang mana yang belakangan menyusul itu,karena sepupu saya itu buru-buru menyerahkannya ke ibunya(tante saya),tidak langsung ketemu dengan saya,dan saya harus mengambil sendiri di rumah ibunya,tanpa ketemu dengan dia.Tidak mengapa,yang penting keris-keris itu masih tetap ada pada saya,yang tetap akan saya rawat dan simpan entah sampai kapan.Peristiwa inilah yang melatarbelakangi saya menjadi tertarik/interest untuk mengetahui dan mendalami keris.Sekarang ini masih taraf baru belajar kulit luarnya,untuk mempelajari ‘isi’nya memang membutuhkan energi dan kesiapan mental yang kuat,karena kalau tidak kuat mental,malah-malah bisa menjadi sesat atau ‘gila’ dan menjurus ke kemusyrikan.Jadi topik pembahasan tentang keris kemungkinan akan menjadi pembicaraan yang panjang dan mendalam menjadi satu bab tersendiri.Jadi dalam teguhphillia nantinya akan tercakup bab terutama mengenai keris,wayang,batik,gamelan,musik klasik,kuliner,kesehatan dan segala hal yang melatarbelakanginya seperti sejarah,sosiologi budaya,filsafat,dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya.Mudah-mudahan bisa berguna dan menjadi bahan perenungan dan perbincangan bagi teman-teman sehati dan serasa.