Selasa, 13 Juli 2010

Metalurgi Keris

Nikel adalah merupakan salah satu unsur / mineral yang digunakan sebagai bahan pamor. Sedangkan Galena, Pyrite, serta Chalcopyrite merupakan beberapa diantara sebagai bahan baku besi. Dalam proses pewarangan Nikel memunculkan warna kilap metallic agak biru kekuningan, sedangkan Sulfida Besinya (Galena, Pyrite, Chalcopyrite) akan berwarna hitam keabuan. Dalam keadaan setelah diputih (setengah kering) mineral ini akan berbau sulfida kuat.

Slorok adalah besi yang kemudian dikarburasi menjadi baja. Ia digunakan sebagai tulang penguat bilah dan ditempatkan diantara saton (diapit) - Bahan dasar slorok pada umumnya adalah besi biasa. Akan tetapi yang lebih baik lagi jika slorok adalah besi yang diwasuh secara maksimal kemudian dikarburasi.

Ada perbedaan antara slorok tangguh sepuh dengan nom..Pada tangguh sepuh,slorok adalah besi yang diwasuh maksimal,pada tangguh nom slorok adalah besi fabrikasi(buatan pabrik)..Keduanya kemudian dikarburasi/dibajakan..Jenis besi juga berbeda,terutama pada persen kadar Fe-nya dan unsur pengotor..Penempatan slorok tangguh sepuh dengan nom pada umumnya tidak berbeda,kecuali pada tangguh sepuh tertentu..Warna slorok tangguh sepuh dengan nom juga nyaris berbeda,ini sangat tergantung pada jenis serta tingkat kemurnian besi yang digunakan..

Slorok tangguh sepuh tertentu,misalkan tangguh Majapahit malah seakan tidak menggunakan slorok, sebenarnya ada tetapi sangat sedikit dan tertutup dengan satonnya yang diwasuh maksimal( saton Majapahit ini jarang dikarburasi)..Demikian pula untuk era Singasari/era Buddha,saton diwasuh secara maksimal kemudian dikarburasi(hingga terkesan rigid/keras/berat dan jika terkorosi,ia tetap memiliki tekstur sesetan..Besi yang diwasuh secara maksimal sekalipun terkorosi berat ia tetap akan menampilkan kesan nglempung..Sesetan,celong,krowak,kropos dan sebagainya pada tangguh sepuh era Buddha akan menampilkan kesan nglempung,berbeda dengan tangguh nom jika mengalami korosi seperti di atas akan tampak lebih terkesan rusak madas..Ngunthug cacing adalah sebutan umum untuk subtekstur hasil korosi yang berujud kumpulan dot/matriks keropos dengan penampilan nglempung..

Ada slorok yang dipasang menyelimuti satonnya,sehingga saat dilakukan cutting maka bidang cekung,seperti blumbangan,sogokan,kruwingan mengeluarkan pamor sedang bidang yang tidak dicutting penampilannya polos,misal tangguh Singasari..

Dalam pembuatan baja istilah karburasi adalah penyepuhan..Besi dikarburasi dengan cara
pembakaran dengan temperatur tertentu/dipijarkan,dan ditiupkan udara mengandung karbon,biasanya dilakukan dalam tanur atau converter..Temperatur yang diperlukan tidak boleh mendekati titik lelehnya(kurang dari 1000 derajat Celsius)-cukup dalam keadaan pijar membara.

Kalau dulu barangkali masih dengan cara seperti yang dikerjakan para pande perkakas pertanian hingga sekarang, yakni dengan dipijar (dengan ububan) hingga membara kemudian dicelup ke dalam oli/air biasa/air laut. Saat ini jika ingin membuat Tosan Aji bahan baku seperti baja maupun besi sudah tersedia/siap pakai. Tapi konon untuk proses sepuh ini paling baik dengan arang dari kayu jati (arang jati menghasilkan panas yang cukup tinggi dan sebagai sumber Carbon yang baik), bukan dengan metode teknik karburasi. Arang kayu (kode kimia arang adalah C) sebagai sumber Karbon, dengan melihat warna nyala (jika ada muncul warna biru bersih merupakan petunjuk bahwa oksidasi akan dapat dilakukan dengan baik) sehingga proses karbonisasi secara alamiah terjadi, baru kemudian dalam keadaan membara bakalan Tosan Aji tersebut dicelupkan ke dalam suatu cairan.Tentang nilai kekerasan baja pada saat dulu barangkali para mPu mempunyai patokan sendiri-sendiri, berbeda dengan sekarang (baja diberi penomoran berdasarkan tingkat kekerasannya)..Tentang besi yang bersifat magnet, kalau teknologi sekarang dalam keadaan bijih (terlebih dahulu dipreparasi dengan mill) bahan tersebut dipisahkan dari unsur" pengotornya (yang non logam) dengan suatu alat yang disebut Magnetic Separator - seperti yang dilakukan pada pasir besi di pantai Selatan. Jaman dulu mungkin saja mereka tidak melakukannya.

Diwasuh (diolah tempa-lipat)....... Untuk slorok setahu saya mereka tidak mewasuhnya, kecuali kodokan yang nantinya akan di-mixing dengan bahan pamor sehigga menjadi saton. Example : Tosan Aji tangguh nem2an HB/PB - mereka jarang sekali mewasuh sloroknya (mungkin saat itu mereka sudah impor), yang diwasuh hanya saton. Untuk era kamardikan saya juga sudah pernah menemukan Tosan Aji dengan pengerjaan seperti dulu (slorok disepuh, saton diwasuh) tapi tentu nilainya menjadi berbeda..Saya juga pernah menemui tangguh nem2an Surakarta, keris tersebut dikerjakan dengan teknik Singosari (saya nggak bisa bayangkan betapa sulitnya tetapi mereka ternyata juga mampu), barangkali saat ini para mPu enggan untuk mengerjakan dengan teknik rumit seperti itu. Kebanyakan tangguh kamardikan yang saya temui mereka hanya menggunakan saton saja (tanpa slorok).


Biasanya yang namanya mutrani itu setahu saya bentuk rancang bangun (arsitekturnya) tetap mengikuti pedoman kepada yang diputrani, hanya berbeda di bahan yang digunakan (karena beda jaman, beda daerah, biasanya akan berbeda) juga berbeda dalam teknik pengerjaannya.Sebenarnya mutrani itu sama juga dengan istilah meng-kloning....Yang sulit ditiru itu bahan serta teknik pengerjaannya - coba saja buat Tosan Aji mencontoh tekniknya Blambangan itu.... mereka pasti mumet.... karena mereka harus berfikir keras tentang:
1) jenis serta alloy untuk bahan pamor
2) jenis bahan besi yang digunakan serta kadar Fe-nya
3) teknik tempa yang digunakan dengan konvigurasi selang-seling antara pamor induk dengan pamor anak serta satonnya
4) teknik pemasangan saton diatas kodokan yang diwasuh maksimal dan diletakkan secara vertikal-lateral

Yang namanya semua benda di alam ini pasti ada terdapat unsur C- nya, lha kok mengapa tidak bisa diuji? Oksidasi yang dilakukan oleh udara juga memegang peran dalam peletakan unsur C di semua benda, yang dari saat ke saat unsur C tersebut senantiasa bertambah & tersedimentasi .... kemudian terserap masuk ke dalamnya..

Korosi adalah perusakan pada suatu logam sebagai akibat kegiatan zat-zat kimia seperti asam atau oksigen atmosfer. Reduksi adalah pengurangan oksigen dari suatu zat- misal: reduksi tembaga oksida menjadi tembaga. Sedangkan karat adalah lapisan oksida besi yang terbentuk akibat peristiwa korosi..Perbedaannya korosi alami dengan buatan adalah - Korosi alami penyebarannya tidak merata dan tampilan ukuran dot-nya pun tidak sama (efek rusak berbeda), tetapi korosi karena disengaja seperti menggunakan garam NaCl, asam HCl atau kamalan H2S04 sebaran korosinya merata dan tampilan dot-nya relatif sama (efek rusak sama)...Jika sudah dibesut dulu tampilannya permukaan bilah akan tampak sama dengan yang baru tapi struktur dan jenis metalurginya tidak berubah...Ini yang membedakan objek tersebut masih ori atau sudah di rehab-rekon. Tapi kalau memang ori lama untuk apa diproses seperti itu. . .Tanah dan air itu tetap mengandung media untuk membantu proses perusakan - misal: mengandung zat-zat kimia dan oksigen...

Keris Madura Pamekasan (terutama) dimana kerajaannya mulai muncul di era abad 15 akhir dan bahkan sebetulnya eksistensinya di abad 16 serta mulai bangkit semenjak pengaruh Mataram masuk ke wilayah Madura, maka dari perjalanan itu budaya Tosan Aji dikembangkan. Bahkan Pamekasan juga dikenal sebagai benteng pertahanan sisi timur Kraton Sumenep dari serangan Mataram ketika itu. Jadi berbeda dengan wilayah Sumenep yang lebih dahulu berdiri (resminya semenjak Arya Wiraraja dari Kediri menjadi Adipati Sungenep/Sumenep - abad ke 13). Bahkan asumsi saya keris Sumenep harusnya ada dari era Singosari. Sayang artefaknya belum ditemukan.

Dengan demikian untuk menangguh keris Madura Pamekasan, eranya dimulai semenjak abad 17-19. Sedangkan Sumenep eranya semenjak abad ke 13 sampai era Sultan Abdurrahman sampai pada era Ario Prabuwinoto (se era dengan PB IX-X).

Karena itu, menangguh keris Sumenep akan lebih susah seperti halnya menangguh keris Majapahit. Maksud saya langgam, material dan eranya. Varian keris Sumenep jauh lebih banyak, juga mengingat mPu yang ada di sana juga sangat banyak. Mulai dari pengaruh langgam Pajajaran & Majapahit, sampai pengaruh langgam Mataram. Apalagi mengingat masyarakat Madura terkenal Adoptif dalam melihat kebudayaan luar.


Saya rasa setiap penangguhan akan selalu muncul "garan njero" yang artinya keris yasan ndalem dari mPu Kraton, serta "garap njaba" atau garap mPu di luar Kraton.

Istilah di atas ada yang setuju ada yang tidak. Tetapi memang demikian kenyataannya suka atau tidak, ada keris yang bisa dikatakan "garap" (dari aspek totalitas) dan ada juga yang tidak. Para mPu di luar Kraton ada yang membela karena menganggap mereka-mereka ini yang merdeka tidak berada di bawah kooptasi kekuasaan kraton. Bagi saya kembali kepada kerisnya (Pusaka Kanda).

Jadi tidak perlu alergi dengan istilah di atas karena memang pusaka kanda, dimana yasan ndalem atas titah ratu/raja akan digarap secara totalitas oleh seorang mPu yang mumpuni. Dan ingat, jaman dulu, Ratu adalah pengejawantahan Dewa, jadi segala titah akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya tanpa kompromi.


Untuk Panjang bilah 36 ideal untuk keris Pamekasan dan Sumenep Luk dengan langgam seperti itu. Kalau keris lurus, bisa mencapai 37-39, bahkan ada yang 40 lebih. Ini sepertinya langgam standard..Madura itu Top..Mereka adaptif, pengelana, dan atraktif. Keris Madura akan tampak atraktif terutama di pamor & garap. Ini terutama, kalau di besi saya rasa tidak terlalu. Tetapi di Pamor sebagai simbolisasi pemaknaan hidup akan ditunjukkan secara lebih gebyar.

Ini kalau ditarik benang merahnya seperti halnya karya mPu Brajaguna, Brajasetika, Braja Karya dan lain-lain di era Surakarta, mereka akan menonjolkan aspek garap bilah dengan pamor atraktif. Sedangkan garap besi, material yang didapat akan sangat membantu pembuatan besi yang istimewa.

Bagi saya, keris adalah sebuah benda budaya. Hasil karya totalitas aspek materiil & spirituil. Aspek Materiil bisa ditiru/duplikasi, tapi aspek spirituil belum bisa. Selain itu dari dulu, sebuah mahakarya, tentu akan banyak yang berharap bisa memperolehnya, minimal duplikat/putrannya. Putran dalam makna positif tentu sangat kita junjung tinggi untuk diteruskan. Dan sebagai pemilik mahakarya itu tentunya bangga bahwa miliknya dijadikan acuan. Toh ilmu leluhur juga harus diturunkan terus menerus ke anak cucu..

Dan "Pasar" akan sulit kita atur karena punya mekanisme alamiah. Becik ketitik ala ketara. Jika ada yang mutrani untuk kepentingan negatif ya itu akan terbuka sendiri suatu saat. Banyak contohnya. Jadi take it easy aja dengan segala upaya putran memutrani itu,ingat aspek materiil dan spirituil berjalan seiring. Putran tentu tidak akan sama plek.



Sabtu, 12 Juni 2010


Gardapati



Prabu Gardapati adalah raja Puralaya atau Turilaya,sebuah kerajaan kecil yang merupakan taklukan Kerajaan Astina.Dalam Baratayuda,bersama saudaranya,Prabu Gardamuka,ia merancang siasat jitu dengan memecah pasukan Pandawa dan menjebak Bima serta Arjuna.Siasat yang diusulkan itu disetujui Duryudana.

Pada mulanya Gardapati sengaja memanas-manasi Bima dengan menantang dan memperolokkannya.Bima yang bernafsu mengejar Prabu Gardapati mengeluarkan senjata cis sakti,membenamkan tanah di belakangnya,dan seketika itu tanah berubah menjadi kolam lumpur yang dalam.Tanpa menduga adanya jebakan itu,Bima masuk ke dalam kubangan lumpur yang dalam.Arjuna yang melihat abangnya berada dalam bahaya segera menolong,tetapi sebelum ia berhasil menarik Bima,Prabu Garadapati tiba-tiba mendorongnya sehingga ikut pula masuk dalam jebakan itu.

Setelah berhasil menjebak Bima dan Arjuna,Prabu Gardapati segera melapor pada Prabu Anom Duryudana untuk meminta perintah lebih lanjut,apakah kedua ksatria andalan Pandawa itu dibiarkan mati perlahan-lahan terbenam dalam lumpur atau langsung dibunuh.Atas saran Patih Sengkuni,Prabu Anom Duryudana memerintahkan Gardapati untuk memenggal kepala Bima dan Arjuna.Kedua kepala ksatria andalan Pandawa itu rencananya akan dipertontonkan pada keluarga dan prajurit Pandawa untuk melemahkan semangat tempur mereka.Jika itu terjadi,Duryudana yakin bahwa Pandawa yang tinggal tersisa tiga orang itu akan langsung menyerah kalah.Dengan demikian Baratayuda akan dimenangkan pihak Kurawa.

Dengan adanya perintah itu Prabu Gardapati bergegas kembali ke kubangan lumpur.Hatinya dipenuhi rasa puas dan bangga,sehingga kurang waspada.Dengan sepucuk pedang ia akan memenggal kepala Bima,tetapi saat itulah Bima melompat dan menarik tangan Prabu Gardapati yang sedang mengayunkan pedangnya,sehingga ikut pula jatuh ke kubangan lumpur.Sebelum Gardapati sempat menghindar,Bima telah menyambar tubuhnya,membenamkannya ke dalam lumpur dan menggunakan tubuh lawannya sebagai batu loncatan ke atas.Maka selamatlah Bima dan Arjuna,sedangkan Prabu Gardapati tewas terbenam dalam lumpur maut ciptaannya sendiri.

Kamis, 10 Juni 2010


Ganesa



Batara Ganesa terkadang ditulis Ganesya,disebut juga Batara Ganapati,atau Batara Gana,dianggap sebagai Dewa Pendidikan,Sastra,dan Penyebar Ilmu Pengetahuan.Ia adalah anak Batara Guru dari Dewi Umaranti,yang tinggal di kahyangan Glugutinatar.

Batara Ganesa lahir tidak dalam bentuk manusia,melainkan dalam ujud menyerupai gajah,lengkap dengan gading dan belalainya.Hal ini terjadi karena sesaat setelah Batara Guru dan Dewi Uma saling bercumbu kasih,para dewa datang menghadap.Di antara mereka yang datang menghadap adalah Batara Endra yang mengendarai Gajah Airawata.Gajah itu luar biasa besar,sehingga membuat takjub dan kaget Dewi Uma,yang saat itu lagi mengandung.Karena ketakjubannya itu,maka kemudian Dewi Umaranti melahirkan putera yang bentuk dan wajahnya mirip sekali dengan gajah.

Bayi gajah Ganesa ternyata juga memiliki kesaktian luar biasa.Ia dapat mengalahkan raja raksasa Nilarudraka dari kerajaan Glugutinatar,yang datang menyerbu kahyangan.Ketika itu raja raksasa gandarwa itu mengamuk karena lamarannya pada Dewi Gagarmayang ditolak.Setelah dikalahkan,Glugutinatar dijadikan kahyangannya.Dalam pewayangan,pada lakon Batara Brama Krama,Batara Ganesa pernah diruwat oleh Batara Brama sehingga ujudnya menjadi dewa yang tampan,tidak lagi berkepala gajah.Setelah ujudnya berubah,Batara Ganesa dikenal dengan sebutan Batara Mahadewa.Menurut Adiparwa,yaitu bagian pertama dari Mahabarata,Ganesa juga berjasa menjadi juru tulis Empu Wyasa yang mengarang kitab Mahabarata itu.Nama lain Batara Ganesa adalah Ganapati,Lambakarna,Gajanana,Karimuka dan Gajawadana.

Rabu, 09 Juni 2010


Gandawati



Dewi Gandawati adalah nama yang digunakan oleh tiga tokoh dalam pewayangan.Yang pertama,Dewi Gandawati putri Prabu Gandabayu dari permaisurinya yang bernama Dewi Wisri.Setelah dewasa Dewi Gandawati menjadi permaisuri Prabu Drupada,raja Cempalaradya.Perkawinan itu membuahkan anak-anak mereka,yaitu Dewi Drupadi,yang setelah dewasa diperistri oleh Puntadewa.Putrinya yang kedua bernama Dewi Srikandi,menjadi salah seorang istri Arjuna.Sedangkan anaknya yang bungsu,laki-laki,bernama Drestajumena.

Waktu Dewi Gandawati sudah melewati masa remajanya,guna mendapatkan suami yang tangguh,adiknya yang bernama Gandamana mengadakan sayembara.Siapa yang sanggup mengalahkan Gandamana,ia berhak menjadi suami Dewi Gandawati,sekaligus mewarisi tahta Kerajaan Cempala.Ternyata yang kemudian memenangkan sayembara itu adalah Bambang Sucitra.Setelah menjadi raja,Sucitra bergelar Prabu Drupada.

Tokoh Gandawati yang kedua adalah anak Prabu Gandakusuma,raja Cediwiyasa yang kemudian menjadi salah satu istri Arjuna.Dari Dewi Gandawati,Arjuna mempunyai dua anak,laki-laki dan perempuan,yang diberi nama Gandawardaya dan Dewi Gandasasi.Kelak Gandawardaya gugur dalam Baratayuda,sedangkan Dewi Gandasasi menjadi istri Dewakusuma,anak sadewa.

Gandawati yang ketiga adalah Dewi Durgandini,kakak Durgandana,yang kelak menjadi raja Wirata bergelar Prabu Matswapati.Sedang nama lain dari Dewi Durgandini adalah Dewi Lara Amis yang tubuhnya berbau busuk dan anyir.Sesudah penyakitnya itu disembuhkan oleh Begawan Palasara,bau tubuh Dewi Durgandini menjadi wangi,sehingga dalam pewayangan ia disebut juga Gandawati.Kata ganda berarti bau,baik bau harum maupun busuk.Kata Lara adalah sakit,sedangkan amis berarti anyir.Jadi nama Lara Amis,maksudnya adalah wanita yang berpenyakit yang menimbulkan bau anyir.Dewi Gandawati yang ketiga ini juga mempunyai nama lain Dewi Sayojanagandi,yang artinya,wangi tubuhnya bisa tercium sampai satu yojana,kira-kira jarak seribu panjang tombak.Dewi Gandawati ini tadinya kawin dengan Begawan Palasara,kemudian kawin lagi dengan Prabu Sentanu.Dari Palasara ia mendapat anak bernama Abiyasa,sedangkan dari Sentanu,anaknya bernama Citranggada dan Wicitrawirya.

Selasa, 08 Juni 2010


Gandamana



Gandamana dalam pewayangan adalah adik Dewi Gandawati,permaisuri Prabu Drupada,raja Cempalaradya atau Pancala.Ayahnya bernama Prabu Gandabayu.Setelah kakaknya menjadi permaisuri,Gandamana diangkat menjadi patih Cempalaradya.Namun sebelum itu,Gandamana pernah menjadi patih Kerajaan Astina,yakni pada zaman pemerintahan Prabu Pandu Dewanata.

Dalam pewayangan yang memilihkan jodoh bagi Dewi Gandawati,sebenarnya adalah Gandamana.Waktu itu tatkala Dewi Gandawati telah menginjak usia dewasa,atas izin ayahnya Gandamana mengadakan sayembara.Barangsiapa sanggup mengalahkan Gandamana dalam pertandingan adu kesaktian,ialah yang berhak mempersunting Dewi Gandawati,puteri mahkota Cempalaradya.

Diantara banyak para raja dan pangeran yang mencoba memperebutkan Dewi Gandawati,ternyata hanya seorang ksatria muda bernama Bambang Sucitra yang sanggup mengalahkan Gandamana.Karena itulah Sucitra yang kemudian menjadi suami Gandawati,sekaligus menjadi pewaris singgasana Cempalaradya.Di kemudian hari,setelah Prabu Gandabayu wafat,Sucitra naik tahta menjadi raja Cempala dengan gelar Prabu Drupada.

Gandamana adalah tokoh wayang yang selalu berusaha jujur,tidak banyak bicara,berjalan sesuai aturan,peduli pada tata tertib,mudah tersinggung,dan bilamana perlu dapat bertindak di luar batas.Ia pun amat berani,tidak takut pada siapapun,karena menurut ramalan hanya salah seorang dari keluarga Pandawa saja yang dapat mengalahkannya.

Ketika menjadi patih Astina,Gandamana pernah difitnah Harya Suman,adik Dewi Gendari yang menjadi istri Drestarastra.Suatu saat,ketika Gandamana memimpin prajurit Astina menyerbu Kerajaan Pringgandani,ia terjebak pada sebuah lubang yang dalam,yang dalam bahasa Jawa disebut luweng.Harya Suman yang ikut dalam rombongan itu bukan segera bertindak untuk menolongnya,melainkan justru meninggalkannya dan bahkan memerintahkan prajurit Astina pulang.Kepada Prabu Pandu Dewanata,Harya Suman kemudian melaporkan bahwa Gandamana ternyata tidak mampu memimpin tentara,sehingga prajurit Astina kocar-kacir.Harya Suman juga melaporkan bahwa Gandamana telah tewas dalam pertempuran.Karena Prabu Pandu Dewanata mempercayai laporan itu,ia lalu mengangkat Harya Suman sebagai patih,menggantikan Gandamana.(Lakon Gandamana Luweng).

Beberapa waktu kemudian,Gandamana muncul di Keraton Astina.Semua yang hadir kaget,karena tidak menyangka Gandamana masih hidup.Setelah menghaturkan sembah pada Prabu Pandu Dewanata,tanpa bicara ia langsung menyeret Harya Suman keluar dari balairung.Karena merasa dikhianati,tanpa ampun Patih Gandamana menghajar Harya Suman sehingga cacat seumur hidup.Pada saat itu juga Gandamana mengucapkan kutukannya,kelak pada saat Baratayuda,Harya Suman akan mati secara aniaya.Tubuh Harya Suman akan tercabik-cabik,kulitnya akan terkelupas dari seluruh badannya,dan mulutnya yang selalu menyebar fitnah itu kelak akan disobek musuhnya.Sejak tubuhnya cacat itu pula Harya Suman mendapat julukan Sengkuni-yang dalam bahasa Jawa berasal dari kata sangka-uni,sangka berarti berawal,uni berarti kata.Jadi maksudnya,Harya Suman bertubuh cacat karena akibat kata-kata fitnah yang diucapkannya.

Sesudah menghajar tukang fitnah itu,Gandamana menghadap Prabu Pandu Dewanata untuk minta maaf atas kelancangannya menghajar Harya Suman,dan mohon berhenti dari kedudukan sebagai patih Astina.Ia lalu pulang ke Cempalaradya.Prabu Drupada menerima kepulangan Gandamana dengan suka cita dan kemudian mengangkat adik iparnya itu sebagai patih di Cempala.

Tindakan di luar batas juga dilakukan lagi oleh Gandamana setelah ia menjabat patih di Cempala.Suatu ketika seorang kawan lama Prabu Drupada bernama Bambang Kumbayana dianggapnya berlaku tidak sopan.Ketika Prabu Drupada sedang duduk di singgasana dikelilingi para menteri dan hulubalang kerajaan,Bambang Kumbayana datang bertamu.Tanpa mengindahkan sopan-santun adat keraton Bambang Kumbayana langsung saja masuk ke ruangan balairung dan menyapa Prabu Drupada dengan nama kecilnya,yaitu Sucitra.Ia sama sekali tidak menghiraukan keberadaan para petinggi Kerajaan Cempala yang hadir di ruangan itu.Perbuatan Bambang Kumbayana itu dinilai tidak sopan,lancang dan amat menyinggung perasaan Patih Cempala,yang amat menghormati rajanya.Karena itu tanpa berkata apa-apa segera Patih Gandamana langsung menyeret Bambang Kumbayana keluar keraton dan menghajarnya hingga babak belur,cacat seumur hidup.Setelah tubuhnya cacat Bambang Kumbayana untuk selanjutnya lebih dikenal dengan nama Resi Drona.

Meskipun suka bertindak di luar batas,Patih Gandamana amat menyayangi keluarganya.Pada waktu Dewi Drupadi,puteri sulung Prabu Drupada mulai dewasa,Patih Gandamana menginginkan seorang suami yang bisa diandalkan bagi keponakannya itu.Atas izin Prabu Drupada ia lalu mengumumkan sayembara,hanya ksatria yang dapat mengalahkannya boleh menikahi keponakannya itu.Pengumuman itu mendapat sambutan luas dari kerajaan-kerajaan lain.Banyak raja dan pangeran yang ingin mempersunting Dewi Drupadi,mencoba peruntungannya.Sesudah Gandamana mengalahkan sekalian raja dan ksatria yang mengikuti sayembara itu,Bima yang waktu itu menyaru sebagai brahmana muda,muncul di gelanggang.Perkelahian sengit terjadi,dan akhirnya dimenangkan Bima yang berhasil menusukkan kuku Pancanaka ke tubuh Gandamana.

Menjelang kematiannya Patih Gandamana sadar bahwa lawan yang dihadapinya tentu adalah salah seorang keluarga Pandawa.Ia menanyakan hal itu dan dibenarkan oleh Bima.Saat itu juga Gandamana mewariskan dua ilmunya pada Bima.Ilmu pertama adalah Aji Wungkal Bener yang isinya,siapa yang berbuat baik harus dibalas dengan kebaikan,sedangkan yang berbuat jahat harus dibalas dengan kejahatan.Ilmu kedua yang diwariskan pada Bima adalah Bandung Bandawasa,sejenis ilmu kesaktian yang bila merasa yakin benar,kekuatannya akan berlipat ganda.Gandamana adalah tokoh wayang asli ciptaan nenek moyang kita.Dalam Mahabarata tidak ada tokoh yang namaya Gandamana.

Minggu, 30 Mei 2010


Gandabayu



Prabu Gandabayu adalah raja Cempalaradya,ia disebut juga dengan nama Prabu Dupara.Dari permaisurinya yang bernama Dewi Wisri,Prabu Gandabayu mendapat dua orang anak.Yang sulung seorang putri cantik bernama Dewi Gandawati,yang kemudian kawin dengan Bambang Sucitra.Menantunya inilah yang kemudian menggantikannya sebagai raja di Cempala dengan gelar Prabu Drupada.Adik Gandawati bernama Gandamana,seorang ksatria gagah yang mulanya menjadi Patih di Kerajaan Astina kemudian karena hasutan Sengkuni,Gandamana kembali lagi ke Kerajaan Cempala.Prabu Gandabayu mewarisi tahta kerajaan dari ayahnya yaitu Prabu Sengara.Nama-nama Gandabayu,Gandamana dan Prabu Sengara hanya terdapat dalam kisah pewayangan,bukan dari kitab Mahabarata.

Sabtu, 29 Mei 2010


Gagak Baka



Gagak Baka adalah patih Kerajaan Jodipati pada zaman pemerintahan Prabu Dandunwacana.Setelah Bima mengalahkan Dandunwacana,Patih Gagakbaka mengabdi pada Bima,yang tetap memberikan kedudukan patih kepadanya.Kerajaan Jodipati lalu diambil alih Bima dan dijadikan kasatriyannya.Versi menyebutkan,Gagak Baka adalah putera Prabu Garudawinata dari Kerajaan Slagaima atau Gendingpitu.Menurut pedalangan gagrak Jogjakarta,Gagakbaka bersaudara 40 orang.Namun yang terkenal hanyalah Bima Kurda,Tambak Ganggeng,Podang Binorehan,Ganggeng Kanyut,Macan Anglur,dan Kuntul Wilanten.

Dalam lakon Parta Krama,Gagakbaka diutus Bima mencari kera putih sebagai salah satu syarat perkawinan Arjuna dengan Dewi Subadra.Tugas itu dilakukan dengan baik,seekor kera berbulu putih bernama Pracandaseta bersedia membantunya.Pengabdian Patih Gagakbaka pada Bima dan keluarga Pandawa lainnya dilakukan dengan ikhlas.Ia juga ikut beperang di pihak Pandawa dalam Baratayuda sebagai pendamping Bima,dan gugur di hari ke-16.Waktu itu bertugas sebagai pembuka jalan menerobos barisan Kurawa agar Bima dapat mendekati Adipati Karna guna membalas dendam atas kematian Gatotkaca.Gagakbaka akhirnya gugur di tangan Dursasana.

Jumat, 28 Mei 2010


Erawati



Dewi Erawati dalam pewayangan adalah satu-satunya istri Prabu Baladewa,raja Negeri Mandura.Ia adalah puteri sulung Prabu Salya,raja Mandaraka dan ibunya bernama Dewi Setyawati atau Pujawati.Dewi Erawati mempunyai empat orang adik yaitu,Surtikanti yang diperistri Adipati Karna,Banowati yang diperistri Duryudana,Burisrawa dan Rukmarata.Ketiga puteri Prabu Salya memang cantik semua,demikian juga si bungsu Rukmarata berwajah tampan.Hanya Burisrawa yang lahir berujud setengah raksasa,hal ini disebabkan karena kutukan para dewa pada Prabu Salya yang ketika masih muda membunuh mertuanya yang berujud raksasa,Begawan Bagaspati.

Perkawinan Dewi Erawati dengan Baladewa terjadi ketika putera mahkota Kerajaan Mandura itu masih hidup sebagai pertapa dengan nama Wasi Jaladara.Dalam pewayangan kisah perkawinan Erawati dengan Baladewa terdapat dalam lakon Kartawiyoga Maling.Suatu ketika Kerajaan Mandaraka heboh karena puteri sulung Prabu Salya hilang diculik orang.Setelah mengerahkan para prajuritnya untuk mencari Dewi Erawati tidak berhasil,Prabu Salya mengumumkan sayembara,barangsiapa dapat menemukan dan mengembalikan Dewi Erawati ke Mandaraka,ia akan diangkat sebagai menantu dan dikawinkan dengan Dewi Erawati.Prabu Anom Suyudana,penguasa Astina,adalah salah satu pesertanya.Ia memerintahkan para Kurawa dan bala tentara Astina untuk membantu mencari Dewi Erawati.

Di Kerajaan Mandaraka,Arjuna menghadap Prabu Salya dan menawarkan bantuannya untuk mencari Dewi Erawati,walaupun tidak bermaksud mengikuti sayembara.Ketika itu Arjuna sempat bertemu dan berkenalan dengan Dewi Surtikanti dan Banowati.Kedua kakak beradik itu sama-sama jatuh cinta pada Arjuna,Namun ternyata Arjuna lebih menyukai Banowati,hal ini menyebabkan Dewi Surtikanti cemburu dan sakit hati.Karena merasa cintanya tidak ditanggapi,Surtikanti lalu mengutuk,nantinya dalam perjalanan mencari Dewi Erawati,Arjuna akan merasa kelaparan.Dan benar,selama dalam perjalanan mencari Erawati yang diculik itu,Arjuna selalu diganggu rasa lapar.Apalagi setelah ia memasuki wilayah Widarakandang,Arjuna tidak dapat lagi menahan laparnya.Ia lalu memerintahkan para Panakawan untuk mencari makan untuknya.Untunglah Arjuna kemudian bertemu dengan Wasi Jaladara alias Kakrasana yang mengingatkan bahwa seorang ksatria seharusnya sanggup menahan lapar.Dalam perjumpaannya dengan Wasi Jaladara itu,Arjuna menganjurkan agar Wasi Jaladara mengikuti sayembara itu.Keduanya lalu kembali ke Mandaraka,Wasi Jaladara minta ijin agar dibolehkan memasuki ruang keputren sebab menurut firasatnya,Sang Penculik akan kembali,dan karenanya ia akan mencegat penculik itu di tempat keputren ini.

Sementara itu,Dewi Erawati yang diculik oleh Kartawiyoga telah berada di Kerajaan Tirtakandasan,sebuah negeri di bawah laut.Ketika Kartawiyoga merayu dan hendak mengawininya,timbullah akal Dewi Erawati.Ia mengatakan pada penculiknya,dia bersedia menjadi istrinya asal dua orang adik perempuannya,Surtikanti dan Banowati,juga diperistri olehnya juga.Karena ia merasa tidak sanggup berpisah dengan kedua adik yang disayanginya itu.Kartawiyoga setuju dan segera kembali ke Mandaraka dengan tujuan menculik kedua adik Erawati itu.Untuk memenuhi permintaan Dewi Erawati,segera saja Kartawiyoga berangkat lagi ke Kerajaan Mandaraka.Dengan aji Panyirep,Kartawiyoga membuat tidur semua penghuni istana,dengan demikian ia mudah memasuki keputren,langsung ke ruangan tempat Dewi Surtikanti dan Banowati tidur.Namun ketika ia hendak membawa kedua putri itu,ternyata yang ada adalah Wasi Jaladara dan Arjuna.Keduanya lalu berusaha meringkus sang penculik tetapi berhasil lolos.Wasi Jaladara dan Arjuna kemudian mengejarnya sampai ke Kerajaan Tirtakandasan.Akhirnya Wasi Jaladara berhasil membunuh Kartawiyoga dan ayahnya Prabu Kurandageni,raja Tirta Kandasan.Pada waktu bertanding melawan Prabu Kurandageni,Wasi Jaladara berpesan agara Arjuna membawa Dewi Erawati kembali ke Mandaraka.

Dalam perjalanannya ke Mandaraka,untuk mengantarkan Dewi Erawati,Arjuna bertemu para Kurawa yang dipimpin oleh Patih Sengkuni.Mereka minta agar Dewi Erawati diserahkan pada para Kurawa sebab putri sulung Prabu Salya itu akan dipersunting Prabu Duryudana.Arjuna menolak,sedangkan para Kurawa memaksa.Akibatnya terjadilah perkelahian.Untunglah Bima dan Wasi Jaladara segera datang membantu sehingga para Kurawa lari tunggang langgang pulang ke Astina.Sesuai dengan bunyi sayembara,Prabu Salya akhirnya menikahkan Dewi Erawati dengan Wasi Jaladara alias Kakrasana alias Baladewa.Setelah Baladewa menjadi Raja Mandura,Dewi Setyawati kemudian dinobatkan menjadi permaisurinya.Dari pernikahannya ini,Dewi Erawati mendapat dua orang anak yaitu Wisata dan Wimuka.Dewi Erawati tergolong wanita yang beruntung karena Prabu Baladewa termasuk suami yang sangat setia pada istrinya,Baladewa tidak pernah melirik wanita manapun sampai akhir hayatnya.Kelak di masa tuanya,Baladewa lengser keprabon,meninggalkan istana dan hidup menjadi pertapa di Talkanda dan bergelar Begawan Curiganata.Pada saat itu Dewi Erawati tetap tinggal di istana Mandura mendampingi Wisata yang naik tahta menjadi Raja Mandura.

Batara Endra



Batara Endra adalah salah seorang anak Batara Guru.Kekuasaanya cukup banyak,ia bertanggung jawab pada ketertiban kahyangan,memimpin para bidadari,mengurusi berbagai hadiah dari para dewa untuk manusia yang berjasa.Menurut kitab Mahabarata,Batara Endra adalah dewa penguasa petir dan guntur.Dewa ini bertempat tinggal di Kahyangan Tenjamaya.Dalam pewayangan yang menjadi pemuka para dewa adalah Batara Guru,namun dalam Mahabarata,pemuka para dewa adalah Batara Endra atau Indra ini,dan kahyangan tempat tinggalnya adalah Indraloka,Indrabawana atau Kaindran.

Batara Endra mempunyai seekor gajah tunggangan yang luar biasa besar yang diberi nama Airawata.Senjatanya yang terkenal diberi nama Bajra yang bilamana diarahkan ke musuhnya berubah menjadi petir.Senjata yang luar biasa ampuh ini,adalah penjelmaan tulang belulang Maharsi Datica.Keterangan ini didapat dari Mahabarata.Dalam pewayangan,dari perkawinannya dengan Dewi Wiyati,Batara Endra mempunyai lima putera dan tiga puteri yang pertama bernama Dewi Tara,yang menikah dengan Resi Subali dan kemudian oleh Prabu Sugriwa.Yang kedua adalah Dewi Tari,yang dinikahkan dengan Rahwana,raja Alengka.Yang ketiga adalah Dewi Supraba,yang menikah dengan Arjuna.Sedangkan lima puteranya adalah Batara Citrarata,Citranggana,Citrasena,Jayantaka,dan Jayantara.

Ketika Arjuna bertapa di Gunung Indrakila dan memakai nama Begawan Ciptaning,Batara Endra datang menemuinya dan menyamar sebagai brahmana bernama Resi Padya.Guna mengetahui ketangguhan Arjuna dalam ilmu kasampurnan,ia menantang adu debat dengan Begawan Ciptaning,tetapi kalah.Perdebatan ini adalah salah satu ujian untuk memastikan apakah Arjuna benar-benar manusia terpilih yang pantas diangkat menjadi jago para dewa untuk menghadapi Prabu Niwatakawaca yang mengancam kewibawaan kahyangan.Sewaktu Arjuna hendak menghadapi Niwatakawaca,Batara Endra menganugerahinya anak panah pusaka Pasopati.Dengan anak panah itulah Prabu Niwatakawaca berhasil dibunuh.

Baik dalam Mahabarata atau pewayangan,Batara Endra adalah ayah Arjuna yang sesungguhnya.Batara Endra menemui Dewi Kunti,istri Pandu Dewanata,yang merapal Ajian Adityarhedaya.Karena itulah Batara Endra selalu memberi pertolongan pada Arjuna bilamana ksatria Pandawa itu membutuhkannya,baik diminta maupun tidak.Menjelang Baratayuda,sebagai seorang ayah,Batara Endra merasa khawatir akan keselamatan Arjuna.Ia tahu bahwa dalam perang besar Baratayuda nantinya,Arjuna tentu akan berhadapan dan mengadu kesaktian dengan Basukarna,putera Batara Surya.Keduanya sama-sama tangguh dan sakti.Batara Endra juga tahu,Karna memiliki beberapa pusaka ampuh,diantaranya adalah baju Kerei Kaswargan yang membuatnya kebal terhadap segala macam senjata dan Anting-anting Mustika yang menyebabkan Karna memiliki firasat tajam terhadap segala bahaya yang mengancam.Kedua pusaka sakti ini yang merupakan pemberian Batara Surya itu telah dimiliki Basukarna sejak lahir.Karena itu untuk membantu Arjuna memenangkan perang dalam Baratayuda,Batara Endra lalu berusaha mengambil pusaka-pusaka yang menjadi andalan Basukarna.Dengan cara menyamar sebagai brahmana tua,Batara Endra berhasil meminta pusaka-pusaka Karna itu.Sebenarnya Karna sudah tahu dari keterangan Batara Surya,bahwa yang menemuinya adalah Batara Endra yang menyamar dan berusaha mengelabuinya.Namun Karna pura-pura tidak tahu dan dengan ikhlas memberikan pusakanya.

Batara Endra juga berwenang mengatur pemberian hadiah pada mereka yang dianggap berjasa pada para dewa.Hadiah itu berupa pusaka namun bisa juga berupa bidadari.Hadiah yang berupa bidadari diberikan tidak hanya pada manusia ,namun juga pada para raksasa dan kera.Sugriwa misalnya,walaupun berujud raksasa,istrinya yang bernama Dewi Tara adalah bidadari pemberian Batara Endra,sebagai hadiah atas bantuannya mengalahkan musuh para dewa.Begitupun juga Begawan Bagaspati yang dianggap berjasa pada para dewa diberi hadiah bidadari bernama Dewi Darmastuti,padahal ia seorang pandita raksasa.Kadang-kadang Batara Endra juga terpaksa memberikan bidadari pada musuh yang dianggap mengancam kahyangan sebagai suapan.Seperti pemberian tiga bidadari sekaligus pada Dasamuka sebagai pengganti Dewi Widawati yang dituntut oleh Dasamuka.Karena Dewi Widawati adalah istri Batara Wisnu,jadi sulit bagi Batara Endra mengabulkan permintaan Dasamuka.Batara Endra juga pernah turun ke dunia,menyamar sebagai raksasa sakti bernama Rukmuka yang menghadang Bima yang sedang mencari Tirta Perwitasari sebagaimana yang diperintahkan Resi Drona.

Emban



Emban adalah wanita pengasuh di lingkungan istana bagi keluarga bangsawan.Wanita ini dipekerjakan sebagai pengasuh,penghibur,sekaligus penjaga keselamatan seorang putera atau puteri raja sejak kanak-kanak.Umur mereka biasanya hanya beberapa tahun lebih tua dari anak asuhannya.Sampai anak asuhannya dewasa,biasanya mereka masih tetap mengabdi.

Dalam pewayangan,cukup banyak emban yang terkenal dan memiliki peran cukup penting dalam berbagai lakon.Lesmana Mandrakumara alias Sarojakusuma,putera mahkota Astina,misalnya memiliki dua emban setia,yaitu Emban Abiseca dan Emban Secasrawa.Keduanya gugur dalam Baratayuda,menjadi korban amukan Abimanyu,beberapa saat sebelum Lesmana Mandrakumara mati.Dewi Pujawati alias Setyawati,istri Prabu Salya juga mempunyai emban setia,yakni Emban Sugandini,yang menemani Sang Dewi menjelajah padang Kurusetra untuk mencari jenazah Prabu Salya.Setelah jenazah Raja Mandaraka itu ditemukan,Dewi Setyawati segera menghunus patrem dan menghunjamkannya di dadanya,bunuh diri di samping jenazah suaminya.Emban Sugandini pun ikut bunuh diri di dekat jenazah majikannya.

Emban Sawega,dari Kadipaten Awangga,juga aktif dalam perang Baratayuda.Sewaktu Adipati Karna bertindak sebagai senapati perang di pihak Kurawa,Emban Sawega bertindak sebagai pembuka jalan bagi pasukan Kurawa.Emban Sawega akhirnya tewas terkena panah Arjuna,karena dianggap mengganggu.Selain itu emban juga terdapat di kalangan para raksasa.Dalam lakon Cekel Indralaya terdapat tokoh cukup penting bernama Emban Yaksi Kalabahni yang berujud raksasa.Selain sakti,Emban Kalabahni juga cerdas dan banyak akalnya sehingga disayang oleh rajanya,Prabu Kala Hirupaksa dari Kerajaan Jurangmas.

Rabu, 26 Mei 2010


Ekalaya



Ekalaya dalam dunia pewayangan dikenal sebagai raja tampan dan sakti yang beristrikan wanita cantik dan setia bernama Dewi Anggraini.Ia adalah putera Prabu Hiranyadanu dari Negeri Nisada atau Paranggelung yang kemudian ia mewarisi tahta ayahnya.Prabu Ekalaya dikenal juga dengan nama Palgunadi.

Ketika mendengar tentang adanya guru pandai yang bernama Resi Drona,ia datang ke Kerajaan Astina dan melamar menjadi muridnya.Namun keinginannya itu tidak terlaksana,sebab Resi Drona telah berjanji hanya akan mengajarkan ilmunya pada para Kurawa dan Pandawa saja.Karena tidak diterima sebagai murid,Ekalaya lalu mencuri dengar setiap kata-kata Drona waktu sedang mengajar.Setelah itupun ia tekun berlatih mempraktekan ajaran Drona.Karena ketekunannya lama kelamaan ilmu yang dimiliki Ekalaya sebanding dengan Arjuna,terutama dalam ilmu memanah.

Suatu hari ketika Ekalaya alias Palgunadi sedang berlatih memanah di hutan,seekor anjing pemburu datang mendekat lalu menggonggonginya.Ekalaya mencoba mengusir,tetap anjing itu tetap menggonggong.Lama-lama habislah kesabarannya,diambilnya tujuh buah anak panah,dipasang pada busurnya,dan dengan sekali bidik,ketujuh anak panah itu melesat lalu menancap tepat ke moncong anjing itu,lalu mati.Tidak lama kemudian datanglah pemilik anjing itu,yaitu Arjuna.Waktu itu memang Arjuna sedang berburu di hutan ditemani oleh anjingnya.Ketika melihat anjingnya mati dengan tujuh buah anak panah menancap sekaligus di moncongnya,ia sangat marah.Selain marah karena kematian anjingnya,Arjuna juga merasa kagum sekaligus cemburu karena keahliannya dalam hal panah memanah kini tersaingi oleh seseorang.Sebagai orang yang selama ini dikenal paling ahli memanah,Arjuna merasa tidak akan sanggup membidik sasaran dengan tujuh buah anak panah sekaligus.Karena itu dengan hati amat penasaran ia mencari siapa orang itu.Setelah akhirnya berjumpa dengan pembunuh anjingnya itu,Arjuna mendapat keterangan bahwa pemanah itu bernama Bambang Ekalaya atau Palgunadi dari negeri Paranggelung.Kepada Arjuna,Ekalaya mengaku bahwa keahliannya memanah dia dapatkan dari Resi Drona,yang dianggapnya sebagai gurunya.

Setelah mendengar keterangan itu Arjuna buru-buru kembali ke istana Astina.Hatinya makin marah karena merasa dikhianati oleh gurunya,Resi Drona.Setelah berjumpa dengan Resi Drona segera saja Arjuna menuduh gurunya itu telah menyalahi janjinya untuk memberikan seluruh ilmunya hanya pada Arjuna.Resi Drona membantah telah mengajarkan ilmu memanah pada orang lain,dan bahkan membantah bahwa dirinya kenal dengan Bambang Ekalaya.Untuk meyakinkan Arjuna bahwa Ekalaya bukan muridnya,Drona minta dipertemukan dengan Ekalaya,lalu Arjuna membawa gurunya itu pada Bambang Ekalaya.Di tempat Ekalaya,Drona melihat sebuah patung menyerupai dirinya.Sementara itu setelah Ekalaya melihat siapa yang datang,segera ia menghaturkan sembah hormatnya,seperti selayaknya murid menyambut kedatangan gurunya.Lalu Resi Drona bertanya siapa guru Ekalaya sebenarnya,dijawab olehnya Resi Drona lah gurunya.Tapi karena tanpa ijin Resi Drona,maka untuk menunjukkan bukti kesetiaan dan kepatuhan murid pada gurunya,Resi Drona meminta Ekalaya memberikan ibu jari tangan kanannya.Ekalaya berpikir sejenak,hatinya ragu,karena sejak lahir pada ibu jari tangan kanannya telah terpasang cincin Mustika Ampal pemberian dewa.Namun karena Ekalaya memang ingin sekali berbakti pada Resi Drona,permintaan itu akhirnya dipenuhi.Ibu jari tangan kanannya segera dipotongnya sendiri,dan diserahkannya pada Resi Drona.Dan demikian sejak itu,Ekalaya tidak dapat lagi memanah dengan baik,karena tangan kanannya kini tinggal memiliki empat jari saja.Sesudah menerima ibu jari tangan Ekalaya,Resi Drona lalu memberikannya pada Arjuna.Terjadilah keajaiban,ibu jari Ekalaya seketika menempel ke tangan kanan Arjuna sehingga sejak itu tangan kanan Arjuna berjari enam.

Beberapa tahun kemudian secara kebetulan,Arjuna bertemu dengan Dewi Anggraini seorang diri,Arjuna langsung terpikat pada istri Bambang Ekalaya itu.Dengan berbagai cara Arjuna berusaha agar Dewi Anggraini bersedia menjadi istrinya walaupun ia tahu bahwa Anggraini telah bersuami.Tetapi Dewi Anggraini ternyata tidak tergoda rayuannya,akhirnya Arjuna berusaha memakai cara kekerasan.Akibatnya untuk menyelamatkan kehormatannya,Anggraini bunuh diri dengan cara menerjunkan diri ke dalam jurang.Peristiwa ini membuat Ekalaya marah besar dan menantang Arjuna untuk bertanding.Ekalaya sadar sejak ia kehilangan Mustika Ampal di ibu jarinya,ia tidak sanggup membidik sasaran dengan baik.Namun demi kehormatan istrinya dan kebanggaan dirinya ia terpaksa menantang Arjuna.Akhirnya Ekalaya memang kalah dan gugur terkena panah Arjuna.Menjelang ajalnya,Ekalaya sadar bahwa Resi Drona telah menipunya dengan meminta ibu jari tangan kanannya.Maka ia pun mengucapkan kutukannya,kelak saat pecah perang Baratayuda arwahnya akan membalas dendam dengan cara menyusup ke tubuh seorang ksatria muda yang pernah berguru pada Resi Drona.Kutukan itu nantinya akan terbukti,dalam Baratayuda Drona akhirnya mati di tangan Drestajumena,putra Prabu Drupada yang disusupi arwah Ekalaya.Dendam arwah Ekalaya bukan pada Arjuna,melainkan pada Resi Drona karena dua hal,yakni sikap Drona yang tidak mau menerimanya sebagai murid dan yang kedua karena Drona telah menipunya dengan meminta ibu jari tangan kanannya sehingga ia kehilangan kemahiran dan kesaktiannya dalam memanah.

Senin, 24 Mei 2010


Dwijakangka



Dwijakangka adalah sebutan atau nama lain dari Puntadewa atau Yudistira.Lengkapnya sebutan itu adalah Tanda Dwijakangka,tetapi kadang-kadang juga disebut Wijakangka.Nama ini digunakan Puntadewa ketika ia bersama Pandawa lainnya menyamar dan bersembunyi di Kerajaan Wirata.Di Wirata,Tanda Wijakangka yang mengaku sebagai bekas penasihat Yudistira diangkat sebagai penasihat Raja.Karena pandai main catur,Dwijakangka akhirnya menjadi kesayangan Raja Wirata,karena Prabu Mastwapati juga gemar bermain catur.

Sewaktu Kencakarupa dan Rupakenca menantang Prabu Matswapati adu jago manusia,Tanda Dwijakangka menyarankan agar menunjuk Jagal Abilawa yakni Bima yang menyamar sebagai penyembelih hewan,sebagai jago Sang Raja.Demikian pula sewaktu Raja Trigata bersama bala tentara Astina menyerbu Wirata,Dwijakangka menyarankan agar Prabu Matswapati menunjuk Kendi Wrahatnala,yang tak lain adalah Arjuna,untuk mendampingi Utara dalam melawan musuh.Hasilnya serbuan mendadak itu dapat digagalkan.Semua saran itu diikuti Prabu Matswapati,dan ternyata berhasil dengan baik.

Dwara



Harya Dwara adalah salah seorang patih Kerajaan Astina pada zaman pemerintahan Prabu Parikesit setelah Baratayuda.Patih Dwara adalah cucu Prabu Kresna,karena ia putera pasangan Samba dan Dewi Agnyanawati.Ia lahir akibat hubungan serong antara Samba dengan Dewi Agnyanawati,ketika ibunya masih dalam status sebagai istri Prabu Boma Narakasura.Setelah lahir,Dwara dipelihara dan dibesarkan oleh neneknya,Dewi Jembawati.Itulah sebabnya sifat dan perilaku Dwara berbeda dengan ayahnya,Samba.Jika Samba tumbuh menjadi manusia yang manja dan sangat tergantung pada ayahnya,maka Harya Dwara lebih bersifat mandiri dan terampil dalam mengatasi tugas dan kesulitan yang dihadapinya.

Ketika terjadi perang saudara di Kerajaan Dwarawati disusul dengan datangnya air bah yang menenggelamkan negeri itu.Dwara selamat karena waktu itu ia sedang berada di Astina.Hampir semua keturunan Kresna tewas dalam dua musibah itu.Sesuai dengan kutukan Dewi Gendari,ibu para Kurawa kepada Kresna.Dalam jabatannya sebagai patih,ia pernah berjasa menangkap Jaya Wikata,anak Jayadrata yang mencoba memberontak terhadap Prabu Parikesit.Istri Patih Dwara adalah Dewi Retna Suyati,putri Begawan Sukanda.Dengan demikian Patih Dwara adalah ipar Prabu Parikesit,karena Raja Astina itu juga mempersunting Dewi Sukandi,kakak Dewi Retna Suyati.

Dwapara



Batara Dwapara adalah dewa berhati culas,iri dan dengki,sering memfitnah para dewa lainnya.Karena sifat-sifatnya yang buruk itu tidak juga berkurang,ia diusir dari kahyangan lalu dikutuk oleh Sang Hyang Tunggal untuk turun ke dunia guna melampiaskan sifat buruknya.Akibat kutukan Sang Hyang Tunggal itu,Batara Dwapara terpaksa turun ke dunia dan menitis ke seorang bayi,putera Prabu Suwala,Raja Plasajenar.Bayi itu adalah Arya Suman yang setelah dewasa mempunyai nama alias Sengkuni.Kutukan itu diterima Batara Dwapara sewaktu ia diketahui oleh para dewa lainnya telah memfitnah Batara Bayu.Itu pula sebabnya,Patih Sengkuni memiliki watak buruk sebagai tukang fitnah dan dengki.Dan itu pula sebabnya,Bima sebagai anak Batara Bayu amat geram terhadap Sengkuni.

Rabu, 19 Mei 2010


Duryudana



Prabu Anom Duryudana adalah sulung keluarga Kurawa,putera Prabu Drestarastra dengan ibunya,Dewi Gendari.Duryudana sebenarnya hanya berkedudukan sebagai putera mahkota,namun ia selalu dapat mendesakkan kemauannya pada ayahnya sehingga praktis dia lah yang sebenarnya berkuasa di Astina.Duryudana mempunyai 99 saudara kandung yang sebenarnya lahir berbarengan.Tetapi karena tubuhnya yang paling besar,ia dianggap sebagai anak sulung.Setelah dewasa,ia diangkat sebagai putera mahkota atas usul ibunya,Dewi Gendari.Sebenarnya pengangkatan ini tidak sah karena ketika menjadi raja,Prabu Drestarastra hanya berkedudukan sebagai wali para Pandawa.Sejak menjadi putera mahkota itu ia disebut Prabu Anom Duryudana atau Kurupati.Dalam menjalankan pemerintahan,Duryudana banyak dipengaruhi oleh Patih Sengkuni,yang masih pamannya sendiri dari pihak ibu.

Berkali-kali Duryudana berusaha mencelakakan para Pandawa atas hasutan Patih Sengkuni.Diantaranya sewaktu Duryudana dan adik-adiknya meracuni Bima dan kemudian membuangnya ke sumur Jalatunda yang penuh dengan ular berbisa.Juga ketika pembakaran Bale Sigala-gala tempat Dewi Kunti dan Pandawa menginap atas suruhan Duryudana.Suatu saat ketika para Pandawa sedang menjalani masa pembuangan selama 12 tahun di Hutan Kamiyaka,Duryudana atas hasutan Patih Sengkuni menyuruh para Kurawa mengadakan pesta besar di dekat gubuk yang didiami para Pandawa.Maksudnya agar kemeriahan pesta dan bau masakan yang enak-enak dapat disaksikan para Pandawa,sehingga membuat Pandawa menjadi semakin sedih dan merana.Namun yang terjadi tidak seperti yang diharapkan,para raksasa gandarwa penghuni Hutan Kamiyaka merasa terganggu dengan pesta kemeriahan itu.Para gandarwa kemudian menyerang para Kurawa dan menawan Duryudana.Jayadrata mengambil inisiatif meminta bantuan para Pandawa,Bima dan Arjuna akhirnya berhasil mengalahkan para gandarwa itu dan membebaskan Duryudana.Peristiwa ini amat memalukan Duryudana dan menambah sakit hatinya pada para Pandawa.

Walaupun Duryudana bersifat serakah,selalu ingin menang sendiri,dan tega terhadap saudara sepupunya sendiri,yaitu para Pandawa,tetapi dalam kehidupan rumah tangganya ia selalu mengalah pada istrinya,Dewi Banowati.Putri ketiga Prabu Salya yang cantik dan manja ini merupakan satu-satunya permaisurinya.Dari Dewi Banowati,Duryudana mendapat dua orang anak.Yang sulung laki-laki diberi nama Lesmana Mandrakumara,yang mempunyai tanda-tanda cacat mental sehingga dalam pewayangan menjadi bahan olok-olok.Sedangkan yang bungsu perempuan yang lahir cantik diberi nama Dewi Lesmanawati.Perkawinannya dengan Dewi Banowati sebenarnya bukan perkawinan yang bahagia,karena Banowati secara terang-terangan memperlihatkan sikap bahwa ia mencintai Arjuna.Sikap Banowati ini sebenarnya membuat kesal para Kurawa lainnya terutama Aswatama dan Kartamarma.Tetapi Duryudana tidak dapat berbuat apa-apa karena selain sangat mencintai istrinya,sebenarnya Duryudana pun mengharapkan bantuan mertuanya,Prabu Salya,kelak apabila Baratayuda pecah.

Sebenarnya usaha Duryudana untuk menjadi menantu Prabu Salya sudah dimulai sebelum ia memperistri Banowati.Beberapa tahun sebelumnya,ketika Dewi Erawati diculik Kartawiyoga,dan kemudian Prabu Salya mengumumkan sayembara,barangsiapa berhasil menemukan dan menyelamatkan Dewi Erawati,akan dinikahkan dengan puteri sulung Prabu Salya itu.Duryudana mengutus para Kurawa untuk ikut mencarinya.Pencarian itu dipimpin oleh Patih Sengkuni,namun ternyata yang berhasil menemukan Dewi Erawati adalah Wasi Jaladara atau Baladewa,yang dibantu Arjuna.Ini merupakan kekecewaan pertama Duryudana dalam kehidupan cintanya.

Duryudana kemudian mencoba melamar adik Dewi Erawati,yang bernama Dewi Surtikanti.Lamaran itu diterima,tetapi menjelang pernikahan Dewi Surtikanti dilarikan oleh Basukarna.Ini terjadi sesudah Basukarna berhasil membunuh Prabu Karnamandra,dan menjadi raja di Awangga.Kemarahan Prabu Salya dapat diredakan oleh Arjuna,dan bahkan membantunya hingga pernikahan Adipati Karna dengan Dewi Surtikanti dapat terlaksana.Sebenarnya Duryudana waktu itu amat marah dan merasa diremehkan oleh Karna,orang yang telah diangkat derajatnya.Namun Duryudana juga sadar bahwa Karna adalah ksatria sakti yang amat diharapkan bantuannya bila pecah Baratayuda.Karena itu Duryudana kemudian mengalihkan lamarannya pada Dewi Banowati,adik Surtikanti.Kali ini usahanya berhasil.

Seperti juga para Pandawa,Duryudana dan para Kurawa lainnya berguru pada Begawan Drona dan Resi Krepa.Selain itu dalam ilmu perkelahian dengan gada ia berguru pada Prabu Baladewa.Dibandingkan adik-adiknya,Duryudana paling sakti.Hampir seluruh tubuhnya kebal terhadap senjata,karena ia pernah mandi dengan Lenga Tala,sejenis minyak sakti yang membuat bagian badan seseorang menjadi kebal.Hanya bagian paha kiri Duryudana saja yang tidak kebal karena tidak terlumuri minyak Tala.

Bagaimanapun Duryudana adalah seorang yang punya bakat kepemimpinan.Kecepatan bertindak dan mengambil keputusan,tercermin dalam diri Duryudana waktu secara spontan mengangkat Karna yang semula hanya dikenal sebagai anak kusir Adirata,menjadi adipati di Kadipaten Awangga.Tindakannya ini membuat Karna merasa amat berhutang budi pada para Kurawa,terutama Duryudana.Setelah itu Karna bertekad untuk selalu berusaha membalas budi.Peristiwa ini terjadi manakala Arjuna dengan congkak menolak bertanding dengan Karna,yang dianggapnya tidak sederajat dengan dirinya yang seorang pangeran.

Sebagai ahli politik,Duryudana tergolong lihai,terutama dalam menggalang kekuatan bagi Kurawa.Ia sukses dalam menggalang kekompakan di antara seratus orang saudaranya.Ia pun pandai mencari sekutu dalam mempersiapkan diri menghadapi perang Baratayuda.Adipati Karna tidak hanya diangkat sebagai adipati di Awangga,Duryudana juga menikahkan anaknya Dewi Lesmanawati dengan anak Adipati Karna,yang bernama Warsakusuma untuk memperat hubungan kekeluargaan.Ia juga menarik Jayadrata untuk memihak pada para Kurawa dengan menikahkan dengan adiknya,Dewi Dursilawati.Pernikahannya dengan Dewi Banowati juga memaksa Prabu Salya berpihak pada para Kurawa dalam Baratayuda.

Duryudana akhirnya tewas di tangan Bima pada hari ke-18,hari terakhir Baratayuda.Kedua orang itu sama-sama bertubuh tinggi besar,sama-sama ahli dalam perkelahian dengan gada,karena sama-sama murid Baladewa.Menurut pewayangan kalahnya Duryudana dalam perang tanding yang amat menentukan itu,disebabkan karena kutukan Begawan Maetreya.Beberapa hari menjelang Baratayuda,Begawan Maetreya datang menghadap Duryudana dan mengusulkan agar Penguasa Astina itu menghindari pecahnya perang.Diusulkan agar para Kurawa meluluskan semua tuntutan para Pandawa,demi keselamatan rakyat Astina,dan demi kebaikan semua pihak.Nasihat pertapa sakti itu bukan hanya tidak dihiraukan,tetapi juga diremehkan.Sambil menepuk-nepuk paha kirinya,Prabu Anom Duryudana membuang muka dia berkata kalau seharusnya seorang brahmana itu hanya memberikan saran dan nasihat kalau diminta oleh rajanya,kalau tidak,sebaiknya brahmana itu diam saja dan tidak usah mencampuri urusan raja.

Karena diperlakukan seperti itu Begawan Maetreya menjadi gusar,lalu mengutuknya jika saran dan nasihat darinya yang dilandasi niat baik tetapi Duryudana hanya menutup telinga dan juga pintu hati,malahan dengan kurang ajar sambil menepuk-nepuk paha kirinya,maka paha kiri Duryudana itulah yang akan membawa kesialan bagi Duryudana sendiri kelak saat Baratayuda nantinya.Kutukan Begawan Maetreya itu terbukti.Dalam Baratayuda paha kiri Duryudana remuk terkena hantaman gada Bima dan itu menyebabkan Duryudana kalah dan kemudian tewas.Sebelumnya Duryudana berusaha mengalahkan Bima dengan menghantam paha kiri ksatria Pandawa itu,tetapi tidak mempan karena paha kiri Bima bersemayam arwah Kumbakarna.

Di hari terakhir Baratayuda,setelah paha kirinya terhantam gada Rujakpolo oleh Bima,dengan terpincang-pincang Duryudana lari meninggalkan tempat laga.Si sulung dari keluarga Kurawa itu lalu terjun ke laut dan menyelam.Di dasar laut,penguasa Astina bertemu dengan Sang Hyang Rekatama,mertua Sang Hyang Tunggal.Kepada dewa berujud kepiting itu Duryudana mengatakan bahwa ia melarikan diri dari gelanggang karena gada yang digunakannya sudah lenyap.Mendengar alasan itu,Sang Hyang Rekatama lalu memberinya sebuah gada pusaka bernama Kyai Inten.

Dengan membawa gada Kyai Inten itu semangat Duryudana bangkit kembali.Ia muncul kembali ke medan perang dan menantang Bima.Perkelahian pun berlanjut,namun perang tanding itu tidak seimbang.Gada Kyai Inten hanya ampuh jika digunakan di lautan.Tetapi dalam perang tanding di darat Kyai Inten selalu menyusut besarnya bilamana berbenturan dengan gada lawan.Dengan demikian dalam perang tanding itu,makin lama Duryudana makin kewalahan menghadapi Bima dengan gada Rujak Polonya.Akhirnya Duryudana tewas,dan perang Baratayuda berakhir.Nama lain Duryudana adalah Kurupati,Jaka Pitana,Tri Mamangsah,Suyudana,Astinendra,Destrarastraputra,Gendariputra dan Gandareya.

Selasa, 18 Mei 2010


Dursilawati



Dewi Dursilawati adalah satu-satunya wanita dalam keluarga Kurawa,yaitu puteri Prabu Drestarastra dan Dewi Gendari.Dewi Dursilawati bersuamikan Jayadrata,ksatria dari Sindureja.Dalam perkawinan ini mereka dibantu oleh Arjuna,karena waktu itu Dewi Dursilawati diculik oleh Gajahputih,sebelum dibebaskan Arjuna.

Sebenarnya Jayadrata terjadi dari bungkus bayi Bima yang dipuja Begawan Sapwani menjadi seorang bayi,yang kemudian dipelihara dan dibesarkannya.Setelah dewasa,Jayadrata mencari asal-usulnya,oleh Begawan Sapwani menyuruhnya mencari Bima di Astina.Namun sesampainya di Kerajaan Astina ternyata Bima dan Pandawa tidak ada karena mereka sedang berkelana di hutan,setelah terjadi peristiwa percobaan pembunuhan di Bale Sigala-gala.Kesempatan ini digunakan oleh Duryudana dan Patih Sengkuni,yang mengatakan bahwa Bima dan saudaranya telah mati.Ia lalu membujuk Jayadrata mau bergabung dengan para Kurawa.Agar ada ikatan persaudaraan yang kuat,Duryudana lalu menjodohkan Jayadrata dengan Dursilawati,sehingga akhirnya Jayadrata benar-benar berpihak pada Kurawa.

Dursasana



Dursasana adalah salah satu tokoh Kurawa yang menonjol setelah kakak sulungnya Duryudana.Ia mewakili tokoh wayang yang melambangkan kekurangajaran,buta etika,dan tak tahu sopan santun.Oleh Duryudana,kakaknya,Dursasana dipercaya mengepalai pemerintahan di Kasatriyan Banjarjunut,yang masih termasuk wilayah Astina.Ia kawin dengan Dewi Saltani dan dari perkawinan itu ia mempunyai anak tunggal bernama Dursala.Perkawinan Dursasana dengan Dewi Saltani dari Kerajaan Sruwantipura atau Kasipura ini berkat bantuan Arjuna.

Sebenarnya Dursasana pernah melamar Dewi Trirasa putri Begawan Bratasudarsana.Namun niat ini gagal karena Dewi Trirasa akhirnya diperistri oleh Setyaki,adik ipar Kresna.Peristiwa inilah yang menimbulkan kebencian yang mendalam Dursasana pada Setyaki.Dursasana juga pernah melakukan perbuatan keji terhadap Dewi Drupadi.Peristiwa ini terjadi beberapa saat setelah Pandawa melakukan Sesaji Raja Suya bagi Kerajaan Amarta yang telah selesai mereka bangun.Para Pandawa diundang ke istana Astina,mereka dijamu minuman memabukan kemudian diajak berjudi,mula-mula taruhannya masih kecil.Oleh Patih Sengkuni yang mewakili berjudi dari pihak Kurawa,sengaja diberikan kemenangan pada Puntadewa,yang mewakili Pandawa.Namun setelah taruhan makin besar,Pandawa kalah terus.Semua milik para Pandawa telah pindah tangan ke pihak Kurawa.Terakhir yang dipertaruhkan adalah istri Puntadewa,Dewi Drupadi,ternyata kalah juga.

Waktu itu karena mabuk kemenangan,Dursasana menyeret-nyeret Dewi Drupadi dari ruang keputren sampai balairung keraton.Drupadi diseret dengan menarik rambutnya hingga terlepas sanggulnya.Atas hasutan Adipati Karna,yang dendam dengan Dewi Drupadi,Dursasana berusaha menelanjangi Drupadi di hadapan banyak orang.Setiap kali kain Dewi Drupadi ditarik hingga lepas,setiap kali pula tubuh Drupadi telah terbungkus kain lagi secara ajaib.Sanggul Drupadi juga lepas akibat perilaku Dursasana.Waktu itu Dewi Drupadi bersumpah tidak akan menyanggul rambutnya sebelum dikeramas dengan darah Dursasana.Sedangkan Bima yang menyaksikan kekurangajaran itu bersumpah akan merobek dada dan menghirup darah Dursasana,bila ia telah berhasil membunuh Dursasana dalam Baratayuda kelak.

Kematian Dursasana terjadi manakala Bima mengamuk sesudah ia mengetahui tentang kematian Gatotkaca.Waktu Bima mendobrak barisan Kurawa untuk mencari Adipati Karna yang telah membunuh Gatotkaca.Atas perintah Prabu Duryudana,Dursasana mencoba menghalangi Bima.Namun dalam waktu tidak terlalu lama,Dursasana merasa kewalahan dan mencoba melarikan diri.Bima yang sedang marah terus mengejarnya.Ketika hendak menyeberangi Sungai Kelawing,tanpa suatu sebab yang nyata,Dursasana terjatuh.Maka terpeganglah rambut Dursasana.Tanpa ampun Bima menarik rambut musuhnya itu dan menyeretnya kembali ke tengah gelanggang perang.Kemudian dengan Kuku Pancanaka,Bima membunuh lawannya.Kematian Dursasana ini menurut pewayangan,juga akibat pembalasan arwah Tarka dan Sarka,dua kakak beradik yang dijadikan tumbal oleh Kurawa sebagai upaya memenangkan perang Baratayuda.

Senin, 17 Mei 2010


Dursala



Dursala adalah putera Dursasana dan ibunya bernama Dewi Saltani.Ayahnya adalah termasuk salah satu dari Keluarga Kurawa.Seperti ayahnya,Dursala juga kurang memperhatikan sopan santun.Sering bertindak sewenang-wenang terhadap orang yang lebih lemah dan selalu menang sendiri.Sikap tidak terpuji ini sudah muncul sejak ia masih kecil,dan makin menjadi setelah ia dewasa,karena ayahnya bukannya menegur,tapi justru seolah-olah menyuruh.Walaupun pada dirinya melekat sifat-sifat buruk itu,Dursala tergolong tekun dalam menuntut ilmu kesaktian.Antara lain ia pernah berguru pada Begawan Pisyaca,seorang pendeta berujud raksasa,yang memberinya ilmu Aji Gineng.Dalam lakon Aji Narantaka,Dursala dengan aji Ginengnya dapat mengalahkan Gatotkaca.Tubuh ksatria Pringgandani itu seolah remuk terkena hantaman Aji Gineng.Kisah ini berawal dari ulah para putera Pandawa yang dipimpin Gatotkaca untuk mengadakan latihan perang di Tegal Kurusetra.Kegiatan tanpa ijin ini membuat Prabu Duryudana marah dan mengutus Dursala untuk membubarkan latihan perang itu.Inilah pangkal sebab perang tanding antara Dursala dan Gatotkaca.

Karena kekalahannya ini,Gatotkaca lalu berguru pada Resi Seta,putera Prabu Matsawapati dari Wirata,di Pertapaan Suhini,di lereng Gunung Selaperwata.Dari guru yang masih terhitung kakeknya itu,Gatotkaca memperoleh ilmu Ajian Narantaka.Setelah mendapat ilmu itu,segera Gatotkaca menemui Dursala.Ketika keduanya betanding lagi,Gatotkaca menang.Akibat Aji Narantaka,tubuh Dursala hancur menjadi abu.Peristiwa ini terjadi beberapa waktu sebelum pecah Baratayuda.Kematian Dursala benar-benar menyedihkan para Kurawa,karena sesungguhnya anak Dursasana ini sangat diharapkan menjadi salah satu senapati dalam Baratayuda kelak.Dursala kawin dengan Dewi Sumini.Perkawinan ini membuahkan seorang anak bernama Susena.Dalam Baratayuda,Susena selamat,karena waktu itu ia masih kecil.Karena sifat-sifatnya yang dapat dipercaya kelak Susena menjadi salah satu senapati Kerajaan Astina pada zaman pemerintahan Prabu Parikesit.

Durmagati



Durmagati termasuk salah satu seratus orang keluarga Kurawa,putera Prabu Drestarastra dan ibunya Dewi Gendari.Ia tinggal di Kasatriyan Sobrahblambangan.Dalam Baratayuda,bersama Jayadrata dan belasan Kurawa lainnya ia mengeroyok Abimanyu sampai gugur.Keesokan harinya Durmagati tewas terpanah oleh Arjuna yang mengamuk.Dibandingkan tokoh Kurawa lainnya,Durmagati bertubuh pendek dan bersifat periang,suka mengkritik dan memperolok Patih Sengkuni sebagai orang yang banyak akalnya,tetapi tidak pernah mau bertanggungjawab.Yang menjadi sasaran kritiknya tidak hanya Patih Sengkuni,tetapi juga Resi Drona,Dursasana serta pemuka Astina lainnya.Namun kritik itu sering disampaikan secara kurang serius sambil cengengesan.

Minggu, 16 Mei 2010


Durgandana



Durgandana adalah salah seorang putera Prabu Basuparicara alias Basupati,Raja Wirata.Ibunya adalah seorang bidadari yang pernah menjalani kutukan sebagai seekor ikan.Bidadari itu bernama Dewi Adrika.Setelah menjadi Raja,menggantikan tahta ayahnya,Durgandana bergelar Prabu Matswapati.Kata Matswa berarti ikan,sedang pati adalah julukan bagi seorang Raja.Durgandana adalah kakak Dewi Durgandini,mereka dilahirkan kembar,ketika ibunya masih berujud ikan.Baru setelah melahirkan,Dewi Adrika terbebas dari kutukan dan kembali pada ujud semula sebagai bidadari.

Karena harus kembali ke kahyangan,bayi kembar yang baru dilahirkan dititipkan pada seorang pendayung perahu tambangan bernama Dasabala,dengan pesan agar dibawa ke Prabu Basuparicara,Raja Wirata.Dewi Adrika juga berpesan agar kedua bayi ini diberi nama Durgandana dan Durgandini.Dalam pewayangan Durgandana baru menonjol perannya setelah ia menjadi Raja Wirata bergelar Prabu Matswapati.

Sabtu, 15 Mei 2010


Druwasa



Resi Druwasa adalah guru Dewi Kunti yang mengajarkan Ajian Adityarhedaya.Sebenarnya ilmu itu tidak boleh diajarkan pada gadis yang belum menikah,tetapi karena Dewi Kunti terus merengek,akhirnya Resi Druwasa mengajarkan ilmu itu dengan pesan agar jangan sekali-kali dicoba digunakan.

Namun pada suatu pagi,di ranjang tidurnya,Dewi Kunti mencoba keampuhan ilmu itu,akibatnya datanglah Batara Surya kepadanya,dan terjadilah sesuatu yang tidak diharapkan.Dewi Kunti mengandung,padahal ia masih gadis.Karena kejadian ini,ayah Dewi Kunti,Prabu Kuntiboja mempersalahkan Resi Druwasa dan menuntut agar Resi Druwasa melahirkan jabang bayi yang dikandung Dewi Kunti tanpa merusak kegadisannya.Oleh Resi Druwasa,bayi itu akhirnya dikeluarkan lewat telinga Dewi Kunti,sebab ilmu yang diajarkan masuk ke dalam diri Dewi Kunti juga lewat telinga.Sesudah dilahirkan ,Prabu Kuntiboja memerintahkan bayi itu dibuang ke sungai,kelak bayi ini menjadi seorang ksatria sakti bernama Basukarna.

Sebagai seorang yang berilmu tinggi,Resi Druwasa tahu kelak Dewi Kunti akan sangat membutuhkan ilmu ini.Suatu ketika suaminya tidak akan dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami karena kutukan Begawan Kimindama,padahal ia sangat membutuhkan keturunan.Maka ajian Adityarhedaya terbukti memang bermanfaat untuk memanggil para dewa,sehingga garis keturunannya tidak terputus.

Drupadi



Dewi Drupadi adalah puteri sulung Prabu Drupada,Raja Cempalaradya.Nama lainnya adalah Dewi Krisna,Dewi Yajnaseni,atau Dewi Pancali.Setelah dewasa,ayahnya membuatkan sayembara untuk mencarikan jodoh buatnya.Ada dua versi sayembara.Versi pertama adalah versi Mahabarata,dalam sayembara ini diumumkan,barangsiapa dapat mementang Gendewa Pusaka,yaitu busur panah milik Kerajaan Pancala,akan dikawinkan dengan Dewi Drupadi.Dalam sayembara ini,sebenarnya Basukarna berhasil mementangkan Gendewa Pusaka,tetapi sebelum Karna menggunakan untuk memanah sasaran yang ditentukan,Dewi Drupadi berucap,bagaimana mungkin dia akan menikah dengan seorang bukan berdarah bangsawan.Mendengar ucapan itu dengan muka merah Basukarna langsung berjalan keluar istana.Arjuna lah yang akhirnya memenangkan sayembara ini.

Versi yang kedua adalah versi yang lazim dipergelarkan dalam pewayangan.Sayembara ini menyebutkan bahwa barangsiapa dapat mengalahkan Patih Gandamana maka dia berhak memboyong Dewi Drupadi.Akhirnya yang berhasil memenangkan sayembara ini adalah Bima.Bima turun gelanggang dan berhasil mengalahkan Patih Gandamana.Menjelang saat ajalnya,Patih Gandamana mewariskan aji Wungkal Bener dan Bandung Bandawasa kepada Bima.Waktu itu Bima ikut dalam sayembara mewakili kakaknya,Puntadewa.Menurut versi Mahabarata,Dewi Drupadi akhirnya menjadi istri kelima Pandawa,tapi karena hal ini tidak lazim menurut budaya Nusantara,Dewi Drupadi hanya menikah dengan Puntadewa.Untuk selanjutnya,Dewi Drupadi yang merupakan titisan Dewi Srigati ini selalu ikut dalam berbagai duka dan derita para Pandawa.Dari pernikahannya dengan Puntadewa,Dewi Drupadi mempunyai seorang anak bernama Pancawala.

Dewi Drupadi adalah lambang wanita yang setia dan tahan akan segala macam penderitaan,padahal dia puteri Raja.Setelah menikah dengan Puntadewa,tanpa mengeluh Dewi Drupadi pernah menjalani hidup sebagai pengelana yang keluar masuk hutan.Mereka hanya hidup dari pemberian orang,karena pada masa itu para Pandawa sedang menjalani hidup sebagai brahmana,setelah peristiwa Bale Sigala-gala.Dewi Drupadi baru dapat hidup wajar sebagai seorang permaisuri,ketika Pandawa selesai membangun Kerajaan Amarta.Namun kewajaran itu tidak berlangsung lama,karena Pandawa kalah dalam permainan judi dadu,akibat siasat licik Patih Sangkuni.

Namun Dewi Drupadi juga mempunyai sifat yang kurang baik,yakni berlidah tajam.Selain pernah menyinggung perasaan Basukarna dengan mengatakan tidak sudi kawin dengan orang yang bukan golongan bangsawan,dia juga menghina Prabu Duryudana yang dikatakan sebagai anak orang buta.Karena perlakuan Drupadi yang seperti itu,maka ketika Pandawa kalah dalam permainan dadu,Adipati Karna melampiaskan dendamnya dengan memanas-manasi Dursasana agar menelanjangi Drupadi,sedangkan Prabu Duryudana tertawa puas melihat Drupadi dipermalukan di hadapan banyak orang.Di hadapan para Pandawa,putri Raja Cempala yang juga permaisuri Raja Amarta itu diseret Dursasana dengan menarik rambutnya.Lalu di hadapan orang ramai,Dursasana menarik kain yang dikenakan Dewi Drupadi,namun secara gaib tiba-tiba selalu muncul kain baru yang menyelimuti tubuhnya.Itu semua berkat pertolongan Batara Darma,Dursasana yang berulang kali menarik kain Dewi Drupadi tidak pernah berhasil menelanjanginya,akhirnya jatuh kelelahan.Ketika itulah Dewi Drupadi bersumpah tidak akan menyanggul rambutnya sebelum dikeramas dengan darah Dursasana.Sumpah Dewi Drupadi akhirnya terlaksana,dalam Baratayuda,Bima berhasil membunuh Dursasana dan merobek dada lawannya itu kemudian menghirup darahnya.Dengan mulutnya Bima membawa darah Dursasana untuk diberikan pada Drupadi buat keramas rambutnya.

Setelah selesai masa pembuangan di hutan Kamiyaka selama 12 tahun,Pandawa dan Dewi Drupadi harus hidup menyamar selama satu tahun.Ketika bersembunyi di Kerajaan Wirata,Dewi Drupadi menyamar sebagai dayang istana yang melayani permaisuri Raja,dia memakai nama samaran Malini atau Sairandri.Sewaktu para Pandawa mengadakan perjalanan kelana untuk menjemput kematian,Dewi Drupadi menyertai mereka.Ternyata dalam perjalanan itu,Drupadi lah yang lebih dulu mati.Lidahnya yang tajam dan pernah melukai hati beberapa orang,selain itu juga dianggap lebih mencintai Arjuna dibanding suaminya,yang menyebabkan Batara Yamadipati menganggap ia yang paling banyak dosanya.

Drupada



Prabu Drupada adalah raja di Cempalaradya atau Pancala,walaupun sebenarnya ia berasal dari negeri Atasangin.Ketika masih muda namanya adalah Sucitra.Ia berguru pada Resi Baratwaja di Pertapaan Argajembangan,yang masuk wilayah Kerajaan Atasangin.Pada saat itu Sucitra bersahabat dengan putera Resi Baratwaja yaitu Bambang Kumbayana,atau yang lebih dikenal dengan nama Resi Drona.

Suatu ketika Sucitra mendengar berita adanya sayembara di Kerajaan Cempala,barangsiapa sanggup mengalahkan Gandamana,putera bungsu Prabu Gandabayu,akan dinikahkan dengan Dewi Gandawati.Sucitra ikut dalam perang tanding itu,dan ternyata ia menang.Karena itu Sucitra lalu dinikahkan dengan Dewi Gandawati,sekaligus mewarisi tahta Kerajaan Cempalaradya.Gandamana,adik iparnya,diangkat sebagai patihnya.Sejak naik tahta ia bergelar Prabu Drupada atau Yadyasena.Perkawinannya dengan Dewi Gandawati menghasilkan putera-puteri:Dewi Drupadi,Dewi Srikandi,dan Drestajumena.Dewi Drupadi kelak menjadi istri Puntadewa,raja Amarta.Srikandi menjadi istri Arjuna,dan dalam Baratayuda menjadi senapati yang menghadapi Resi Drona.Yang bungsu Drestajumena yang berhasil membunuh Resi Drona.

Pada suatu hari ketika Prabu Drupada sedang duduk di singgasana,Bambang Kumbayana datang berkunjung.Tanpa mengindahkan sopan-santun dan tata tertib istana,Bambang Kumbayana langsung memasuki balairung dan menyapa Prabu Drupada dengan nama kecilnya.Sikap ini membuat marah Patih Gandamana,Bambang Kumbayana segera diseret keluar istana dan dihajar sampai babak belur.Akibatnya Bambang Kumbayana yang tadinya berwajah tampan berubah menjadi buruk dan cacat seumur hidup.Prabu Drupada yang menyaksikan perlakuan Gandamana itu diam saja,tidak sedikitpun berusaha mencegahnya.Peristiwa ini mebuat Bambang Kumbayana dendam pada Prabu Drupada,dan menganggap bekas sahabatnya ini telah berubah menjadi manusia sombong yang telah mempermalukan dirinya.

Beberapa tahun kemudian,ketika Bambang Kumbayana sudah menjadi guru di Kerajaan Astina,ia menghasut Kurawa dan Pandawa agar menyerbu Cempalaradya guna melampiaskan dendamnya.Pada penyerbuan itu,Prabu Drupada berhasil ditawan Arjuna dan dibawa ke hadapan Resi Drona.Di hadapan murid-murid Resi Drona,Prabu Drupada dipermalukan,disuruh minta ampun,dan harus menyerahkan daerah Sokalima pada Resi Drona.Pada saat itulah,Prabu Drupada bersumpah akan selalu berada di pihak lawan Resi Drona pada Baratayuda kelak.

Api dendam Prabu Drupada terus menyala dalam dadanya,Raja Cempala itu lalu memohon pada Batara Agni untuk merestui cita-citanya membalaskan dendam pada Resi Drona.Batara Agni mengabulkan permohonannya,dari api sesaji menjelmalah seorang bayi berpakaian perang,yang kelak mewujudkan harapan Prabu Drupada,bayi itu diberi nama Drestajumena.Menjelang Baratayuda,Prabu Drupada paling bersemangat untuk mengobarkan perang.Baginya perang besar itu adalah kesempatan baik baginya untuk membalaskan dendamnya.Dendam Prabu Drupada tidak hanya tertuju pada Resi Drona semata,melainkan juga pada seluruh Kurawa,terutama Dursasana.Sakit hatinya karena penghinaan para Kurawa terhadap puterinya,Dewi Drupadi,hanya bisa terobati melalui jalan perang.

Dalam perang Baratayuda,Prabu Drupada yang memihak Pandawa,akhirnya memang berhadapan langsung dengan Resi Drona,namun berhasil dikalahkan dan gugur di tangan Resi Drona.Tokoh Prabu Drupada ini mencerminkan manusia yang penuh dengan rasa dendam sehingga dendam ini juga diwariskan pada anak-anaknya.Dan ternyata pembalasan dendam tidak membawa keuntungan apa-apa.

Rabu, 12 Mei 2010


Drona



Begawan Drona di waktu mudanya dikenal dengan nama Bambang Kumbayana.Ia putera Begawan Baratwaja dari pertapaan Argajembangan,negeri Atasangin.Ketika menjelang dewasa,Bambang Kumbayana diusir ayahnya karena dianggap bertingkah kurang ajar,merendahkan martabat bidadari.Waktu itu Begawan Baratwaja menyuruh putranya itu agar segera menikah,tetapi Bambang Kumbayana menjawab,ia hanya mau kawin kalau istrinya seorang bidadari.Istri Bambang Kumbayana ternyata memang benar-benar seorang bidadari,yakni Dewi Wilutama atau Dewi Totilawati.Karena kesalahan yang diperbuatnya,Dewi Wilutama dikutuk menjadi seekor kuda betina dan harus menjalani hidup di dunia.Kutukan itu baru hilang,bila Wilutama telah melahirkan anak di dunia.

Kebetulan pada suatu hari Bambang Kumbayana yang sedang berkelana,perjalanannya terhalang oleh sebuah sungai besar.Karena tidak tahu lagi bagaimana caranya supaya dapat sampai ke seberang,tanpa pikir panjang dia berujar,kalau seandainya yang menolong dia menyeberangi sungai ini seorang laki-laki maka akan diangkat sebagai saudara,namun jika perempuan maka akan dijadikan istrinya.Begitu selesai Bambang Kumbayana mengucapkan kalimat itu,seekor kuda Sembrani,kuda bersayap,datang menjemputnya dan memberi isyarat agar Bambang Kumbayana naik ke punggungnya.Akhirnya Kumbayana diterbangkan kuda sembrani itu dan berhasil diterbangkan ke seberang sungai.Sesuai dengan janjinya,terpaksa Bambang Kumbayana mengawini kuda betina itu.Dari perkawinannya lahirlah seorang bayi bernama Aswatama.Setelah melahirkan anaknya,kuda sembrani itu berubah wujud seperti semula,menjadi bidadari cantik kembali.

Karena masa kutukannya sudah selesai,setelah menerangkan siapa dirinya yang sebenarnya,Dewi Wilutama mohon pamit pada Bambang Kumbayana untuk pergi kembali ke kahyangan.Sebelum terbang ke kahyangan Dewi Wilutama meninggalkan sebilah anak panah pusaka bernama Cundamanik,dengan pesan agar kelak setelah anaknya dewasa,panah pusaka itu diberikan kepadanya.Dan semenjak itulah,Bambang Kumbayana terpaksa mengasuh dan memelihara anaknya sampai dewasa,seorang diri,tanpa didampingi istrinya.Itulah sebabnya ia amat sayang pada anak tunggalnya ini.Dalam kitab Mahabarata,istri Bambang Kumbayana lain lagi.Istrinya adalah Dewi Krepi,saudara kembar Resi Krepa.Keduanya adalah putera-puteri Prabu Purungaji dari Kerajaan Timpuru.Ibu mereka seorang bidadari bernama Dewi Janapadi.

Suatu ketika,Bambang Kumbayana teringat akan seorang sahabatnya bernama Bambang Sucitra yang dulu pernah berguru pada Begawan Baratwaja,ayahnya.Ia mendengar kabar bahwa kini Sucitra telah diangkat menjadi raja di Cempalaradya menggantikan kedudukan mertuanya.Karena itu Bambang Kumbayana kemudian pergi ke negeri itu untuk menjumpai sahabatnya itu.Tatkala Bambang Kumbayana sampai di istana Cempala,Sang Raja sedang menerima para menterinya.Tanpa mengindahkan sopan-santun,Bambang Kumbayana langsung saja masuk ke balairung dan segera saja menegur sahabatnya itu.Kumbayana menyapa dengan nama kecil Raja Cempala itu,yang menurut adat istana,bahwa seorang raja yang telah dinobatkan dan sudah menggunakan nama gelar pantang dipanggil dengan nama kecilnya.

Melihat tamu yang tidak kenal sopan-santun itu,Patih Kerajaan Cempala,Gandamana,langsung bertindak.Tanpa banyak bicara,Bambang Kumbayana diseret keluar istana,dan sesampainya di halaman tamu itu dihajar habis-habisan.Bambang Kumbayana berusaha melawan tapi ia kalah sakti.Patih Gandamana yang menganggap kelakuan tamunya itu sebagai hinaan terhadap martabat raja dan Kerajaan Cempala bertindak tanpa ampun.Tangan Kumbayana dipatahkan,dan akibat hajarannya hidung Kumbayana jadi bengkok.Setelah tamu tak diundang itu cacat tubuhnya,barulah Patih Gandamana melepaskannya.Kini lenyap sudah ketampanan Bambang Kumbayana dan yang ada sekarang sosok tubuh yang penuh cacat.Setelah hidungnya bengkok,tangannya patah,dan tubuhnya bungkuk,Bambang Kumbayana lebih dikenal dengan nama Drona.Peristiwa ini menyebabkan Drona dendam kepada Sucitra yang kini telah bergelar Prabu Drupada.Sakit hatinya membekas karena Prabu Drupada pada peristiwa itu tidak sedikitpun berusaha mencegah penganiayaan yang terjadi atas dirinya.Ia bertekad suatu saat akan membalas penghinaan bekas sahabatnya itu.

Dalam keadaan babak belur itu,Bambang Kumbayana alias Drona ditolong sahabatnya,Resi Krepa.Bersama Dewi Krepi,adiknya,Resi Krepa merawat Bambang Kumbayana hingga sembuh.Dan setelah itu,Krepa juga mencarikan pekerjaan sebagai guru ilmu keprajuritan dan ilmu siasat perang di Kerajaan Astina,baik bagi keluarga Kurawa maupun Pandawa.Namun menurut kitab Mahabarata,hadirnya Drona di Kerajaan Astina sebagai mahaguru bukan atas jasa baik Resi Krepa,tetapi karena usahanya sendiri.Suatu ketika Pandawa dan Kurawa yang waktu itu masih kanak-kanak bermain bola di tanah lapang.Tiba-tiba bola itu melayang tinggi dan jatuh ke dalam sumur yang dalam.Para Kurawa menuduh Puntadewa lah yang melempar bola itu.Namun Puntadewa membantah,Pandawa yakin bahwa kakak sulungnya ini tidak pernah bohong,maka segera membela Puntadewa.Pertengkaran pun terjadi,lalu datanglah Drona melerai mereka.

Sesudah tahu yang menjadi penyebab pertengkaran,Drona lalu mengajari mereka cara mengambil bola dari dalam sumur.Drona mengambil segenggam rumput alang-alang dan membentuknya menjadi semacam anak panah.Satu persatu,anak panah yang terbuat dari batang rumput itu dilemparkan ke dalam sumur,tepat pada bolanya.Batang rumput berikutnya diarahkan ke rumput yang terdahulu,sehingga anak panah rumput itu menjadi semacam rantai,yang akhirnya dapat digunakan untuk menarik bola keluar dari sumur.Kemahiran yang luar biasa ini menarik perhatian Arjuna,yang langsung mengusulkan agar Drona bersedia menjadi guru mereka.Pendapat Arjuna disetujui oleh Resi Bisma yang berkenan mengangkat Resi Drona menjadi guru besar di Kerajaan Astina,dengan syarat ia hanya mengajar pada para pangeran,yaitu Kurawa dan Pandawa.Ia tidak boleh membagi ilmunya pada orang lain,selain keluarga kerajaan itu.Sebagai guru,ia berusaha menunaikan tugasnya dengan baik.Itulah sebabnya,Pandawa dan Kurawa menaruh hormat kepadanya.Dari semua muridnya yang paling disayangi adalah Arjuna.Kepada Arjuna inilah,seluruh ilmunya ditumpahkan.Begawan Drona juga berjanji pada Arjuna,tidak akan ada murid lain yang diberi seluruh ilmunya sehingga menyamai kemahiran dan ketrampilan memanah Arjuna.

Suatu saat Arjuna memprotes gurunya itu karena dianggapnya tidak menepati janji.Hal ini terjadi sewaktu Arjuna menyaksikan Bambang Ekalaya alias Palgunadi ternyata lebih mahir melepaskan anak panah dibandingkan dengan dirinya.Ekalaya sanggup melepaskan tujuh buah anak panah sekaligus,dan semuanya tepat mengenai sasaran.Kemampuan seperti itu belum dimiliki Arjuna.Resi Drona lalu menjumpai Ekalaya dan minta agar ksatria itu menyerahkan ibu jari tangan kanannya kepada Resi Drona,sebagai tanda bakti murid kepada gurunya.Karena rasa hormat pada Resi Drona yang dianggapnya sebagai gurunya,Ekalaya memotong ibu jari tangan kanannya dan menyerahkannya pada Drona.Padahal di jari itu melekat sebuah cincin sakti bernama Mustika Ampal,yang sudah ada semenjak lahir.Setelah kehilangan ibu jari tangan kanannya,Ekalaya tidak sanggup lagi melepaskan anak panah.Dan itu pula yang menyebabkan ia gugur sewaktu berperang tanding melawan Arjuna.Menjelang ajalnya,Ekalaya bertekad akan membalas Resi Drona kelak pada saat perang Baratayuda.Arwahnya akan menyusupi orang yang pernah berguru kepadanya dan Resi Drona akan tewas di tangan muridnya itu.Selain Bambang Ekalaya,Resi Drona juga mengecewakan Basukarna yang ingin berguru kepadanya.Karena Basukarna bukan putera Raja,permohonannya untuk diterima sebagai murid ditolak Resi Drona.Namun Basukarna tidak patah semangat,ia justru mendapatkan guru yang lebih unggul dari Resi Drona,yakni Maharesi Rama Bargawa.

Dalam pewayangan tokoh Drona perangainya tidak seburuk Patih Sengkuni,pribadinya cukup jujur,tapi dia tergolong tokoh pendendam dan kadang bertindak kurang adil.Resi Drona pernah menyalahgunakan kedudukannya sebagai mahaguru untuk kepentingan pribadinya.Suatu ketika,manakala ia menganggap bahwa ilmu keprajuritan yang diajarkan pada murid-muridnya telah cukup mahir,Resi Drona membawa mereka menyerbu ke Kerajaan Cempalaradya.Alasannya untuk melatih jiwa keperwiraan dan ketrampilan dalam ilmu olah senjata.Di bawah bimbingan Resi Drona yang mengatur siasat perang,Kurawa dan Pandawa yang saat itu masih remaja,dengan mudah memukul mundur bala tentara Cempalaradya,bahkan Arjuna berhasil menawan Prabu Drupada.Di hadapan murid-muridnya kemudian Begawan Drona menghina dan mempermalukan Prabu Drupada.Selain itu Drona juga menyita wilayah Sokalima yang semula merupakan bagian wilayah Kerajaan Cempala.Sejak itu,Sokalima dijadikan tempat kediaman Resi Drona.

Setelah membalas dendam dan sakit hatinya,Resi Drona mengira sudah tidak ada lagi persoalan antara dia dengan Prabu Drupada.Karena itulah,beberapa tahun kemudian dengan dukungan penuh dari para Kurawa,Resi Drona melamar puteri Prabu Drupada,yakni Dewi Drupadi.Mendengar adanya lamaran itu,Dewi Drupadi mengajukan syarat,dia bersedia menjadi istri Resi Drona asal saja Drona sanggup memenangkan debat melawan seekor burung bernama Peksi Dewata.Ternyata Drona kalah dan pulang ke Sokalima dengan menanggung malu.Dalam lakon Mbangun Taman Maerakaca,Prabu Drupada mengumumkan sayembara,barangsiapa sanggup membangun kembali taman Maerakaca yang rusak poranda dalam waktu semalam,akan dinikahkan dengan Dewi Srikandi.Resi Drona pun termasuk salah satu peserta sayembara tetapi gagal juga.Yang memenangkan sayembara itu adalah Arjuna.

Dalam lakon alap-alapan Dewi Rukmini,Drona juga pernah melamar Dewi Rukmini,putri Prabu Bismaka dari Kerajaan Kumbina.Sebenarnya lamaran itu diterima oleh Prabu Bismaka,tetapi menjelang hari pernikahan calon pengantin putri malah kabur dari keputren.Pada mulanya yang dituduh melarikan Dewi Rukmini itu adalah Arjuna.Karena Arjuna tidak mengaku,Prabu Bismaka menunjuk Arjuna untuk mencari Dewi Rukmini sampai ketemu dan membawa kembali pulang.Ternyata yang sebenarnya menculik Dewi Rukmini adalah Narayana alias Kresna.Dewi Rukmini pada akhirnya menjadi istri Prabu Kresna dan Resi Drona gagal kawin lagi.

Sebagai orang yang sarat dengan ilmu keprajuritan,Resi Drona memilki beberapa senjata pusaka,antara lain pedang Sokayana dan anak panah Cundamanik.Tetapi pada akhirnya anak panah Cundamanik menjadi milik Arjuna.Selama lima hari menjadi senapati di pihak Kurawa dalam perang Baratayuda,Resi Drona banyak membunuh lawan di pihak Pandawa.Yang gugur di tangan Resi Drona adalah Prabu Matswapati,raja Wirata;Prabu Drupada,raja Cempala;Utara,putera Prabu Matswapati;Brantalaras dan Wilugangga,anak Arjuna.Bahkan gugurnya Abimanyu,putra kesayangan Arjuna juga akibat kecerdikan Resi Drona.

Hari itu Kurawa menggunakan gelar perang Dirada Meta(gajah mengamuk),sedang pihak Pandawa yang dipimpin Abimanyu menggunakan gelar perang Sapit Urang.Pada waktu Abimanyu mengamuk karena kematian Brantalaras dan Wilugangga sehingga banyak korban di pihak Kurawa.Drona mengubah gelar perangnya dengan tujuan agar Abimanyu masuk perangkap,mula-mula gelar perang itu diubah menjadi roda berputar.Dan setelah Abimanyu masuk perangkap dalam barisan Kurawa yang mengepungnya,gelar perang diubah lagi menjadi Sapit Urang untuk menghalangi Pandawa yang mencoba menolongnya.Dalam situasi terperangkap itulah Abimanyu akhirnya gugur di tangan Jayadrata.

Kematian Drona ini berkat siasat dan akal Prabu Kresna.Raja Dwarawati itu menyuruh Bima membunuh seekor gajah yang kebetulan bernama Aswatama,serupa dengan nama anak tunggal Drona.Setelah gajah itu mati,seperti yang disiasatkan Prabu Kresna,Bima lalu berteriak lantang bahwa Aswatama telah mati.Teriakan ini diteruskan secara beranting oleh para prajurit Pandawa,sehingga dengan cepat berita itu menyebar ke seluruh arena pertempuran.Akhirnya berita itu sampai juga ke telinga Drona.Resi Drona tidak yakin akan kebenaran berita itu.Karenanya kepada setiap orang yang dijumpainya ia bertanya,benarkah Aswatama telah mati.Walaupun setiap orang membenarkan berita itu,Drona masih juga belum yakin.Karena itu ia lalu mendatangi Prabu Puntadewa,orang yang dikenalnya sangat jujur,tidak akan berbohong seumur hidupnya.Prabu Puntadewa yang sebelumnya dipesan oleh Kresna menjawab memang benar Aswatama telah mati.Mendengar jawaban itu seketika Resi Drona tertegun.Ia berdiri saja,tidak bergerak,seolah hilang kesadarannya.Berita kematian anak tunggalnya yang diasuhnya sejak bayi,benar-benar merupakan pukulan batin yang sangat hebat baginya.Dalam keadaan seperti itu arwah Bambang Ekalaya menyusup ke tubuh Drestajumena,yang langsung mengangkat pedangnya menebas leher Drona.

Meskipun perbuatan Drestajumena itu didasari juga rasa dendam karena Drona sebelumnya telah membunuh Prabu Drupada,ayahnya,tetapi para Pandawa terutama Arjuna dan Setyaki amat marah.Perbuatan Drestajumena dinilai sudah melewati batas.Kejadian ini hampir menyebabkan perkelahian antara Drestajumena dengan Setyaki,yang menganggap perbuatan Drestajumena itu tidak ksatria dan hanya membuat malu keluarga Pandawa.Untunglah perkelahian itu segera dapat dilerai oleh Prabu Kresna.Menurut Kresna,perbuatan Drestajumena itu selain disebabkan dendam yang meluap juga karena disusupi arwah Ekalaya.Kematian Drona juga sesuai kutukan Ekalaya yang menyebutkan bahwa dalam perang Baratayuda,Drona akan mati dibunuh oleh orang yang pernah berguru kepadanya.Drestajumena pernah berguru pada Resi Drona,walaupun Drona sudah tahu bahwa kelak ia akan mati di tangan Drestajumena,Drona menerima sebagai muridnya dengan ikhlas.Sebagai seorang guru,Drona tidak memikirkan bahwa Drestajumena adalah anak musuhnya yang kelak akan berbahaya bagi jiwanya.Suatu ciri khas Guru Sejati.