Minggu, 30 Mei 2010


Gandabayu



Prabu Gandabayu adalah raja Cempalaradya,ia disebut juga dengan nama Prabu Dupara.Dari permaisurinya yang bernama Dewi Wisri,Prabu Gandabayu mendapat dua orang anak.Yang sulung seorang putri cantik bernama Dewi Gandawati,yang kemudian kawin dengan Bambang Sucitra.Menantunya inilah yang kemudian menggantikannya sebagai raja di Cempala dengan gelar Prabu Drupada.Adik Gandawati bernama Gandamana,seorang ksatria gagah yang mulanya menjadi Patih di Kerajaan Astina kemudian karena hasutan Sengkuni,Gandamana kembali lagi ke Kerajaan Cempala.Prabu Gandabayu mewarisi tahta kerajaan dari ayahnya yaitu Prabu Sengara.Nama-nama Gandabayu,Gandamana dan Prabu Sengara hanya terdapat dalam kisah pewayangan,bukan dari kitab Mahabarata.

Sabtu, 29 Mei 2010


Gagak Baka



Gagak Baka adalah patih Kerajaan Jodipati pada zaman pemerintahan Prabu Dandunwacana.Setelah Bima mengalahkan Dandunwacana,Patih Gagakbaka mengabdi pada Bima,yang tetap memberikan kedudukan patih kepadanya.Kerajaan Jodipati lalu diambil alih Bima dan dijadikan kasatriyannya.Versi menyebutkan,Gagak Baka adalah putera Prabu Garudawinata dari Kerajaan Slagaima atau Gendingpitu.Menurut pedalangan gagrak Jogjakarta,Gagakbaka bersaudara 40 orang.Namun yang terkenal hanyalah Bima Kurda,Tambak Ganggeng,Podang Binorehan,Ganggeng Kanyut,Macan Anglur,dan Kuntul Wilanten.

Dalam lakon Parta Krama,Gagakbaka diutus Bima mencari kera putih sebagai salah satu syarat perkawinan Arjuna dengan Dewi Subadra.Tugas itu dilakukan dengan baik,seekor kera berbulu putih bernama Pracandaseta bersedia membantunya.Pengabdian Patih Gagakbaka pada Bima dan keluarga Pandawa lainnya dilakukan dengan ikhlas.Ia juga ikut beperang di pihak Pandawa dalam Baratayuda sebagai pendamping Bima,dan gugur di hari ke-16.Waktu itu bertugas sebagai pembuka jalan menerobos barisan Kurawa agar Bima dapat mendekati Adipati Karna guna membalas dendam atas kematian Gatotkaca.Gagakbaka akhirnya gugur di tangan Dursasana.

Jumat, 28 Mei 2010


Erawati



Dewi Erawati dalam pewayangan adalah satu-satunya istri Prabu Baladewa,raja Negeri Mandura.Ia adalah puteri sulung Prabu Salya,raja Mandaraka dan ibunya bernama Dewi Setyawati atau Pujawati.Dewi Erawati mempunyai empat orang adik yaitu,Surtikanti yang diperistri Adipati Karna,Banowati yang diperistri Duryudana,Burisrawa dan Rukmarata.Ketiga puteri Prabu Salya memang cantik semua,demikian juga si bungsu Rukmarata berwajah tampan.Hanya Burisrawa yang lahir berujud setengah raksasa,hal ini disebabkan karena kutukan para dewa pada Prabu Salya yang ketika masih muda membunuh mertuanya yang berujud raksasa,Begawan Bagaspati.

Perkawinan Dewi Erawati dengan Baladewa terjadi ketika putera mahkota Kerajaan Mandura itu masih hidup sebagai pertapa dengan nama Wasi Jaladara.Dalam pewayangan kisah perkawinan Erawati dengan Baladewa terdapat dalam lakon Kartawiyoga Maling.Suatu ketika Kerajaan Mandaraka heboh karena puteri sulung Prabu Salya hilang diculik orang.Setelah mengerahkan para prajuritnya untuk mencari Dewi Erawati tidak berhasil,Prabu Salya mengumumkan sayembara,barangsiapa dapat menemukan dan mengembalikan Dewi Erawati ke Mandaraka,ia akan diangkat sebagai menantu dan dikawinkan dengan Dewi Erawati.Prabu Anom Suyudana,penguasa Astina,adalah salah satu pesertanya.Ia memerintahkan para Kurawa dan bala tentara Astina untuk membantu mencari Dewi Erawati.

Di Kerajaan Mandaraka,Arjuna menghadap Prabu Salya dan menawarkan bantuannya untuk mencari Dewi Erawati,walaupun tidak bermaksud mengikuti sayembara.Ketika itu Arjuna sempat bertemu dan berkenalan dengan Dewi Surtikanti dan Banowati.Kedua kakak beradik itu sama-sama jatuh cinta pada Arjuna,Namun ternyata Arjuna lebih menyukai Banowati,hal ini menyebabkan Dewi Surtikanti cemburu dan sakit hati.Karena merasa cintanya tidak ditanggapi,Surtikanti lalu mengutuk,nantinya dalam perjalanan mencari Dewi Erawati,Arjuna akan merasa kelaparan.Dan benar,selama dalam perjalanan mencari Erawati yang diculik itu,Arjuna selalu diganggu rasa lapar.Apalagi setelah ia memasuki wilayah Widarakandang,Arjuna tidak dapat lagi menahan laparnya.Ia lalu memerintahkan para Panakawan untuk mencari makan untuknya.Untunglah Arjuna kemudian bertemu dengan Wasi Jaladara alias Kakrasana yang mengingatkan bahwa seorang ksatria seharusnya sanggup menahan lapar.Dalam perjumpaannya dengan Wasi Jaladara itu,Arjuna menganjurkan agar Wasi Jaladara mengikuti sayembara itu.Keduanya lalu kembali ke Mandaraka,Wasi Jaladara minta ijin agar dibolehkan memasuki ruang keputren sebab menurut firasatnya,Sang Penculik akan kembali,dan karenanya ia akan mencegat penculik itu di tempat keputren ini.

Sementara itu,Dewi Erawati yang diculik oleh Kartawiyoga telah berada di Kerajaan Tirtakandasan,sebuah negeri di bawah laut.Ketika Kartawiyoga merayu dan hendak mengawininya,timbullah akal Dewi Erawati.Ia mengatakan pada penculiknya,dia bersedia menjadi istrinya asal dua orang adik perempuannya,Surtikanti dan Banowati,juga diperistri olehnya juga.Karena ia merasa tidak sanggup berpisah dengan kedua adik yang disayanginya itu.Kartawiyoga setuju dan segera kembali ke Mandaraka dengan tujuan menculik kedua adik Erawati itu.Untuk memenuhi permintaan Dewi Erawati,segera saja Kartawiyoga berangkat lagi ke Kerajaan Mandaraka.Dengan aji Panyirep,Kartawiyoga membuat tidur semua penghuni istana,dengan demikian ia mudah memasuki keputren,langsung ke ruangan tempat Dewi Surtikanti dan Banowati tidur.Namun ketika ia hendak membawa kedua putri itu,ternyata yang ada adalah Wasi Jaladara dan Arjuna.Keduanya lalu berusaha meringkus sang penculik tetapi berhasil lolos.Wasi Jaladara dan Arjuna kemudian mengejarnya sampai ke Kerajaan Tirtakandasan.Akhirnya Wasi Jaladara berhasil membunuh Kartawiyoga dan ayahnya Prabu Kurandageni,raja Tirta Kandasan.Pada waktu bertanding melawan Prabu Kurandageni,Wasi Jaladara berpesan agara Arjuna membawa Dewi Erawati kembali ke Mandaraka.

Dalam perjalanannya ke Mandaraka,untuk mengantarkan Dewi Erawati,Arjuna bertemu para Kurawa yang dipimpin oleh Patih Sengkuni.Mereka minta agar Dewi Erawati diserahkan pada para Kurawa sebab putri sulung Prabu Salya itu akan dipersunting Prabu Duryudana.Arjuna menolak,sedangkan para Kurawa memaksa.Akibatnya terjadilah perkelahian.Untunglah Bima dan Wasi Jaladara segera datang membantu sehingga para Kurawa lari tunggang langgang pulang ke Astina.Sesuai dengan bunyi sayembara,Prabu Salya akhirnya menikahkan Dewi Erawati dengan Wasi Jaladara alias Kakrasana alias Baladewa.Setelah Baladewa menjadi Raja Mandura,Dewi Setyawati kemudian dinobatkan menjadi permaisurinya.Dari pernikahannya ini,Dewi Erawati mendapat dua orang anak yaitu Wisata dan Wimuka.Dewi Erawati tergolong wanita yang beruntung karena Prabu Baladewa termasuk suami yang sangat setia pada istrinya,Baladewa tidak pernah melirik wanita manapun sampai akhir hayatnya.Kelak di masa tuanya,Baladewa lengser keprabon,meninggalkan istana dan hidup menjadi pertapa di Talkanda dan bergelar Begawan Curiganata.Pada saat itu Dewi Erawati tetap tinggal di istana Mandura mendampingi Wisata yang naik tahta menjadi Raja Mandura.

Batara Endra



Batara Endra adalah salah seorang anak Batara Guru.Kekuasaanya cukup banyak,ia bertanggung jawab pada ketertiban kahyangan,memimpin para bidadari,mengurusi berbagai hadiah dari para dewa untuk manusia yang berjasa.Menurut kitab Mahabarata,Batara Endra adalah dewa penguasa petir dan guntur.Dewa ini bertempat tinggal di Kahyangan Tenjamaya.Dalam pewayangan yang menjadi pemuka para dewa adalah Batara Guru,namun dalam Mahabarata,pemuka para dewa adalah Batara Endra atau Indra ini,dan kahyangan tempat tinggalnya adalah Indraloka,Indrabawana atau Kaindran.

Batara Endra mempunyai seekor gajah tunggangan yang luar biasa besar yang diberi nama Airawata.Senjatanya yang terkenal diberi nama Bajra yang bilamana diarahkan ke musuhnya berubah menjadi petir.Senjata yang luar biasa ampuh ini,adalah penjelmaan tulang belulang Maharsi Datica.Keterangan ini didapat dari Mahabarata.Dalam pewayangan,dari perkawinannya dengan Dewi Wiyati,Batara Endra mempunyai lima putera dan tiga puteri yang pertama bernama Dewi Tara,yang menikah dengan Resi Subali dan kemudian oleh Prabu Sugriwa.Yang kedua adalah Dewi Tari,yang dinikahkan dengan Rahwana,raja Alengka.Yang ketiga adalah Dewi Supraba,yang menikah dengan Arjuna.Sedangkan lima puteranya adalah Batara Citrarata,Citranggana,Citrasena,Jayantaka,dan Jayantara.

Ketika Arjuna bertapa di Gunung Indrakila dan memakai nama Begawan Ciptaning,Batara Endra datang menemuinya dan menyamar sebagai brahmana bernama Resi Padya.Guna mengetahui ketangguhan Arjuna dalam ilmu kasampurnan,ia menantang adu debat dengan Begawan Ciptaning,tetapi kalah.Perdebatan ini adalah salah satu ujian untuk memastikan apakah Arjuna benar-benar manusia terpilih yang pantas diangkat menjadi jago para dewa untuk menghadapi Prabu Niwatakawaca yang mengancam kewibawaan kahyangan.Sewaktu Arjuna hendak menghadapi Niwatakawaca,Batara Endra menganugerahinya anak panah pusaka Pasopati.Dengan anak panah itulah Prabu Niwatakawaca berhasil dibunuh.

Baik dalam Mahabarata atau pewayangan,Batara Endra adalah ayah Arjuna yang sesungguhnya.Batara Endra menemui Dewi Kunti,istri Pandu Dewanata,yang merapal Ajian Adityarhedaya.Karena itulah Batara Endra selalu memberi pertolongan pada Arjuna bilamana ksatria Pandawa itu membutuhkannya,baik diminta maupun tidak.Menjelang Baratayuda,sebagai seorang ayah,Batara Endra merasa khawatir akan keselamatan Arjuna.Ia tahu bahwa dalam perang besar Baratayuda nantinya,Arjuna tentu akan berhadapan dan mengadu kesaktian dengan Basukarna,putera Batara Surya.Keduanya sama-sama tangguh dan sakti.Batara Endra juga tahu,Karna memiliki beberapa pusaka ampuh,diantaranya adalah baju Kerei Kaswargan yang membuatnya kebal terhadap segala macam senjata dan Anting-anting Mustika yang menyebabkan Karna memiliki firasat tajam terhadap segala bahaya yang mengancam.Kedua pusaka sakti ini yang merupakan pemberian Batara Surya itu telah dimiliki Basukarna sejak lahir.Karena itu untuk membantu Arjuna memenangkan perang dalam Baratayuda,Batara Endra lalu berusaha mengambil pusaka-pusaka yang menjadi andalan Basukarna.Dengan cara menyamar sebagai brahmana tua,Batara Endra berhasil meminta pusaka-pusaka Karna itu.Sebenarnya Karna sudah tahu dari keterangan Batara Surya,bahwa yang menemuinya adalah Batara Endra yang menyamar dan berusaha mengelabuinya.Namun Karna pura-pura tidak tahu dan dengan ikhlas memberikan pusakanya.

Batara Endra juga berwenang mengatur pemberian hadiah pada mereka yang dianggap berjasa pada para dewa.Hadiah itu berupa pusaka namun bisa juga berupa bidadari.Hadiah yang berupa bidadari diberikan tidak hanya pada manusia ,namun juga pada para raksasa dan kera.Sugriwa misalnya,walaupun berujud raksasa,istrinya yang bernama Dewi Tara adalah bidadari pemberian Batara Endra,sebagai hadiah atas bantuannya mengalahkan musuh para dewa.Begitupun juga Begawan Bagaspati yang dianggap berjasa pada para dewa diberi hadiah bidadari bernama Dewi Darmastuti,padahal ia seorang pandita raksasa.Kadang-kadang Batara Endra juga terpaksa memberikan bidadari pada musuh yang dianggap mengancam kahyangan sebagai suapan.Seperti pemberian tiga bidadari sekaligus pada Dasamuka sebagai pengganti Dewi Widawati yang dituntut oleh Dasamuka.Karena Dewi Widawati adalah istri Batara Wisnu,jadi sulit bagi Batara Endra mengabulkan permintaan Dasamuka.Batara Endra juga pernah turun ke dunia,menyamar sebagai raksasa sakti bernama Rukmuka yang menghadang Bima yang sedang mencari Tirta Perwitasari sebagaimana yang diperintahkan Resi Drona.

Emban



Emban adalah wanita pengasuh di lingkungan istana bagi keluarga bangsawan.Wanita ini dipekerjakan sebagai pengasuh,penghibur,sekaligus penjaga keselamatan seorang putera atau puteri raja sejak kanak-kanak.Umur mereka biasanya hanya beberapa tahun lebih tua dari anak asuhannya.Sampai anak asuhannya dewasa,biasanya mereka masih tetap mengabdi.

Dalam pewayangan,cukup banyak emban yang terkenal dan memiliki peran cukup penting dalam berbagai lakon.Lesmana Mandrakumara alias Sarojakusuma,putera mahkota Astina,misalnya memiliki dua emban setia,yaitu Emban Abiseca dan Emban Secasrawa.Keduanya gugur dalam Baratayuda,menjadi korban amukan Abimanyu,beberapa saat sebelum Lesmana Mandrakumara mati.Dewi Pujawati alias Setyawati,istri Prabu Salya juga mempunyai emban setia,yakni Emban Sugandini,yang menemani Sang Dewi menjelajah padang Kurusetra untuk mencari jenazah Prabu Salya.Setelah jenazah Raja Mandaraka itu ditemukan,Dewi Setyawati segera menghunus patrem dan menghunjamkannya di dadanya,bunuh diri di samping jenazah suaminya.Emban Sugandini pun ikut bunuh diri di dekat jenazah majikannya.

Emban Sawega,dari Kadipaten Awangga,juga aktif dalam perang Baratayuda.Sewaktu Adipati Karna bertindak sebagai senapati perang di pihak Kurawa,Emban Sawega bertindak sebagai pembuka jalan bagi pasukan Kurawa.Emban Sawega akhirnya tewas terkena panah Arjuna,karena dianggap mengganggu.Selain itu emban juga terdapat di kalangan para raksasa.Dalam lakon Cekel Indralaya terdapat tokoh cukup penting bernama Emban Yaksi Kalabahni yang berujud raksasa.Selain sakti,Emban Kalabahni juga cerdas dan banyak akalnya sehingga disayang oleh rajanya,Prabu Kala Hirupaksa dari Kerajaan Jurangmas.

Rabu, 26 Mei 2010


Ekalaya



Ekalaya dalam dunia pewayangan dikenal sebagai raja tampan dan sakti yang beristrikan wanita cantik dan setia bernama Dewi Anggraini.Ia adalah putera Prabu Hiranyadanu dari Negeri Nisada atau Paranggelung yang kemudian ia mewarisi tahta ayahnya.Prabu Ekalaya dikenal juga dengan nama Palgunadi.

Ketika mendengar tentang adanya guru pandai yang bernama Resi Drona,ia datang ke Kerajaan Astina dan melamar menjadi muridnya.Namun keinginannya itu tidak terlaksana,sebab Resi Drona telah berjanji hanya akan mengajarkan ilmunya pada para Kurawa dan Pandawa saja.Karena tidak diterima sebagai murid,Ekalaya lalu mencuri dengar setiap kata-kata Drona waktu sedang mengajar.Setelah itupun ia tekun berlatih mempraktekan ajaran Drona.Karena ketekunannya lama kelamaan ilmu yang dimiliki Ekalaya sebanding dengan Arjuna,terutama dalam ilmu memanah.

Suatu hari ketika Ekalaya alias Palgunadi sedang berlatih memanah di hutan,seekor anjing pemburu datang mendekat lalu menggonggonginya.Ekalaya mencoba mengusir,tetap anjing itu tetap menggonggong.Lama-lama habislah kesabarannya,diambilnya tujuh buah anak panah,dipasang pada busurnya,dan dengan sekali bidik,ketujuh anak panah itu melesat lalu menancap tepat ke moncong anjing itu,lalu mati.Tidak lama kemudian datanglah pemilik anjing itu,yaitu Arjuna.Waktu itu memang Arjuna sedang berburu di hutan ditemani oleh anjingnya.Ketika melihat anjingnya mati dengan tujuh buah anak panah menancap sekaligus di moncongnya,ia sangat marah.Selain marah karena kematian anjingnya,Arjuna juga merasa kagum sekaligus cemburu karena keahliannya dalam hal panah memanah kini tersaingi oleh seseorang.Sebagai orang yang selama ini dikenal paling ahli memanah,Arjuna merasa tidak akan sanggup membidik sasaran dengan tujuh buah anak panah sekaligus.Karena itu dengan hati amat penasaran ia mencari siapa orang itu.Setelah akhirnya berjumpa dengan pembunuh anjingnya itu,Arjuna mendapat keterangan bahwa pemanah itu bernama Bambang Ekalaya atau Palgunadi dari negeri Paranggelung.Kepada Arjuna,Ekalaya mengaku bahwa keahliannya memanah dia dapatkan dari Resi Drona,yang dianggapnya sebagai gurunya.

Setelah mendengar keterangan itu Arjuna buru-buru kembali ke istana Astina.Hatinya makin marah karena merasa dikhianati oleh gurunya,Resi Drona.Setelah berjumpa dengan Resi Drona segera saja Arjuna menuduh gurunya itu telah menyalahi janjinya untuk memberikan seluruh ilmunya hanya pada Arjuna.Resi Drona membantah telah mengajarkan ilmu memanah pada orang lain,dan bahkan membantah bahwa dirinya kenal dengan Bambang Ekalaya.Untuk meyakinkan Arjuna bahwa Ekalaya bukan muridnya,Drona minta dipertemukan dengan Ekalaya,lalu Arjuna membawa gurunya itu pada Bambang Ekalaya.Di tempat Ekalaya,Drona melihat sebuah patung menyerupai dirinya.Sementara itu setelah Ekalaya melihat siapa yang datang,segera ia menghaturkan sembah hormatnya,seperti selayaknya murid menyambut kedatangan gurunya.Lalu Resi Drona bertanya siapa guru Ekalaya sebenarnya,dijawab olehnya Resi Drona lah gurunya.Tapi karena tanpa ijin Resi Drona,maka untuk menunjukkan bukti kesetiaan dan kepatuhan murid pada gurunya,Resi Drona meminta Ekalaya memberikan ibu jari tangan kanannya.Ekalaya berpikir sejenak,hatinya ragu,karena sejak lahir pada ibu jari tangan kanannya telah terpasang cincin Mustika Ampal pemberian dewa.Namun karena Ekalaya memang ingin sekali berbakti pada Resi Drona,permintaan itu akhirnya dipenuhi.Ibu jari tangan kanannya segera dipotongnya sendiri,dan diserahkannya pada Resi Drona.Dan demikian sejak itu,Ekalaya tidak dapat lagi memanah dengan baik,karena tangan kanannya kini tinggal memiliki empat jari saja.Sesudah menerima ibu jari tangan Ekalaya,Resi Drona lalu memberikannya pada Arjuna.Terjadilah keajaiban,ibu jari Ekalaya seketika menempel ke tangan kanan Arjuna sehingga sejak itu tangan kanan Arjuna berjari enam.

Beberapa tahun kemudian secara kebetulan,Arjuna bertemu dengan Dewi Anggraini seorang diri,Arjuna langsung terpikat pada istri Bambang Ekalaya itu.Dengan berbagai cara Arjuna berusaha agar Dewi Anggraini bersedia menjadi istrinya walaupun ia tahu bahwa Anggraini telah bersuami.Tetapi Dewi Anggraini ternyata tidak tergoda rayuannya,akhirnya Arjuna berusaha memakai cara kekerasan.Akibatnya untuk menyelamatkan kehormatannya,Anggraini bunuh diri dengan cara menerjunkan diri ke dalam jurang.Peristiwa ini membuat Ekalaya marah besar dan menantang Arjuna untuk bertanding.Ekalaya sadar sejak ia kehilangan Mustika Ampal di ibu jarinya,ia tidak sanggup membidik sasaran dengan baik.Namun demi kehormatan istrinya dan kebanggaan dirinya ia terpaksa menantang Arjuna.Akhirnya Ekalaya memang kalah dan gugur terkena panah Arjuna.Menjelang ajalnya,Ekalaya sadar bahwa Resi Drona telah menipunya dengan meminta ibu jari tangan kanannya.Maka ia pun mengucapkan kutukannya,kelak saat pecah perang Baratayuda arwahnya akan membalas dendam dengan cara menyusup ke tubuh seorang ksatria muda yang pernah berguru pada Resi Drona.Kutukan itu nantinya akan terbukti,dalam Baratayuda Drona akhirnya mati di tangan Drestajumena,putra Prabu Drupada yang disusupi arwah Ekalaya.Dendam arwah Ekalaya bukan pada Arjuna,melainkan pada Resi Drona karena dua hal,yakni sikap Drona yang tidak mau menerimanya sebagai murid dan yang kedua karena Drona telah menipunya dengan meminta ibu jari tangan kanannya sehingga ia kehilangan kemahiran dan kesaktiannya dalam memanah.

Senin, 24 Mei 2010


Dwijakangka



Dwijakangka adalah sebutan atau nama lain dari Puntadewa atau Yudistira.Lengkapnya sebutan itu adalah Tanda Dwijakangka,tetapi kadang-kadang juga disebut Wijakangka.Nama ini digunakan Puntadewa ketika ia bersama Pandawa lainnya menyamar dan bersembunyi di Kerajaan Wirata.Di Wirata,Tanda Wijakangka yang mengaku sebagai bekas penasihat Yudistira diangkat sebagai penasihat Raja.Karena pandai main catur,Dwijakangka akhirnya menjadi kesayangan Raja Wirata,karena Prabu Mastwapati juga gemar bermain catur.

Sewaktu Kencakarupa dan Rupakenca menantang Prabu Matswapati adu jago manusia,Tanda Dwijakangka menyarankan agar menunjuk Jagal Abilawa yakni Bima yang menyamar sebagai penyembelih hewan,sebagai jago Sang Raja.Demikian pula sewaktu Raja Trigata bersama bala tentara Astina menyerbu Wirata,Dwijakangka menyarankan agar Prabu Matswapati menunjuk Kendi Wrahatnala,yang tak lain adalah Arjuna,untuk mendampingi Utara dalam melawan musuh.Hasilnya serbuan mendadak itu dapat digagalkan.Semua saran itu diikuti Prabu Matswapati,dan ternyata berhasil dengan baik.

Dwara



Harya Dwara adalah salah seorang patih Kerajaan Astina pada zaman pemerintahan Prabu Parikesit setelah Baratayuda.Patih Dwara adalah cucu Prabu Kresna,karena ia putera pasangan Samba dan Dewi Agnyanawati.Ia lahir akibat hubungan serong antara Samba dengan Dewi Agnyanawati,ketika ibunya masih dalam status sebagai istri Prabu Boma Narakasura.Setelah lahir,Dwara dipelihara dan dibesarkan oleh neneknya,Dewi Jembawati.Itulah sebabnya sifat dan perilaku Dwara berbeda dengan ayahnya,Samba.Jika Samba tumbuh menjadi manusia yang manja dan sangat tergantung pada ayahnya,maka Harya Dwara lebih bersifat mandiri dan terampil dalam mengatasi tugas dan kesulitan yang dihadapinya.

Ketika terjadi perang saudara di Kerajaan Dwarawati disusul dengan datangnya air bah yang menenggelamkan negeri itu.Dwara selamat karena waktu itu ia sedang berada di Astina.Hampir semua keturunan Kresna tewas dalam dua musibah itu.Sesuai dengan kutukan Dewi Gendari,ibu para Kurawa kepada Kresna.Dalam jabatannya sebagai patih,ia pernah berjasa menangkap Jaya Wikata,anak Jayadrata yang mencoba memberontak terhadap Prabu Parikesit.Istri Patih Dwara adalah Dewi Retna Suyati,putri Begawan Sukanda.Dengan demikian Patih Dwara adalah ipar Prabu Parikesit,karena Raja Astina itu juga mempersunting Dewi Sukandi,kakak Dewi Retna Suyati.

Dwapara



Batara Dwapara adalah dewa berhati culas,iri dan dengki,sering memfitnah para dewa lainnya.Karena sifat-sifatnya yang buruk itu tidak juga berkurang,ia diusir dari kahyangan lalu dikutuk oleh Sang Hyang Tunggal untuk turun ke dunia guna melampiaskan sifat buruknya.Akibat kutukan Sang Hyang Tunggal itu,Batara Dwapara terpaksa turun ke dunia dan menitis ke seorang bayi,putera Prabu Suwala,Raja Plasajenar.Bayi itu adalah Arya Suman yang setelah dewasa mempunyai nama alias Sengkuni.Kutukan itu diterima Batara Dwapara sewaktu ia diketahui oleh para dewa lainnya telah memfitnah Batara Bayu.Itu pula sebabnya,Patih Sengkuni memiliki watak buruk sebagai tukang fitnah dan dengki.Dan itu pula sebabnya,Bima sebagai anak Batara Bayu amat geram terhadap Sengkuni.

Rabu, 19 Mei 2010


Duryudana



Prabu Anom Duryudana adalah sulung keluarga Kurawa,putera Prabu Drestarastra dengan ibunya,Dewi Gendari.Duryudana sebenarnya hanya berkedudukan sebagai putera mahkota,namun ia selalu dapat mendesakkan kemauannya pada ayahnya sehingga praktis dia lah yang sebenarnya berkuasa di Astina.Duryudana mempunyai 99 saudara kandung yang sebenarnya lahir berbarengan.Tetapi karena tubuhnya yang paling besar,ia dianggap sebagai anak sulung.Setelah dewasa,ia diangkat sebagai putera mahkota atas usul ibunya,Dewi Gendari.Sebenarnya pengangkatan ini tidak sah karena ketika menjadi raja,Prabu Drestarastra hanya berkedudukan sebagai wali para Pandawa.Sejak menjadi putera mahkota itu ia disebut Prabu Anom Duryudana atau Kurupati.Dalam menjalankan pemerintahan,Duryudana banyak dipengaruhi oleh Patih Sengkuni,yang masih pamannya sendiri dari pihak ibu.

Berkali-kali Duryudana berusaha mencelakakan para Pandawa atas hasutan Patih Sengkuni.Diantaranya sewaktu Duryudana dan adik-adiknya meracuni Bima dan kemudian membuangnya ke sumur Jalatunda yang penuh dengan ular berbisa.Juga ketika pembakaran Bale Sigala-gala tempat Dewi Kunti dan Pandawa menginap atas suruhan Duryudana.Suatu saat ketika para Pandawa sedang menjalani masa pembuangan selama 12 tahun di Hutan Kamiyaka,Duryudana atas hasutan Patih Sengkuni menyuruh para Kurawa mengadakan pesta besar di dekat gubuk yang didiami para Pandawa.Maksudnya agar kemeriahan pesta dan bau masakan yang enak-enak dapat disaksikan para Pandawa,sehingga membuat Pandawa menjadi semakin sedih dan merana.Namun yang terjadi tidak seperti yang diharapkan,para raksasa gandarwa penghuni Hutan Kamiyaka merasa terganggu dengan pesta kemeriahan itu.Para gandarwa kemudian menyerang para Kurawa dan menawan Duryudana.Jayadrata mengambil inisiatif meminta bantuan para Pandawa,Bima dan Arjuna akhirnya berhasil mengalahkan para gandarwa itu dan membebaskan Duryudana.Peristiwa ini amat memalukan Duryudana dan menambah sakit hatinya pada para Pandawa.

Walaupun Duryudana bersifat serakah,selalu ingin menang sendiri,dan tega terhadap saudara sepupunya sendiri,yaitu para Pandawa,tetapi dalam kehidupan rumah tangganya ia selalu mengalah pada istrinya,Dewi Banowati.Putri ketiga Prabu Salya yang cantik dan manja ini merupakan satu-satunya permaisurinya.Dari Dewi Banowati,Duryudana mendapat dua orang anak.Yang sulung laki-laki diberi nama Lesmana Mandrakumara,yang mempunyai tanda-tanda cacat mental sehingga dalam pewayangan menjadi bahan olok-olok.Sedangkan yang bungsu perempuan yang lahir cantik diberi nama Dewi Lesmanawati.Perkawinannya dengan Dewi Banowati sebenarnya bukan perkawinan yang bahagia,karena Banowati secara terang-terangan memperlihatkan sikap bahwa ia mencintai Arjuna.Sikap Banowati ini sebenarnya membuat kesal para Kurawa lainnya terutama Aswatama dan Kartamarma.Tetapi Duryudana tidak dapat berbuat apa-apa karena selain sangat mencintai istrinya,sebenarnya Duryudana pun mengharapkan bantuan mertuanya,Prabu Salya,kelak apabila Baratayuda pecah.

Sebenarnya usaha Duryudana untuk menjadi menantu Prabu Salya sudah dimulai sebelum ia memperistri Banowati.Beberapa tahun sebelumnya,ketika Dewi Erawati diculik Kartawiyoga,dan kemudian Prabu Salya mengumumkan sayembara,barangsiapa berhasil menemukan dan menyelamatkan Dewi Erawati,akan dinikahkan dengan puteri sulung Prabu Salya itu.Duryudana mengutus para Kurawa untuk ikut mencarinya.Pencarian itu dipimpin oleh Patih Sengkuni,namun ternyata yang berhasil menemukan Dewi Erawati adalah Wasi Jaladara atau Baladewa,yang dibantu Arjuna.Ini merupakan kekecewaan pertama Duryudana dalam kehidupan cintanya.

Duryudana kemudian mencoba melamar adik Dewi Erawati,yang bernama Dewi Surtikanti.Lamaran itu diterima,tetapi menjelang pernikahan Dewi Surtikanti dilarikan oleh Basukarna.Ini terjadi sesudah Basukarna berhasil membunuh Prabu Karnamandra,dan menjadi raja di Awangga.Kemarahan Prabu Salya dapat diredakan oleh Arjuna,dan bahkan membantunya hingga pernikahan Adipati Karna dengan Dewi Surtikanti dapat terlaksana.Sebenarnya Duryudana waktu itu amat marah dan merasa diremehkan oleh Karna,orang yang telah diangkat derajatnya.Namun Duryudana juga sadar bahwa Karna adalah ksatria sakti yang amat diharapkan bantuannya bila pecah Baratayuda.Karena itu Duryudana kemudian mengalihkan lamarannya pada Dewi Banowati,adik Surtikanti.Kali ini usahanya berhasil.

Seperti juga para Pandawa,Duryudana dan para Kurawa lainnya berguru pada Begawan Drona dan Resi Krepa.Selain itu dalam ilmu perkelahian dengan gada ia berguru pada Prabu Baladewa.Dibandingkan adik-adiknya,Duryudana paling sakti.Hampir seluruh tubuhnya kebal terhadap senjata,karena ia pernah mandi dengan Lenga Tala,sejenis minyak sakti yang membuat bagian badan seseorang menjadi kebal.Hanya bagian paha kiri Duryudana saja yang tidak kebal karena tidak terlumuri minyak Tala.

Bagaimanapun Duryudana adalah seorang yang punya bakat kepemimpinan.Kecepatan bertindak dan mengambil keputusan,tercermin dalam diri Duryudana waktu secara spontan mengangkat Karna yang semula hanya dikenal sebagai anak kusir Adirata,menjadi adipati di Kadipaten Awangga.Tindakannya ini membuat Karna merasa amat berhutang budi pada para Kurawa,terutama Duryudana.Setelah itu Karna bertekad untuk selalu berusaha membalas budi.Peristiwa ini terjadi manakala Arjuna dengan congkak menolak bertanding dengan Karna,yang dianggapnya tidak sederajat dengan dirinya yang seorang pangeran.

Sebagai ahli politik,Duryudana tergolong lihai,terutama dalam menggalang kekuatan bagi Kurawa.Ia sukses dalam menggalang kekompakan di antara seratus orang saudaranya.Ia pun pandai mencari sekutu dalam mempersiapkan diri menghadapi perang Baratayuda.Adipati Karna tidak hanya diangkat sebagai adipati di Awangga,Duryudana juga menikahkan anaknya Dewi Lesmanawati dengan anak Adipati Karna,yang bernama Warsakusuma untuk memperat hubungan kekeluargaan.Ia juga menarik Jayadrata untuk memihak pada para Kurawa dengan menikahkan dengan adiknya,Dewi Dursilawati.Pernikahannya dengan Dewi Banowati juga memaksa Prabu Salya berpihak pada para Kurawa dalam Baratayuda.

Duryudana akhirnya tewas di tangan Bima pada hari ke-18,hari terakhir Baratayuda.Kedua orang itu sama-sama bertubuh tinggi besar,sama-sama ahli dalam perkelahian dengan gada,karena sama-sama murid Baladewa.Menurut pewayangan kalahnya Duryudana dalam perang tanding yang amat menentukan itu,disebabkan karena kutukan Begawan Maetreya.Beberapa hari menjelang Baratayuda,Begawan Maetreya datang menghadap Duryudana dan mengusulkan agar Penguasa Astina itu menghindari pecahnya perang.Diusulkan agar para Kurawa meluluskan semua tuntutan para Pandawa,demi keselamatan rakyat Astina,dan demi kebaikan semua pihak.Nasihat pertapa sakti itu bukan hanya tidak dihiraukan,tetapi juga diremehkan.Sambil menepuk-nepuk paha kirinya,Prabu Anom Duryudana membuang muka dia berkata kalau seharusnya seorang brahmana itu hanya memberikan saran dan nasihat kalau diminta oleh rajanya,kalau tidak,sebaiknya brahmana itu diam saja dan tidak usah mencampuri urusan raja.

Karena diperlakukan seperti itu Begawan Maetreya menjadi gusar,lalu mengutuknya jika saran dan nasihat darinya yang dilandasi niat baik tetapi Duryudana hanya menutup telinga dan juga pintu hati,malahan dengan kurang ajar sambil menepuk-nepuk paha kirinya,maka paha kiri Duryudana itulah yang akan membawa kesialan bagi Duryudana sendiri kelak saat Baratayuda nantinya.Kutukan Begawan Maetreya itu terbukti.Dalam Baratayuda paha kiri Duryudana remuk terkena hantaman gada Bima dan itu menyebabkan Duryudana kalah dan kemudian tewas.Sebelumnya Duryudana berusaha mengalahkan Bima dengan menghantam paha kiri ksatria Pandawa itu,tetapi tidak mempan karena paha kiri Bima bersemayam arwah Kumbakarna.

Di hari terakhir Baratayuda,setelah paha kirinya terhantam gada Rujakpolo oleh Bima,dengan terpincang-pincang Duryudana lari meninggalkan tempat laga.Si sulung dari keluarga Kurawa itu lalu terjun ke laut dan menyelam.Di dasar laut,penguasa Astina bertemu dengan Sang Hyang Rekatama,mertua Sang Hyang Tunggal.Kepada dewa berujud kepiting itu Duryudana mengatakan bahwa ia melarikan diri dari gelanggang karena gada yang digunakannya sudah lenyap.Mendengar alasan itu,Sang Hyang Rekatama lalu memberinya sebuah gada pusaka bernama Kyai Inten.

Dengan membawa gada Kyai Inten itu semangat Duryudana bangkit kembali.Ia muncul kembali ke medan perang dan menantang Bima.Perkelahian pun berlanjut,namun perang tanding itu tidak seimbang.Gada Kyai Inten hanya ampuh jika digunakan di lautan.Tetapi dalam perang tanding di darat Kyai Inten selalu menyusut besarnya bilamana berbenturan dengan gada lawan.Dengan demikian dalam perang tanding itu,makin lama Duryudana makin kewalahan menghadapi Bima dengan gada Rujak Polonya.Akhirnya Duryudana tewas,dan perang Baratayuda berakhir.Nama lain Duryudana adalah Kurupati,Jaka Pitana,Tri Mamangsah,Suyudana,Astinendra,Destrarastraputra,Gendariputra dan Gandareya.

Selasa, 18 Mei 2010


Dursilawati



Dewi Dursilawati adalah satu-satunya wanita dalam keluarga Kurawa,yaitu puteri Prabu Drestarastra dan Dewi Gendari.Dewi Dursilawati bersuamikan Jayadrata,ksatria dari Sindureja.Dalam perkawinan ini mereka dibantu oleh Arjuna,karena waktu itu Dewi Dursilawati diculik oleh Gajahputih,sebelum dibebaskan Arjuna.

Sebenarnya Jayadrata terjadi dari bungkus bayi Bima yang dipuja Begawan Sapwani menjadi seorang bayi,yang kemudian dipelihara dan dibesarkannya.Setelah dewasa,Jayadrata mencari asal-usulnya,oleh Begawan Sapwani menyuruhnya mencari Bima di Astina.Namun sesampainya di Kerajaan Astina ternyata Bima dan Pandawa tidak ada karena mereka sedang berkelana di hutan,setelah terjadi peristiwa percobaan pembunuhan di Bale Sigala-gala.Kesempatan ini digunakan oleh Duryudana dan Patih Sengkuni,yang mengatakan bahwa Bima dan saudaranya telah mati.Ia lalu membujuk Jayadrata mau bergabung dengan para Kurawa.Agar ada ikatan persaudaraan yang kuat,Duryudana lalu menjodohkan Jayadrata dengan Dursilawati,sehingga akhirnya Jayadrata benar-benar berpihak pada Kurawa.

Dursasana



Dursasana adalah salah satu tokoh Kurawa yang menonjol setelah kakak sulungnya Duryudana.Ia mewakili tokoh wayang yang melambangkan kekurangajaran,buta etika,dan tak tahu sopan santun.Oleh Duryudana,kakaknya,Dursasana dipercaya mengepalai pemerintahan di Kasatriyan Banjarjunut,yang masih termasuk wilayah Astina.Ia kawin dengan Dewi Saltani dan dari perkawinan itu ia mempunyai anak tunggal bernama Dursala.Perkawinan Dursasana dengan Dewi Saltani dari Kerajaan Sruwantipura atau Kasipura ini berkat bantuan Arjuna.

Sebenarnya Dursasana pernah melamar Dewi Trirasa putri Begawan Bratasudarsana.Namun niat ini gagal karena Dewi Trirasa akhirnya diperistri oleh Setyaki,adik ipar Kresna.Peristiwa inilah yang menimbulkan kebencian yang mendalam Dursasana pada Setyaki.Dursasana juga pernah melakukan perbuatan keji terhadap Dewi Drupadi.Peristiwa ini terjadi beberapa saat setelah Pandawa melakukan Sesaji Raja Suya bagi Kerajaan Amarta yang telah selesai mereka bangun.Para Pandawa diundang ke istana Astina,mereka dijamu minuman memabukan kemudian diajak berjudi,mula-mula taruhannya masih kecil.Oleh Patih Sengkuni yang mewakili berjudi dari pihak Kurawa,sengaja diberikan kemenangan pada Puntadewa,yang mewakili Pandawa.Namun setelah taruhan makin besar,Pandawa kalah terus.Semua milik para Pandawa telah pindah tangan ke pihak Kurawa.Terakhir yang dipertaruhkan adalah istri Puntadewa,Dewi Drupadi,ternyata kalah juga.

Waktu itu karena mabuk kemenangan,Dursasana menyeret-nyeret Dewi Drupadi dari ruang keputren sampai balairung keraton.Drupadi diseret dengan menarik rambutnya hingga terlepas sanggulnya.Atas hasutan Adipati Karna,yang dendam dengan Dewi Drupadi,Dursasana berusaha menelanjangi Drupadi di hadapan banyak orang.Setiap kali kain Dewi Drupadi ditarik hingga lepas,setiap kali pula tubuh Drupadi telah terbungkus kain lagi secara ajaib.Sanggul Drupadi juga lepas akibat perilaku Dursasana.Waktu itu Dewi Drupadi bersumpah tidak akan menyanggul rambutnya sebelum dikeramas dengan darah Dursasana.Sedangkan Bima yang menyaksikan kekurangajaran itu bersumpah akan merobek dada dan menghirup darah Dursasana,bila ia telah berhasil membunuh Dursasana dalam Baratayuda kelak.

Kematian Dursasana terjadi manakala Bima mengamuk sesudah ia mengetahui tentang kematian Gatotkaca.Waktu Bima mendobrak barisan Kurawa untuk mencari Adipati Karna yang telah membunuh Gatotkaca.Atas perintah Prabu Duryudana,Dursasana mencoba menghalangi Bima.Namun dalam waktu tidak terlalu lama,Dursasana merasa kewalahan dan mencoba melarikan diri.Bima yang sedang marah terus mengejarnya.Ketika hendak menyeberangi Sungai Kelawing,tanpa suatu sebab yang nyata,Dursasana terjatuh.Maka terpeganglah rambut Dursasana.Tanpa ampun Bima menarik rambut musuhnya itu dan menyeretnya kembali ke tengah gelanggang perang.Kemudian dengan Kuku Pancanaka,Bima membunuh lawannya.Kematian Dursasana ini menurut pewayangan,juga akibat pembalasan arwah Tarka dan Sarka,dua kakak beradik yang dijadikan tumbal oleh Kurawa sebagai upaya memenangkan perang Baratayuda.

Senin, 17 Mei 2010


Dursala



Dursala adalah putera Dursasana dan ibunya bernama Dewi Saltani.Ayahnya adalah termasuk salah satu dari Keluarga Kurawa.Seperti ayahnya,Dursala juga kurang memperhatikan sopan santun.Sering bertindak sewenang-wenang terhadap orang yang lebih lemah dan selalu menang sendiri.Sikap tidak terpuji ini sudah muncul sejak ia masih kecil,dan makin menjadi setelah ia dewasa,karena ayahnya bukannya menegur,tapi justru seolah-olah menyuruh.Walaupun pada dirinya melekat sifat-sifat buruk itu,Dursala tergolong tekun dalam menuntut ilmu kesaktian.Antara lain ia pernah berguru pada Begawan Pisyaca,seorang pendeta berujud raksasa,yang memberinya ilmu Aji Gineng.Dalam lakon Aji Narantaka,Dursala dengan aji Ginengnya dapat mengalahkan Gatotkaca.Tubuh ksatria Pringgandani itu seolah remuk terkena hantaman Aji Gineng.Kisah ini berawal dari ulah para putera Pandawa yang dipimpin Gatotkaca untuk mengadakan latihan perang di Tegal Kurusetra.Kegiatan tanpa ijin ini membuat Prabu Duryudana marah dan mengutus Dursala untuk membubarkan latihan perang itu.Inilah pangkal sebab perang tanding antara Dursala dan Gatotkaca.

Karena kekalahannya ini,Gatotkaca lalu berguru pada Resi Seta,putera Prabu Matsawapati dari Wirata,di Pertapaan Suhini,di lereng Gunung Selaperwata.Dari guru yang masih terhitung kakeknya itu,Gatotkaca memperoleh ilmu Ajian Narantaka.Setelah mendapat ilmu itu,segera Gatotkaca menemui Dursala.Ketika keduanya betanding lagi,Gatotkaca menang.Akibat Aji Narantaka,tubuh Dursala hancur menjadi abu.Peristiwa ini terjadi beberapa waktu sebelum pecah Baratayuda.Kematian Dursala benar-benar menyedihkan para Kurawa,karena sesungguhnya anak Dursasana ini sangat diharapkan menjadi salah satu senapati dalam Baratayuda kelak.Dursala kawin dengan Dewi Sumini.Perkawinan ini membuahkan seorang anak bernama Susena.Dalam Baratayuda,Susena selamat,karena waktu itu ia masih kecil.Karena sifat-sifatnya yang dapat dipercaya kelak Susena menjadi salah satu senapati Kerajaan Astina pada zaman pemerintahan Prabu Parikesit.

Durmagati



Durmagati termasuk salah satu seratus orang keluarga Kurawa,putera Prabu Drestarastra dan ibunya Dewi Gendari.Ia tinggal di Kasatriyan Sobrahblambangan.Dalam Baratayuda,bersama Jayadrata dan belasan Kurawa lainnya ia mengeroyok Abimanyu sampai gugur.Keesokan harinya Durmagati tewas terpanah oleh Arjuna yang mengamuk.Dibandingkan tokoh Kurawa lainnya,Durmagati bertubuh pendek dan bersifat periang,suka mengkritik dan memperolok Patih Sengkuni sebagai orang yang banyak akalnya,tetapi tidak pernah mau bertanggungjawab.Yang menjadi sasaran kritiknya tidak hanya Patih Sengkuni,tetapi juga Resi Drona,Dursasana serta pemuka Astina lainnya.Namun kritik itu sering disampaikan secara kurang serius sambil cengengesan.

Minggu, 16 Mei 2010


Durgandana



Durgandana adalah salah seorang putera Prabu Basuparicara alias Basupati,Raja Wirata.Ibunya adalah seorang bidadari yang pernah menjalani kutukan sebagai seekor ikan.Bidadari itu bernama Dewi Adrika.Setelah menjadi Raja,menggantikan tahta ayahnya,Durgandana bergelar Prabu Matswapati.Kata Matswa berarti ikan,sedang pati adalah julukan bagi seorang Raja.Durgandana adalah kakak Dewi Durgandini,mereka dilahirkan kembar,ketika ibunya masih berujud ikan.Baru setelah melahirkan,Dewi Adrika terbebas dari kutukan dan kembali pada ujud semula sebagai bidadari.

Karena harus kembali ke kahyangan,bayi kembar yang baru dilahirkan dititipkan pada seorang pendayung perahu tambangan bernama Dasabala,dengan pesan agar dibawa ke Prabu Basuparicara,Raja Wirata.Dewi Adrika juga berpesan agar kedua bayi ini diberi nama Durgandana dan Durgandini.Dalam pewayangan Durgandana baru menonjol perannya setelah ia menjadi Raja Wirata bergelar Prabu Matswapati.

Sabtu, 15 Mei 2010


Druwasa



Resi Druwasa adalah guru Dewi Kunti yang mengajarkan Ajian Adityarhedaya.Sebenarnya ilmu itu tidak boleh diajarkan pada gadis yang belum menikah,tetapi karena Dewi Kunti terus merengek,akhirnya Resi Druwasa mengajarkan ilmu itu dengan pesan agar jangan sekali-kali dicoba digunakan.

Namun pada suatu pagi,di ranjang tidurnya,Dewi Kunti mencoba keampuhan ilmu itu,akibatnya datanglah Batara Surya kepadanya,dan terjadilah sesuatu yang tidak diharapkan.Dewi Kunti mengandung,padahal ia masih gadis.Karena kejadian ini,ayah Dewi Kunti,Prabu Kuntiboja mempersalahkan Resi Druwasa dan menuntut agar Resi Druwasa melahirkan jabang bayi yang dikandung Dewi Kunti tanpa merusak kegadisannya.Oleh Resi Druwasa,bayi itu akhirnya dikeluarkan lewat telinga Dewi Kunti,sebab ilmu yang diajarkan masuk ke dalam diri Dewi Kunti juga lewat telinga.Sesudah dilahirkan ,Prabu Kuntiboja memerintahkan bayi itu dibuang ke sungai,kelak bayi ini menjadi seorang ksatria sakti bernama Basukarna.

Sebagai seorang yang berilmu tinggi,Resi Druwasa tahu kelak Dewi Kunti akan sangat membutuhkan ilmu ini.Suatu ketika suaminya tidak akan dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami karena kutukan Begawan Kimindama,padahal ia sangat membutuhkan keturunan.Maka ajian Adityarhedaya terbukti memang bermanfaat untuk memanggil para dewa,sehingga garis keturunannya tidak terputus.

Drupadi



Dewi Drupadi adalah puteri sulung Prabu Drupada,Raja Cempalaradya.Nama lainnya adalah Dewi Krisna,Dewi Yajnaseni,atau Dewi Pancali.Setelah dewasa,ayahnya membuatkan sayembara untuk mencarikan jodoh buatnya.Ada dua versi sayembara.Versi pertama adalah versi Mahabarata,dalam sayembara ini diumumkan,barangsiapa dapat mementang Gendewa Pusaka,yaitu busur panah milik Kerajaan Pancala,akan dikawinkan dengan Dewi Drupadi.Dalam sayembara ini,sebenarnya Basukarna berhasil mementangkan Gendewa Pusaka,tetapi sebelum Karna menggunakan untuk memanah sasaran yang ditentukan,Dewi Drupadi berucap,bagaimana mungkin dia akan menikah dengan seorang bukan berdarah bangsawan.Mendengar ucapan itu dengan muka merah Basukarna langsung berjalan keluar istana.Arjuna lah yang akhirnya memenangkan sayembara ini.

Versi yang kedua adalah versi yang lazim dipergelarkan dalam pewayangan.Sayembara ini menyebutkan bahwa barangsiapa dapat mengalahkan Patih Gandamana maka dia berhak memboyong Dewi Drupadi.Akhirnya yang berhasil memenangkan sayembara ini adalah Bima.Bima turun gelanggang dan berhasil mengalahkan Patih Gandamana.Menjelang saat ajalnya,Patih Gandamana mewariskan aji Wungkal Bener dan Bandung Bandawasa kepada Bima.Waktu itu Bima ikut dalam sayembara mewakili kakaknya,Puntadewa.Menurut versi Mahabarata,Dewi Drupadi akhirnya menjadi istri kelima Pandawa,tapi karena hal ini tidak lazim menurut budaya Nusantara,Dewi Drupadi hanya menikah dengan Puntadewa.Untuk selanjutnya,Dewi Drupadi yang merupakan titisan Dewi Srigati ini selalu ikut dalam berbagai duka dan derita para Pandawa.Dari pernikahannya dengan Puntadewa,Dewi Drupadi mempunyai seorang anak bernama Pancawala.

Dewi Drupadi adalah lambang wanita yang setia dan tahan akan segala macam penderitaan,padahal dia puteri Raja.Setelah menikah dengan Puntadewa,tanpa mengeluh Dewi Drupadi pernah menjalani hidup sebagai pengelana yang keluar masuk hutan.Mereka hanya hidup dari pemberian orang,karena pada masa itu para Pandawa sedang menjalani hidup sebagai brahmana,setelah peristiwa Bale Sigala-gala.Dewi Drupadi baru dapat hidup wajar sebagai seorang permaisuri,ketika Pandawa selesai membangun Kerajaan Amarta.Namun kewajaran itu tidak berlangsung lama,karena Pandawa kalah dalam permainan judi dadu,akibat siasat licik Patih Sangkuni.

Namun Dewi Drupadi juga mempunyai sifat yang kurang baik,yakni berlidah tajam.Selain pernah menyinggung perasaan Basukarna dengan mengatakan tidak sudi kawin dengan orang yang bukan golongan bangsawan,dia juga menghina Prabu Duryudana yang dikatakan sebagai anak orang buta.Karena perlakuan Drupadi yang seperti itu,maka ketika Pandawa kalah dalam permainan dadu,Adipati Karna melampiaskan dendamnya dengan memanas-manasi Dursasana agar menelanjangi Drupadi,sedangkan Prabu Duryudana tertawa puas melihat Drupadi dipermalukan di hadapan banyak orang.Di hadapan para Pandawa,putri Raja Cempala yang juga permaisuri Raja Amarta itu diseret Dursasana dengan menarik rambutnya.Lalu di hadapan orang ramai,Dursasana menarik kain yang dikenakan Dewi Drupadi,namun secara gaib tiba-tiba selalu muncul kain baru yang menyelimuti tubuhnya.Itu semua berkat pertolongan Batara Darma,Dursasana yang berulang kali menarik kain Dewi Drupadi tidak pernah berhasil menelanjanginya,akhirnya jatuh kelelahan.Ketika itulah Dewi Drupadi bersumpah tidak akan menyanggul rambutnya sebelum dikeramas dengan darah Dursasana.Sumpah Dewi Drupadi akhirnya terlaksana,dalam Baratayuda,Bima berhasil membunuh Dursasana dan merobek dada lawannya itu kemudian menghirup darahnya.Dengan mulutnya Bima membawa darah Dursasana untuk diberikan pada Drupadi buat keramas rambutnya.

Setelah selesai masa pembuangan di hutan Kamiyaka selama 12 tahun,Pandawa dan Dewi Drupadi harus hidup menyamar selama satu tahun.Ketika bersembunyi di Kerajaan Wirata,Dewi Drupadi menyamar sebagai dayang istana yang melayani permaisuri Raja,dia memakai nama samaran Malini atau Sairandri.Sewaktu para Pandawa mengadakan perjalanan kelana untuk menjemput kematian,Dewi Drupadi menyertai mereka.Ternyata dalam perjalanan itu,Drupadi lah yang lebih dulu mati.Lidahnya yang tajam dan pernah melukai hati beberapa orang,selain itu juga dianggap lebih mencintai Arjuna dibanding suaminya,yang menyebabkan Batara Yamadipati menganggap ia yang paling banyak dosanya.

Drupada



Prabu Drupada adalah raja di Cempalaradya atau Pancala,walaupun sebenarnya ia berasal dari negeri Atasangin.Ketika masih muda namanya adalah Sucitra.Ia berguru pada Resi Baratwaja di Pertapaan Argajembangan,yang masuk wilayah Kerajaan Atasangin.Pada saat itu Sucitra bersahabat dengan putera Resi Baratwaja yaitu Bambang Kumbayana,atau yang lebih dikenal dengan nama Resi Drona.

Suatu ketika Sucitra mendengar berita adanya sayembara di Kerajaan Cempala,barangsiapa sanggup mengalahkan Gandamana,putera bungsu Prabu Gandabayu,akan dinikahkan dengan Dewi Gandawati.Sucitra ikut dalam perang tanding itu,dan ternyata ia menang.Karena itu Sucitra lalu dinikahkan dengan Dewi Gandawati,sekaligus mewarisi tahta Kerajaan Cempalaradya.Gandamana,adik iparnya,diangkat sebagai patihnya.Sejak naik tahta ia bergelar Prabu Drupada atau Yadyasena.Perkawinannya dengan Dewi Gandawati menghasilkan putera-puteri:Dewi Drupadi,Dewi Srikandi,dan Drestajumena.Dewi Drupadi kelak menjadi istri Puntadewa,raja Amarta.Srikandi menjadi istri Arjuna,dan dalam Baratayuda menjadi senapati yang menghadapi Resi Drona.Yang bungsu Drestajumena yang berhasil membunuh Resi Drona.

Pada suatu hari ketika Prabu Drupada sedang duduk di singgasana,Bambang Kumbayana datang berkunjung.Tanpa mengindahkan sopan-santun dan tata tertib istana,Bambang Kumbayana langsung memasuki balairung dan menyapa Prabu Drupada dengan nama kecilnya.Sikap ini membuat marah Patih Gandamana,Bambang Kumbayana segera diseret keluar istana dan dihajar sampai babak belur.Akibatnya Bambang Kumbayana yang tadinya berwajah tampan berubah menjadi buruk dan cacat seumur hidup.Prabu Drupada yang menyaksikan perlakuan Gandamana itu diam saja,tidak sedikitpun berusaha mencegahnya.Peristiwa ini mebuat Bambang Kumbayana dendam pada Prabu Drupada,dan menganggap bekas sahabatnya ini telah berubah menjadi manusia sombong yang telah mempermalukan dirinya.

Beberapa tahun kemudian,ketika Bambang Kumbayana sudah menjadi guru di Kerajaan Astina,ia menghasut Kurawa dan Pandawa agar menyerbu Cempalaradya guna melampiaskan dendamnya.Pada penyerbuan itu,Prabu Drupada berhasil ditawan Arjuna dan dibawa ke hadapan Resi Drona.Di hadapan murid-murid Resi Drona,Prabu Drupada dipermalukan,disuruh minta ampun,dan harus menyerahkan daerah Sokalima pada Resi Drona.Pada saat itulah,Prabu Drupada bersumpah akan selalu berada di pihak lawan Resi Drona pada Baratayuda kelak.

Api dendam Prabu Drupada terus menyala dalam dadanya,Raja Cempala itu lalu memohon pada Batara Agni untuk merestui cita-citanya membalaskan dendam pada Resi Drona.Batara Agni mengabulkan permohonannya,dari api sesaji menjelmalah seorang bayi berpakaian perang,yang kelak mewujudkan harapan Prabu Drupada,bayi itu diberi nama Drestajumena.Menjelang Baratayuda,Prabu Drupada paling bersemangat untuk mengobarkan perang.Baginya perang besar itu adalah kesempatan baik baginya untuk membalaskan dendamnya.Dendam Prabu Drupada tidak hanya tertuju pada Resi Drona semata,melainkan juga pada seluruh Kurawa,terutama Dursasana.Sakit hatinya karena penghinaan para Kurawa terhadap puterinya,Dewi Drupadi,hanya bisa terobati melalui jalan perang.

Dalam perang Baratayuda,Prabu Drupada yang memihak Pandawa,akhirnya memang berhadapan langsung dengan Resi Drona,namun berhasil dikalahkan dan gugur di tangan Resi Drona.Tokoh Prabu Drupada ini mencerminkan manusia yang penuh dengan rasa dendam sehingga dendam ini juga diwariskan pada anak-anaknya.Dan ternyata pembalasan dendam tidak membawa keuntungan apa-apa.

Rabu, 12 Mei 2010


Drona



Begawan Drona di waktu mudanya dikenal dengan nama Bambang Kumbayana.Ia putera Begawan Baratwaja dari pertapaan Argajembangan,negeri Atasangin.Ketika menjelang dewasa,Bambang Kumbayana diusir ayahnya karena dianggap bertingkah kurang ajar,merendahkan martabat bidadari.Waktu itu Begawan Baratwaja menyuruh putranya itu agar segera menikah,tetapi Bambang Kumbayana menjawab,ia hanya mau kawin kalau istrinya seorang bidadari.Istri Bambang Kumbayana ternyata memang benar-benar seorang bidadari,yakni Dewi Wilutama atau Dewi Totilawati.Karena kesalahan yang diperbuatnya,Dewi Wilutama dikutuk menjadi seekor kuda betina dan harus menjalani hidup di dunia.Kutukan itu baru hilang,bila Wilutama telah melahirkan anak di dunia.

Kebetulan pada suatu hari Bambang Kumbayana yang sedang berkelana,perjalanannya terhalang oleh sebuah sungai besar.Karena tidak tahu lagi bagaimana caranya supaya dapat sampai ke seberang,tanpa pikir panjang dia berujar,kalau seandainya yang menolong dia menyeberangi sungai ini seorang laki-laki maka akan diangkat sebagai saudara,namun jika perempuan maka akan dijadikan istrinya.Begitu selesai Bambang Kumbayana mengucapkan kalimat itu,seekor kuda Sembrani,kuda bersayap,datang menjemputnya dan memberi isyarat agar Bambang Kumbayana naik ke punggungnya.Akhirnya Kumbayana diterbangkan kuda sembrani itu dan berhasil diterbangkan ke seberang sungai.Sesuai dengan janjinya,terpaksa Bambang Kumbayana mengawini kuda betina itu.Dari perkawinannya lahirlah seorang bayi bernama Aswatama.Setelah melahirkan anaknya,kuda sembrani itu berubah wujud seperti semula,menjadi bidadari cantik kembali.

Karena masa kutukannya sudah selesai,setelah menerangkan siapa dirinya yang sebenarnya,Dewi Wilutama mohon pamit pada Bambang Kumbayana untuk pergi kembali ke kahyangan.Sebelum terbang ke kahyangan Dewi Wilutama meninggalkan sebilah anak panah pusaka bernama Cundamanik,dengan pesan agar kelak setelah anaknya dewasa,panah pusaka itu diberikan kepadanya.Dan semenjak itulah,Bambang Kumbayana terpaksa mengasuh dan memelihara anaknya sampai dewasa,seorang diri,tanpa didampingi istrinya.Itulah sebabnya ia amat sayang pada anak tunggalnya ini.Dalam kitab Mahabarata,istri Bambang Kumbayana lain lagi.Istrinya adalah Dewi Krepi,saudara kembar Resi Krepa.Keduanya adalah putera-puteri Prabu Purungaji dari Kerajaan Timpuru.Ibu mereka seorang bidadari bernama Dewi Janapadi.

Suatu ketika,Bambang Kumbayana teringat akan seorang sahabatnya bernama Bambang Sucitra yang dulu pernah berguru pada Begawan Baratwaja,ayahnya.Ia mendengar kabar bahwa kini Sucitra telah diangkat menjadi raja di Cempalaradya menggantikan kedudukan mertuanya.Karena itu Bambang Kumbayana kemudian pergi ke negeri itu untuk menjumpai sahabatnya itu.Tatkala Bambang Kumbayana sampai di istana Cempala,Sang Raja sedang menerima para menterinya.Tanpa mengindahkan sopan-santun,Bambang Kumbayana langsung saja masuk ke balairung dan segera saja menegur sahabatnya itu.Kumbayana menyapa dengan nama kecil Raja Cempala itu,yang menurut adat istana,bahwa seorang raja yang telah dinobatkan dan sudah menggunakan nama gelar pantang dipanggil dengan nama kecilnya.

Melihat tamu yang tidak kenal sopan-santun itu,Patih Kerajaan Cempala,Gandamana,langsung bertindak.Tanpa banyak bicara,Bambang Kumbayana diseret keluar istana,dan sesampainya di halaman tamu itu dihajar habis-habisan.Bambang Kumbayana berusaha melawan tapi ia kalah sakti.Patih Gandamana yang menganggap kelakuan tamunya itu sebagai hinaan terhadap martabat raja dan Kerajaan Cempala bertindak tanpa ampun.Tangan Kumbayana dipatahkan,dan akibat hajarannya hidung Kumbayana jadi bengkok.Setelah tamu tak diundang itu cacat tubuhnya,barulah Patih Gandamana melepaskannya.Kini lenyap sudah ketampanan Bambang Kumbayana dan yang ada sekarang sosok tubuh yang penuh cacat.Setelah hidungnya bengkok,tangannya patah,dan tubuhnya bungkuk,Bambang Kumbayana lebih dikenal dengan nama Drona.Peristiwa ini menyebabkan Drona dendam kepada Sucitra yang kini telah bergelar Prabu Drupada.Sakit hatinya membekas karena Prabu Drupada pada peristiwa itu tidak sedikitpun berusaha mencegah penganiayaan yang terjadi atas dirinya.Ia bertekad suatu saat akan membalas penghinaan bekas sahabatnya itu.

Dalam keadaan babak belur itu,Bambang Kumbayana alias Drona ditolong sahabatnya,Resi Krepa.Bersama Dewi Krepi,adiknya,Resi Krepa merawat Bambang Kumbayana hingga sembuh.Dan setelah itu,Krepa juga mencarikan pekerjaan sebagai guru ilmu keprajuritan dan ilmu siasat perang di Kerajaan Astina,baik bagi keluarga Kurawa maupun Pandawa.Namun menurut kitab Mahabarata,hadirnya Drona di Kerajaan Astina sebagai mahaguru bukan atas jasa baik Resi Krepa,tetapi karena usahanya sendiri.Suatu ketika Pandawa dan Kurawa yang waktu itu masih kanak-kanak bermain bola di tanah lapang.Tiba-tiba bola itu melayang tinggi dan jatuh ke dalam sumur yang dalam.Para Kurawa menuduh Puntadewa lah yang melempar bola itu.Namun Puntadewa membantah,Pandawa yakin bahwa kakak sulungnya ini tidak pernah bohong,maka segera membela Puntadewa.Pertengkaran pun terjadi,lalu datanglah Drona melerai mereka.

Sesudah tahu yang menjadi penyebab pertengkaran,Drona lalu mengajari mereka cara mengambil bola dari dalam sumur.Drona mengambil segenggam rumput alang-alang dan membentuknya menjadi semacam anak panah.Satu persatu,anak panah yang terbuat dari batang rumput itu dilemparkan ke dalam sumur,tepat pada bolanya.Batang rumput berikutnya diarahkan ke rumput yang terdahulu,sehingga anak panah rumput itu menjadi semacam rantai,yang akhirnya dapat digunakan untuk menarik bola keluar dari sumur.Kemahiran yang luar biasa ini menarik perhatian Arjuna,yang langsung mengusulkan agar Drona bersedia menjadi guru mereka.Pendapat Arjuna disetujui oleh Resi Bisma yang berkenan mengangkat Resi Drona menjadi guru besar di Kerajaan Astina,dengan syarat ia hanya mengajar pada para pangeran,yaitu Kurawa dan Pandawa.Ia tidak boleh membagi ilmunya pada orang lain,selain keluarga kerajaan itu.Sebagai guru,ia berusaha menunaikan tugasnya dengan baik.Itulah sebabnya,Pandawa dan Kurawa menaruh hormat kepadanya.Dari semua muridnya yang paling disayangi adalah Arjuna.Kepada Arjuna inilah,seluruh ilmunya ditumpahkan.Begawan Drona juga berjanji pada Arjuna,tidak akan ada murid lain yang diberi seluruh ilmunya sehingga menyamai kemahiran dan ketrampilan memanah Arjuna.

Suatu saat Arjuna memprotes gurunya itu karena dianggapnya tidak menepati janji.Hal ini terjadi sewaktu Arjuna menyaksikan Bambang Ekalaya alias Palgunadi ternyata lebih mahir melepaskan anak panah dibandingkan dengan dirinya.Ekalaya sanggup melepaskan tujuh buah anak panah sekaligus,dan semuanya tepat mengenai sasaran.Kemampuan seperti itu belum dimiliki Arjuna.Resi Drona lalu menjumpai Ekalaya dan minta agar ksatria itu menyerahkan ibu jari tangan kanannya kepada Resi Drona,sebagai tanda bakti murid kepada gurunya.Karena rasa hormat pada Resi Drona yang dianggapnya sebagai gurunya,Ekalaya memotong ibu jari tangan kanannya dan menyerahkannya pada Drona.Padahal di jari itu melekat sebuah cincin sakti bernama Mustika Ampal,yang sudah ada semenjak lahir.Setelah kehilangan ibu jari tangan kanannya,Ekalaya tidak sanggup lagi melepaskan anak panah.Dan itu pula yang menyebabkan ia gugur sewaktu berperang tanding melawan Arjuna.Menjelang ajalnya,Ekalaya bertekad akan membalas Resi Drona kelak pada saat perang Baratayuda.Arwahnya akan menyusupi orang yang pernah berguru kepadanya dan Resi Drona akan tewas di tangan muridnya itu.Selain Bambang Ekalaya,Resi Drona juga mengecewakan Basukarna yang ingin berguru kepadanya.Karena Basukarna bukan putera Raja,permohonannya untuk diterima sebagai murid ditolak Resi Drona.Namun Basukarna tidak patah semangat,ia justru mendapatkan guru yang lebih unggul dari Resi Drona,yakni Maharesi Rama Bargawa.

Dalam pewayangan tokoh Drona perangainya tidak seburuk Patih Sengkuni,pribadinya cukup jujur,tapi dia tergolong tokoh pendendam dan kadang bertindak kurang adil.Resi Drona pernah menyalahgunakan kedudukannya sebagai mahaguru untuk kepentingan pribadinya.Suatu ketika,manakala ia menganggap bahwa ilmu keprajuritan yang diajarkan pada murid-muridnya telah cukup mahir,Resi Drona membawa mereka menyerbu ke Kerajaan Cempalaradya.Alasannya untuk melatih jiwa keperwiraan dan ketrampilan dalam ilmu olah senjata.Di bawah bimbingan Resi Drona yang mengatur siasat perang,Kurawa dan Pandawa yang saat itu masih remaja,dengan mudah memukul mundur bala tentara Cempalaradya,bahkan Arjuna berhasil menawan Prabu Drupada.Di hadapan murid-muridnya kemudian Begawan Drona menghina dan mempermalukan Prabu Drupada.Selain itu Drona juga menyita wilayah Sokalima yang semula merupakan bagian wilayah Kerajaan Cempala.Sejak itu,Sokalima dijadikan tempat kediaman Resi Drona.

Setelah membalas dendam dan sakit hatinya,Resi Drona mengira sudah tidak ada lagi persoalan antara dia dengan Prabu Drupada.Karena itulah,beberapa tahun kemudian dengan dukungan penuh dari para Kurawa,Resi Drona melamar puteri Prabu Drupada,yakni Dewi Drupadi.Mendengar adanya lamaran itu,Dewi Drupadi mengajukan syarat,dia bersedia menjadi istri Resi Drona asal saja Drona sanggup memenangkan debat melawan seekor burung bernama Peksi Dewata.Ternyata Drona kalah dan pulang ke Sokalima dengan menanggung malu.Dalam lakon Mbangun Taman Maerakaca,Prabu Drupada mengumumkan sayembara,barangsiapa sanggup membangun kembali taman Maerakaca yang rusak poranda dalam waktu semalam,akan dinikahkan dengan Dewi Srikandi.Resi Drona pun termasuk salah satu peserta sayembara tetapi gagal juga.Yang memenangkan sayembara itu adalah Arjuna.

Dalam lakon alap-alapan Dewi Rukmini,Drona juga pernah melamar Dewi Rukmini,putri Prabu Bismaka dari Kerajaan Kumbina.Sebenarnya lamaran itu diterima oleh Prabu Bismaka,tetapi menjelang hari pernikahan calon pengantin putri malah kabur dari keputren.Pada mulanya yang dituduh melarikan Dewi Rukmini itu adalah Arjuna.Karena Arjuna tidak mengaku,Prabu Bismaka menunjuk Arjuna untuk mencari Dewi Rukmini sampai ketemu dan membawa kembali pulang.Ternyata yang sebenarnya menculik Dewi Rukmini adalah Narayana alias Kresna.Dewi Rukmini pada akhirnya menjadi istri Prabu Kresna dan Resi Drona gagal kawin lagi.

Sebagai orang yang sarat dengan ilmu keprajuritan,Resi Drona memilki beberapa senjata pusaka,antara lain pedang Sokayana dan anak panah Cundamanik.Tetapi pada akhirnya anak panah Cundamanik menjadi milik Arjuna.Selama lima hari menjadi senapati di pihak Kurawa dalam perang Baratayuda,Resi Drona banyak membunuh lawan di pihak Pandawa.Yang gugur di tangan Resi Drona adalah Prabu Matswapati,raja Wirata;Prabu Drupada,raja Cempala;Utara,putera Prabu Matswapati;Brantalaras dan Wilugangga,anak Arjuna.Bahkan gugurnya Abimanyu,putra kesayangan Arjuna juga akibat kecerdikan Resi Drona.

Hari itu Kurawa menggunakan gelar perang Dirada Meta(gajah mengamuk),sedang pihak Pandawa yang dipimpin Abimanyu menggunakan gelar perang Sapit Urang.Pada waktu Abimanyu mengamuk karena kematian Brantalaras dan Wilugangga sehingga banyak korban di pihak Kurawa.Drona mengubah gelar perangnya dengan tujuan agar Abimanyu masuk perangkap,mula-mula gelar perang itu diubah menjadi roda berputar.Dan setelah Abimanyu masuk perangkap dalam barisan Kurawa yang mengepungnya,gelar perang diubah lagi menjadi Sapit Urang untuk menghalangi Pandawa yang mencoba menolongnya.Dalam situasi terperangkap itulah Abimanyu akhirnya gugur di tangan Jayadrata.

Kematian Drona ini berkat siasat dan akal Prabu Kresna.Raja Dwarawati itu menyuruh Bima membunuh seekor gajah yang kebetulan bernama Aswatama,serupa dengan nama anak tunggal Drona.Setelah gajah itu mati,seperti yang disiasatkan Prabu Kresna,Bima lalu berteriak lantang bahwa Aswatama telah mati.Teriakan ini diteruskan secara beranting oleh para prajurit Pandawa,sehingga dengan cepat berita itu menyebar ke seluruh arena pertempuran.Akhirnya berita itu sampai juga ke telinga Drona.Resi Drona tidak yakin akan kebenaran berita itu.Karenanya kepada setiap orang yang dijumpainya ia bertanya,benarkah Aswatama telah mati.Walaupun setiap orang membenarkan berita itu,Drona masih juga belum yakin.Karena itu ia lalu mendatangi Prabu Puntadewa,orang yang dikenalnya sangat jujur,tidak akan berbohong seumur hidupnya.Prabu Puntadewa yang sebelumnya dipesan oleh Kresna menjawab memang benar Aswatama telah mati.Mendengar jawaban itu seketika Resi Drona tertegun.Ia berdiri saja,tidak bergerak,seolah hilang kesadarannya.Berita kematian anak tunggalnya yang diasuhnya sejak bayi,benar-benar merupakan pukulan batin yang sangat hebat baginya.Dalam keadaan seperti itu arwah Bambang Ekalaya menyusup ke tubuh Drestajumena,yang langsung mengangkat pedangnya menebas leher Drona.

Meskipun perbuatan Drestajumena itu didasari juga rasa dendam karena Drona sebelumnya telah membunuh Prabu Drupada,ayahnya,tetapi para Pandawa terutama Arjuna dan Setyaki amat marah.Perbuatan Drestajumena dinilai sudah melewati batas.Kejadian ini hampir menyebabkan perkelahian antara Drestajumena dengan Setyaki,yang menganggap perbuatan Drestajumena itu tidak ksatria dan hanya membuat malu keluarga Pandawa.Untunglah perkelahian itu segera dapat dilerai oleh Prabu Kresna.Menurut Kresna,perbuatan Drestajumena itu selain disebabkan dendam yang meluap juga karena disusupi arwah Ekalaya.Kematian Drona juga sesuai kutukan Ekalaya yang menyebutkan bahwa dalam perang Baratayuda,Drona akan mati dibunuh oleh orang yang pernah berguru kepadanya.Drestajumena pernah berguru pada Resi Drona,walaupun Drona sudah tahu bahwa kelak ia akan mati di tangan Drestajumena,Drona menerima sebagai muridnya dengan ikhlas.Sebagai seorang guru,Drona tidak memikirkan bahwa Drestajumena adalah anak musuhnya yang kelak akan berbahaya bagi jiwanya.Suatu ciri khas Guru Sejati.

Selasa, 11 Mei 2010


Drestarastra



Prabu Drestarastra adalah putera sulung Prabu Krisnadwipayana atau Abiyasa,raja Astina yang lahir dari rahim Dewi Ambika.Ia mempunyai dua orang adik yaitu Prabu Pandu Dewanata yang lahir dari Dewi Ambalika dan Yama Widura yang lahir dari dayang Drati.

Drestarastra buta semenjak lahir,ini akibat ulah ibunya yang sebenarnya tidak mencintai suaminya,Abiyasa.Dewi Ambika merasa jijik pada saat menunaikan kewajibannya sebagai istri,karena wajah Abiyasa buruk dan kasar kulitnya.Karena itulah ia selalu memejamkan mata bila melayani suaminya.Karena perbuatan itulah,Dewi Ambika kelak melahirkan anak yang tuna netra.Cacat yang diderita Drestarastra,mau tidak mau,harus diterimanya sebagai kenyataan.Ia pun harus menerima kenyataan bahwa ayahnya,Abiyasa mengangkat adiknya,Pandu Dewanata,sebagai pewaris tahta Astina,bukan dia.

Drestarastra kawin dengan Dewi Gendari,kakak Harya Suman alias Sengkuni dari Kerajaan Plasajenar.Perkawinan ini pun tidak menyenangkan hati Dewi Gendari maupun Harya Suman,karena sebenarnya kedua orang itu mulanya berharap Dewi Gendari akan dapat menjadi istri Pandu Dewanata.Ini terjadi karena pada waktu itu,Pandu Dewanata mempersilakan kakaknya memilih satu diantara tiga calon istrinya.Ketiga wanita itu adalah Dewi Kunti dari Kerajaan Mandura,Dewi Madrim dari Kerajaan Mandaraka,dan Dewi Gendari dari Kerajaan Plasajenar.Atas petunjuk Harya Suman,sebelum Drestarastra melaksanakan pilihannya,Dewi Gendari melumuri tubuhnya dengan rendaman ikan busuk.Menurut perhitungan Harya Suman karena Drestarastra buta,ia tidak bisa melihat kecantikan seorang wanita.Maka jika tubuh Dewi Gendari berbau busuk dan anyir tentu tidak akan terpilih.Namun perhitungan Harya Suman itu tidak berhasil seperti yang diharapkan.Tepat pada saat akan melaksanakan pilihannya,badan atau jasmani Drestarastra disusupi arwah seekor naga laut bernama Taksaka.Hal ini menyebabkan selera Drestarastra berubah,bau anyir dan busuk dianggapnya sebagai sesuatu yang harum dan menggairahkan.Karenanya tanpa ragu,saat itu juga Drestarastra langsung menjatuhkan pilihannya pada Dewi Gendari.Karena kecewa mendapat suami buta sekaligus menunjukkan rasa setia kawannya,sejak perkawinannya dengan Drestarastra,Dewi Gendari selalu menutup kedua matanya dengan kain pada siang hari.

Namun ternyata Prabu Pandu Dewanata tidak berumur panjang,waktu itu para Pandawa masih kecil semua.Maka untuk menjalankan pemerintah di Astina,Drestarastra pun naik tahta menggantikan adiknya sebagai wali para Pandawa.Rencananya kelak jika Puntadewa,anak sulung Pandu Dewanata,telah dewasa,tahta kerajaan akan diserahkan kembali kepadanya.Namun setelah menjadi raja,ternyata Drestarastra terlalu banyak mendengar bujukan istri dan anak-anaknya serta hasutan Sengkuni.Prabu Drestarastra tidak mengambil tindakan apa-apa ketika para Kurawa atas saran Patih Sengkuni membakar Bale Sigala-gala untuk membunuh para Pandawa dan Dewi Kunti.Dan ketika para Kurawa dan Sengkuni menipu Pandawa melalui permainan judi dadu,sehingga Pandawa kehilangan Kerajaan Amarta dan harus hidup selama 12 tahun di hutan.Demikian pula sewaktu Dewi Drupadi,istri Puntadewa dihina dan dipermalukan secara aniaya di depan umum oleh Dursasana,Prabu Drestarastra juga tidak banyak berbuat untuk mencegahnya.

Selama Prabu Drestarastra menjadi raja di Astina,sebenarnya yang menjalankan pemerintahan sehari-hari adalah anak sulungnya,Duryudana,dibantu Patih Sengkuni.Atas bujukan istrinya dan Sengkuni,Prabu Drestarastra mengangkat Duryudana sebagai raja muda bergelar,Prabu Anom Kurupati,atau Prabu Anom Suyudana.Karena Prabu Drestarastra selalu kalah pengaruh dibanding anak sulungnya,perdamaian antara Kurawa dengan Pandawa tidak dapat lagi dilakukan maka pecahlah perang Baratayuda.Usaha Prabu Kresna sebagai duta perdamaian dari pihak Pandawa tidak berhasil meminta kembali wilayah Kerajaan Amarta dan separoh Kerajaan Astina.Beberapa saat menjelang perang Baratayuda,Abiyasa atas ijin para dewa,menawarkan pada Drestarastra kemampuan untuk melihat jalannya perang tanpa harus pergi ke tegal Kurusetra,walaupun ia buta.Begawan Abiyasa sebenarnya ingin agar Drestarastra dapat melihat sendiri akibat perbuatannya selama ini,membiarkan para Kurawa melakukan tindakan angkara murka.Namun tawaran itu ditolaknya,karena ia merasa tidak sanggup menyaksikan pertempuran hidup mati antara anak dan keponakannya.Drestarastra minta agar anugerah itu diberikan pada Sanjaya,anak bungsu Yama Widura,yang selama ini menjadi pengiring dan pemandunya.

Dalam perang besar itu hampir seluruh putra Drestarastra yang seratus orang itu tewas,Kurawa kalah.Hal ini membuat Drestarastra amat sedih,masgul,menyesal sekaligus marah dan dendam pada para Pandawa.Rasa dendam ini terutama ditujukan pada Bima,yang dianggapnya berlaku keji terhadap Dursasana.Sesudah membunuh Dursasana,Bima merobek dada musuhnya itu dan menghirup darahnya untuk digunakan keramas rambut Dewi Drupadi.Drestarastra juga menganggap Bima curang sewaktu bertanding dengan anak sulungnya dalam pertempuran hari terakhir Baratayuda,menggada paha kiri Duryudana,sehingga akhirnya Duryudana tewas.Karena itu sewaktu Prabu Kresna mengantar para Pandawa menghadap kepadanya di istana,setelah perang Baratayuda,Drestarastra berusaha mencelakakan dan membunuh Bima.Drestarastra memiliki kesaktian dahsyat pada ujung jari kanannya,jika ilmu itu digunakan apapun yang disentuhnya seketika akan hancur lumat menjadi abu,ajian itu disebut Lebur Saketi.Ketika itu pada saat Bima datang mendekat hendak menyampaikan sembah hormat,jangkauan jari tangannya hampir saja menghancurkan Bima.Namun Prabu Kresna yang berdiri di belakang Bima,berhasil menyelamatkan jiwa Bima dengan cara mendorong tubuh Bima ke samping,sehingga jari tangan kanan Drestarastra hanya menyentuh sebuah arca batu.Seketika itu arca batu pun luluh lantak menjadi abu.Ketika tahu bahwa usahanya membunuh Bima gagal,Drestarastra menangis,ia merasa menyesal dan sadar bahwa tindakannya itu hanya karena terbawa rasa dendam.

Beberapa tahun sesudah Baratayuda usai,barulah Drestarastra menyerahkan tahta Kerajaan Astina kepada Puntadewa.Sesudah itu,diiringi oleh Dewi Gendari,dan iparnya,Dewi Kunti serta adik bungsunya,Yama Widura,Drestarastra meninggalkan istana pergi ke gunung.Mereka masuk ke hutan dan hidup sederhana,menunggu waktu sampai ajal datang menjemput.Namun belum lama mereka berada di sana,terjadi kebakaran hutan yang menewaskan mereka berempat.Namun ada juga versi lain tentang kematian Drestarastra,yaitu ketika Prabu Kresna menjadi duta para Pandawa dijebak dan dikeroyok para Kurawa,kemudian Kresna marah dan triwikrama menjadi raksasa sangat besar,demikian besarnya sampai merobohkan dinding istana Astina,Drestarastra dan Dewi Gendari jatuh dan tertimpa puing-puing dinding yang runtuh.Sementara itu keseratus orang Kurawa yang ketakutan,berlarian menyelamatkan diri,menginjak-injak puing-puing dinding yang runtuh itu,sehingga menewaskan Drestarastra dan Dewi Gendari.

Senin, 10 Mei 2010


Drestajumena



Drestajumena adalah putera bungsu Prabu Drupada,raja Cempala.Kakak sulungnya bernama Dewi Drupadi,menjadi istri Puntadewa,sulung dalam keluarga Pandawa.Kakaknya yang lain lagi,Dewi Srikandi,menjadi salah seorang istri Arjuna.Berbeda dengan kakak-kakaknya yang dilahirkan oleh Dewi Gandawati,Drestajumena lahir sebagai anak pujaan Prabu Drupada.Drestajumena kawin dengan Dewi Suwarnini dan berputra Trustaka alias Drestaka.

Pada saat Baratayuda berlangsung yang diangkat sebagai senapati Pandawa di hari keempat belas,Drestajumena membunuh Begawan Drona dengan cara menebas lehernya sehingga kepala Resi Drona itu terpenggal.Perbuatan keji ini segera mendapat celaan dari Keluarga Pandawa,terutama Arjuna dan menimbulkan dendam terhadap para Kurawa.Perbuatan itu juga sempat menimbulkan perkelahian antara Drestajumena dengan Setyaki,yang secara langsung menilai perbuatan Drestajumena tidak ksatria.Untunglah keduanya dapat dilerai oleh Prabu Kresna dan Puntadewa.

Drestajumena berhasil membunuh Resi Drona,karena pada saat itu Sang Resi sedang dalam keadaan tidak sadar setelah mendengar dari bibir Prabu Puntadewa bahwa Aswatama benar-benar telah mati.Selain itu pada saat membunuh,tubuh Drestajumena sedang kemasukan arwah Bambang Ekalaya alias Palgunadi.Ekalaya dendam pada Drona karena ia merasa dikhianati oleh orang yang semula dihormati sebagai gurunya.

Perbuatan Drestajumena itu pun akhirnya terbalas,ia mati dibunuh,dipenggal lehernya oleh Aswatama,anak tunggal Drona,ketika sedang dalam keadaan tak sadar karena tertidur lelap.Pada malam terakhir Baratayuda,Aswatama yang semula lari dan bersembunyi di hutan,berhasil menyusup ke pesangrahan keluarga Pandawa di tepi Tegal Kurusetra.Tanpa mendapat perlawanan,Aswatama dengan mudah membalas kematian ayahnya dengan cara memenggal kepala Drestajumena yang sedang pulas.

Menurut kitab Mahabarata,Drestajumena bukan anak yang lahir dari rahim Dewi Gandawati,melainkan anak hasil pujaan Prabu Drupada pada Batara Agni.Usaha Prabu Drupada ini berhasil berkat bantuan dan nasehat Maharesi Upayaja.Prabu Drupada berdoa dan memuja,semoga dewata memberikan anak laki-laki yang akan sanggup membalaskan dendamnya pada Begawan Drona.Drupada dendam pada Drona,karena Drona mempermalukan dirinya dengan menawannya dan menyita sebagian wilayah kerajaan Cempala yaitu daerah Sokalima,yang kemudian dijadikan pertapaannya.Api dendam Prabu Drupada pada Resi Drona menyebabkan kelahiran Drestajumena.Ia terbentuk dari api pemujaan,yang menjelma atas permohonan yang dilakukan oleh Prabu Drupada.Itulah sebabnya begitu lahir bayi Drestajumena telah berpakaian perang.Setelah remaja,Drestajumena juga pernah dididik dan diajar berbagai ilmu keprajuritan oleh Resi Drona,walaupun Resi Drona sudah mempunyai firasat bahwa anak didiknya inilah yang kelak akan membunuhnya.

Dresanala



Dewi Dresanala adalah salah satu putri Batara Brama.Karena Arjuna berjasa pada para dewa dengan membunuh Prabu Niwatakawaca,Dewi Dresanala dikawinkan dengan Arjuna sebagai imbalan jasa.Perkawinan itu membuahkan seorang anak yang diberi nama Wisanggeni.

Waktu Wisanggeni masih berada dalam kandungan ibunya,Dewi Dresanala disuruh Batara Brama bercerai dengan Arjuna,sedang kandungannya disuruh menggugurkan.Namun Dresanala berhasil menyelamatkan kandungannya.Batara Brama melakukan itu karena hasutan dan intimidasi Batari Durga.Oleh Batara Brama,Dewi Dresanala diberikan pada Dewasrani dan sempat diboyong ke Kerajaan Nusarukmi.

Beberapa waktu kemudian lahirlah Si Jabang Bayi.Oleh Dewasrani,bayi yang baru lahir itu dibuang ke kawah Candradimuka dengan maksud untuk membunuhnya.Tetapi bayi itu bukan mati,malahan menjadi manusia dewasa yang sakti luar biasa.Ia keluar dari kawah Candradimuka dan mengamuk di kahyangan.Berkat kesaktian bayi itu,akhirnya Batara Brama menyadari kesalahannya dan Dewi Dresanala dapat kembali rujuk dengan Arjuna.

Kamis, 06 Mei 2010


Dewi Dewayani



Dewi Dewayani adalah putri Begawan Sukra pada masa remajanya jatuh cinta pada Kaca atau Sangkaca,putra Begawan Wrehaspati.Namun cinta Dewayani hanya bertepuk sebelah tangan karena Kaca adalah seorang brahmacarya yang tidak menyentuh wanita seumur hidupnya.

Suatu ketika karena suatu pertengkaran,Dewayani didorong oleh seorang gadis remaja lainnya,bernama Dewi Sarsmita,sehingga jatuh masuk ke dalam sumur.Yang menjadi pangkal pertengkaran adalah karena masing-masing merasa lebih tinggi derajatnya,Dewi Dewayani anak brahmana,sedang Dewi Sarsmita anak Raja.Untunglah beberapa saat kemudian ia ditolong oleh Prabu Yayati yang kebetulan lewat di dekat sumur itu.Karena terpikat oleh kecantikan dan budi pekerti Dewi Dewayani itu,Prabu Yayati lalu melamar Dewi Dewayani.Resi Sukra mengijinkan putrinya diperistri Prabu Yayati dengan dua syarat,yakni,Dewi Dewayani harus menjadi permaisuri tunggal.Selain itu Prabu Yayati tidak boleh berolah-asmara dengan wanita lain,selain dengan Dewi Dewayani.Syarat ini disetujui oleh Prabu Yayati.

Secara kebetulan,setelah Dewi Dewayani menjadi permaisuri,Prabu Yayati ternyata mengangkat Dewi Sarsmita dayang istana,melayani segala keperluan Dewi Dewayani.Kesempatan ini digunakan Dewayani untuk membalas dendam.Ia memperlakukan Dewi Sarsmita dengan buruk dan kejam.Namun beberapa tahun kemudian,setelah Dewayani mempunyai dua putra yaitu Yadu dan Trawasu,ia baru tahu bahwa Prabu Yayati ternyata melanggar janjinya itu.Secara diam-diam Prabu Yayati ternyata berolah-asmara dengan Dewi Sarsmita,dayang istana yang amat dibencinya,sehingga membuahkan tiga orang anak.Karena merasa dikhianati,Dewi Dewayani mengadu pada ayahnya,Begawan Sukra.Sang Pertapa ini marah karena perbuatan menantunya itu,dan mengutuk Prabu Yayati menjadi jompo.Kutukan ini terbukti,sehingga seketika itu juga Prabu Yayati yang semula gagah dan tampan berubah ujud menjadi seorang tua renta penuh keriput dan tanpa daya(impoten).Prabu Yayati ini leluhur Barata,yang menurunkan raja-raja Astina.

Denta Wilukrama



Denta Wilukrama adalah anak Gunawan Wibisana dengan Dewi Triwati,seorang bidadari yang dihadiahkan kakaknya,Prabu Dasamuka.Setelah Prabu Dasamuka tewas dalam peperangan melawan Ramawijaya,Gunawan Wibisana naik tahta menjadi raja Alengka.Penobatannya dihadiri oleh Sri Ramawijaya.Setelah merasa dirinya tua,Wibisana kemudian meninggalkan istana,hidup sebagai pertapa di Gunung Gohkarna.Kedudukannya digantikan oleh Denta Wilukrama,yang setelah menjadi raja di Alengka bergelar Prabu Bisawarna atau Prabu Singgela,sedangkan nama kerajaan Alengka diganti dengan Singgelapura.

Pada saat penobatan,Wibisana memberikan wejangan Hasta Brata yang sebelumnya pernah diwejangkan oleh Rama pada adik tirinya,Barata.Prabu Bisawarna muncul dalam lakon Parta Krama yang mengisahkan tentang perkawinan Arjuna dengan Dewi Wara Subadra.

Rabu, 05 Mei 2010


Dawaka



Prabu Dawaka atau Prabu Budawaka atau Prabu Baka adalah raja raksasa dari negeri Manahilan.Setiap hari ia memangsa seorang manusia sebagai santapannya.Secara bergiliran rakyat di negeri itu harus menyediakan salah seorang anaknya untuk dijadikan mangsa Sang Raja.

Pada suatu hari Begawan Hijrapa mendapat giliran harus menyerahkan salah seorang anaknya untuk dijadikan santapan Sang Raja.Ketika keluarga brahmana itu sedang bersedih,datanglah Bima yang suka rela menyediakan diri menggantikan anak Begawan Hijrapa yang sedianya hendak dijadikan mangsa Sang Raja.Begawan Hijrapa lalu mengantarkan Bima ke hadapan Prabu Dawaka dan diakukan sebagai anaknya.Ketika raja raksasa itu hendak memangsanya,Bima melawan dan membunuh dengan tusukan Kuku Pancanaka.

Sesudah berhasil membunuh Prabu Dawaka,rakyat Manahilan minta agar Bima bersedia menjadi raja mereka.Namun Bima menolak,dia hanya menginginkan dua bungkus nasi untuk adik kembarnya yang sedang kelaparan.Peristiwa ini terjadi menjelang masuknya para Pandawa dan Dewi Kunti ke Kerajaan Cempala,setelah peristiwa Bale Sigala-gala.

Dasarata



Prabu Dasarata adalah Raja Ayodya yang mewarisi tahta kerajaan dari mertuanya,Prabu Banaputra yang tewas dibunuh Prabu Dasamuka,raja Alengka.Perjumpaanya dengan Dewi Sukasalya terjadi di Hutan Dandaka,tatkala putri Ayodya itu sedang mearikan diri dari kejaran Dasamuka.Dasarata yang waktu itu masih menjadi pertapa muda dan berkelana di hutan-hutan,berhasil menyelamatkan Sukasalya dengan menciptakan Dewi Sukasalya palsu yang berasal dari tusuk konde Sang Dewi.Prabu Dasamuka berhasil dikecohkannya dan dengan demikian selamatlah Dewi Sukasalya.

Setelah beberapa tahun menikah dengan Dewi Sukasalya alias Dewi Kusalya alias Dewi Raghu tidak juga mendapat putra,permaisurinya itu menganjurkan agar Prabu Dasarata kawin lagi.Karena itu kemudian Prabu Dasarata menikah lagi dengan Dewi Kekayi dan Dewi Sumitrawati.Namun walaupun sudah beristri tiga orang,putra yang mereka rindukan tidak kunjung lahir.Karena itu Prabu Dasarata lalu meminta nasehat Begawan Wasista.Pertapa itu menganjurkan agar Prabu Dasarata mengadakan upacara sesaji Aswameda,yakni sesaji kurban kuda.Setelah Dasarata melaksanakan saran itu,ketiga istrinya mengandung.Dewi Raghu kemudian melahirkan Ramawijaya,Dewi Kekayi melahirkan Barata,Satrugna dan Dewi Kanwaka.Sedangkan Dewi Sumitrawati melahirkan Laksmana.

Karena Dewi Raghu adalah istri tertua,Rama dianggap sebagai anak sulung dan dicalonkan sebagai putra mahkota.Ketiga putra Dasarata itu kemudian dididik oleh Resi Wasista.Ketika merasa usianya sudah lanjut,Prabu Dasarata berniat mengundurkan diri dan akan menyerahkan singgasana Ayodya pada Ramawijaya.Apalagi Ramawijaya telah menginjak dewasa dan sudah menikah dengan Dewi Sinta.Namun niat itu tidak terlaksana akibat ulah Dewi Kekayi.Diingatkan bahwa dulu Dasarata pernah tiga kali berjanji akan meluluskan apa saja permintaan Dewi Kekayi.Dan kini permintaannya adalah agar Dasarata membatalkan rencana penobatan Ramawijaya.Permintaan Dewi Kekayi yang kedua,agar Prabu Dasarata menunjuk Barata,anak sulungnya,sebagai pewaris tahta.Namun Dewi Kekayi belum puas.Ia mengingatkan,masih ada lagi satu permintaannya yang harus dipenuhi,yakni mengusir Ramawijaya dari kerajaan dan harus hidup di Hutan Dandaka selama 13 tahun.Dengan hati hancur Dasarata terpaksa memenuhi permintaan itu.Sesudah Ramawijaya pergi meninggalkan kerajaan,Prabu Dasarata yang merasa bersalah dan menyesal,tidak mau makan dan tidur sehingga sakit dan akhirnya meninggal.

Sabtu, 01 Mei 2010


Dasamuka



Prabu Dasamuka dalam pewayangan dianggap sebagai lambang angkara murka,serakah,tamak,sekaligus lambang sifat ulet dalam mengejar cita-cita.Untuk mengejar keinginannya,selain ulet dan gigih,ia juga sering menghalalkan segala cara.Ia tega mengorbankan siapa pun,bukan hanya orang lain tapi juga keluarganya sendiri.Untuk menggambarkan kerakusan dan ketamakannya,Dasamuka dilukiskan sebagai raksasa bermuka sepuluh.Nama lain Dasamuka yang populer adalah Rahwana.Dasamuka adalah raja Alengka,anak sulung Begawan Wisrawa dengan Dewi Sukesi.Dasamuka naik tahta menggantikan kakeknya,Prabu Sumali.


Pada waktu itu,ketika Dewi Sukesi menginjak dewasa,atas ijin ayahnya,dia mengadakan sayembara barangsiapa dapat menerangkan intisari Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu,akan dijadikan suaminya.Salah seorang pelamarnya adalah Begawan Wisrawa,yang bermaksud meminang Dewi Sukesi untuk putranya,Prabu Wisrawana,raja negeri Lokapala.Namun pada saat Begawan Wisrawa mengajarkan ilmu itu,Batara Guru dan Dewi Uma turun tangan mencegahnya,bagi para dewa penyebaran ilmu Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu di kalangan manusia merupakan larangan.


Untuk menggagalkan pengajaran ilmu itu Batara Guru lalu menyusup ke raga Begawan Wisrawa dan Batari Uma merasuk ke tubuh Dewi Sukesi,akibatnya pada saat mengajarkan ilmu rahasia itu,Begawan Wisrawa tergoda oleh kecantikan Dewi Sukesi.Maka terjadilah skandal cinta antara guru dan murid.Anak yang pertama lahir dari pelampiasan nafsu ini adalah Rahwana.Setelah terjadinya skandal itu,Prabu Sumali terpaksa menikahkan keduanya untuk menutupi rasa malu.Pada mulanya niat menikahkan ini ditentang oleh Jambumangli,saudara sepupu Dewi Sukesi yang diam-diam mencintainya.Namun akhirnya Jambumangli mati terbunuh secara aniaya dalam perkelahian melawan Begawan Wisrawa,dengan tubuh terpotong-potong.Diwaktu berikutnya lahirlah adik-adik Rahwana,masing-masing bernama Kumbakarna,Sarpakenaka dan Gunawan Wibisana.Dari semuanya,hanya Wibisana saja yang dalam pewayangan dilukiskan sebagai ksatria tampan,sedangkan yang lainnya berujud raksasa.


Kesaktian Dasamuka sukar dicari tandingannya.Di masa muda mereka berempat pernah bertapa bersama-sama di Gunung Gohkarna sampai berbulan-bulan.Keempat kakak-beradik itu sepakat tidak akan berhenti bertapa sebelum maksud dan keinginan mereka tercapai.Akibatnya kahyangan menjadi goncang dan para dewa menjadi gelisah.Batara Narada segera turun ke dunia,bertanya pada mereka satu persatu mengenai maksud dan tujuannya bertapa.Dasamuka minta agar diberi kesaktian luar biasa.Ia tidak ingin ada orang atau makhluk apapun di dunia ini yang bisa mengalahkannya.Batara Narada mengabulkan keinginannya,namun diingatkan oleh Batara Narada,segala yang ada di dunia ini akan berakhir,dan pada saatnya nanti Dasamuka akan bisa dikalahkan bukan oleh manusia biasa,melainkan oleh titisan Batara Wisnu.


Kumbakarna minta agar diberi umur amat panjang,sebelum dikabulkan permintaannnya itu,Batara Narada mengingatkan bahwa umur panjang tidak akan ada gunanya jika dalam hidupnya seseorang tidak mempunyai arti,lagi pula pada saatnya nanti bila usia telah tua dan tubuh telah renta,seseorang akan merasa bosan hidup di dunia.Karena peringatan ini,Kumbakarna lalu meralat permohonannya,ia ingin agar selalu makan enak dan bisa tidur nyenyak dan lama.Dengan demikian Kumbakarna merasa akan dapat menikmati hidup ini.Permohonannya dikabulkan.Dewi Sarpakenaka minta agar ia dapat melampiaskan nafsu birahinya sepuas-puasnya.Batara Narada mengabulkan,tetapi diingatkan bahwa seseorang dapat menemui celaka karena nafsu birahinya.Gunawan Wibisana minta agar ia memiliki keberanian untuk menyatakan kebenaran yang hakiki dan berani bersikap memihak kebenaran itu.Permohonan ini pun dikabulkan,namun diingatkan juga bahwa setiap sikap memihak,termasuk memihak kebenaran,memiliki resiko dan selalu membawa pengorbanan.


Selain sakti,Prabu Dasamuka juga memiliki senjata pendek yang ampuh,bernama Kyai Candrasa.Dasamuka juga menguasai ajian Pancasona yang didapat dari gurunya,Resi Subali,seorang kera pertapa dari Sonyapringga.Selain menguasai ajian Pancasona,Dasamuka juga memiliki ilmu yang bisa mendatangkan angin ribut,dan menciptakan api besar.Karena kesaktiannya itu Dasamuka menjadi makhluk yang sewenang-wenang.Perkenalannya dengan Resi Subali bermula ketika suatu saat Dasamuka kehilangan tenaga pada saat ia terbang di atas pertapaan Sonyapringga.Setelah sadar dari pingsan akibat jatuh itu,Dasamuka marah bukan main,segera ia mengamuk memporak-porandakan pertapaan itu.Akibatnya terjadilah perkelahian antara Dasamuka dengan Resi Subali.Pertapa berujud kera ini berkali-kali berhasil dibunuhnya,tetapi berhasil bangkit dan hidup lagi.Dasamuka akhirnya menyerah,dan mau bersujud dan memohon ampun pada Resi Subali.Dasamuka juga menyatakan keinginannya untuk berguru pada Resi Subali.Setelah berhasil menguasai ilmu Pancasona,karena nafsu angkaranya,ia berusaha dengan berbagai cara untuk melenyapkan gurunya itu,Resi Subali.Ia tidak ingin kesaktiannya ditandingi oleh siapapun,termasuk oleh gurunya sendiri.Salah satu caranya ialah mengadu domba Resi Subali dengan adiknya Prabu Sugriwa,Raja Guwakiskenda,sehingga kedua saudara kandung itu menjadi bermusuhan.Resi Subali akhirnya gugur setelah Sugriwa mendapat bantuan dari Sri Rama.


Suatu saat Prabu Dasamuka berjumpa dengan Dewi Widawati,putri Begawan Wersapati.Kecantikan Dewi Widawati membuatnya mabuk kepayang.Segera ia melamar putri cantik itu,tetapi Dewi Widawati menolak lamarannya.Karena Dasamuka memaksanya juga,Dewi Widawati yang sebenarnya adalah titisan Dewi Sri,istri Batara Wisnu,nekad bunuh diri dengan cara membakar diri.Peristiwa ini tidak membuat Dasamuka mundur barang setapak,justru membakar semangatnya.Raja Alengka itu bahkan bersumpah akan tetap berusaha mengawini titisan Dewi Sri berikutnya.Dari Begawan Maryuta,seorang brahmana sakti yang dikalahkannya,Dasamuka mendapat keterangan bahwa Dewi Sri masih akan menitis lagi sebanyak empat kali di dunia ini.Mula-mula ia menitis pada Dewi Citrawati,istri Prabu Arjuna Sasrabahu.Setelah itu menitis kembali pada Dewi Sukasalya,istri Begawan Rawatwaja.Kemudian Dewi Sri memilih Dewi Sinta sebagai tempat titisan berikutnya,dan terakhir menitis pada Wara Subadra,istri Arjuna.


Itulah sebabnya,waktu Prabu Dasamuka mengetahui bahwa Raja Ayodya,Prabu Banaputra mempunyai seorang putri cantik bernama Dewi Sukasalya,buru-bru Rahwana datang melamarnya.Namun terlambat,Dewi Sukasalya telah lebih dahulu dilarikan Begawan Rawatwaja,atas permintaan Prabu Banaputra.Akibatnya Dasamuka marah besar,Prabu Banaputra dibunuhnya,istananya diporakporandakan dan setelah itu ia mengejar Begawan Rawatwaja dan Dewi Sukasalya.Rahwana berhasil menyusulnya,Begawan Rawatwaja berusaha melawan dan melindungi Dewi Sukasalya,tetapi kesaktiannya tidak dapat menandingi Dasamuka.Pertapa itu akhirnya gugur,namun selama perang tanding itu berlangsung,Dewi Sukasalya sempat melarikan diri.Ia minta perlindungan Begawan Dasarata yang kebetulan dijumpainya.Prabu Dasamuka tetap mengejar,dan mengancam Dasarata untuk menyerahkan Dewi Sukasalya,namun Sang Dewi tetap menolak.Datanglah pertolongan dari Batara Guru yang menciptakan putri jadi-jadian dari kembang sanggul Dewi Sukasalya.Putri jadi-jadian yang amat serupa dengan Dewi Sukasalya itulah yang akhirnya dibawa pulang oleh Dasamuka ke Alengka.Ia puas karena menyangka putri jadi-jadian itu benar-benar Dewi Sukasalya.Sesampainya di Alengka,Dasamuka segera merayu Dewi Sukasalya,tetapi yang dirayu hanya diam saja.Karena kemarahannya Dasamuka mengatakan diam saja seperti barang mati,saat itu juga Dewi Sukasalya jadi-jadian itupun benar-benar mati.


Amarah Dasamuka makin menjadi-jadi,dia mempersalahkan para dewa yang dianggapnya sebagai penyebab kekecewaan yang dialaminya.Tanpa pikir panjang dia segera mengumpulkan bala tentaranya untuk menyerang kahyangan Suralaya.Cingkara dan Balaupata,penjaga pintu gerbang kahyangan Sela Matangkep sampai kewalahan menghadapi bala tentara Rahwana.Terpaksa Batara Endra datang menjumpainya,menanyakan apa maksud Dasamuka menyerang kahyangan.Dasamuka menyampaikan protesnya atas kematian Dewi Sukasalya dan menuntut agar Dewi Sri diserahkan kepadanya.Tuntutannya ditolak,akhirnya terjadi pertempuran antara pasukan Dasamuka dengan bala tentara kahyangan yang dinamakan Dorandara,yang dipimpin oleh Batara Citrasena dan Batara Prajapati.Pasukan Dorandara kalah dalam pertempuran itu,selain merusak kahyangan,Dasamuka juga menawan Batara Wiswakrama dan putrinya Dewi Sayempraba.Para dewa akhirnya membuat perjanjian perdamaian dengan Dasamuka,dengan mengganti permintaan untuk mendapatkan Dewi Sri,diberinya dengan tiga orang bidadari yaitu Dewi Tari,Dewi Aswani,dan Dewi Triwati.Dasamuka akhirnya untuk sementara cukup puas dengan pemberian para dewa itu.Dari ketiga bidadari ini,Dasamuka hanya mengambil Dewi Tari sebagai istrinya.Dua bidadari yang lain diberikannya pada Kumbakarna yang mendapatkan Dewi Aswani sebagai istrinya dan Dewi Triwati untuk Gunawan Wibisana.


Sepulang Dasamuka ke negerinya,Alengka,para brahmana segera resah,karena menurut ramalan mereka,dari perkawinannya dengan Dasamuka,Dewi Tari akan melahirkan seorang putri cantik yang kelak setelah dewasa akan diingini Dasamuka sebagai istrinya.Bila hal ini terjadi malapetaka besar akan menimpa seluruh negeri Alengka.Gunawan Wibisana,adik bungsu Dasamuka,menjadi gundah mendengar ramalan itu.Apalagi ketika kemudian Dewi Tari benar-benar melahirkan seorang bayi perempuan.Wibisana bertindak cepat,atas ijin Dewi Tari,ia mengambil bayi itu dan memasukkannya ke dalam kotak kendaga dan dibekali kupat sinta lalu menghanyutkannya di sungai.Untuk mengganti bayi yang dilahirkan,Wibisana lalu memuja dan memohon pada para dewa agar diberi seorang bayi laki-laki dari segumpal awan.Akhirnya permohonan ini dikabulkan,terciptalah seorang bayi laki-laki dari segumpal awan yang diakukan sebagai anak Dasamuka,dan diberi nama Megananda.Sebetulnya Dasamuka mempunyai firasat kalau anak yang dikandung Dewi Tari akan lahir sebagai bayi perempuan.Karena itu tanpa perikemanusiaan,Dasamuka membanting bayi laki-laki yang dikatakan sebagai anaknya itu ke lantai.Namun diluar dugaan,bukannya bayi itu langsung mati,melainkan malah tumbuh menjadi besar.Berkali-kali Dasamuka membantingnya,bayi itu semakin tumbuh menjadi remaja.Akhirnya si bayi justru melawan Dasamuka sampai kewalahan,sehingga terpaksa mengakui sebagai anaknya dan dijadikan sebagai putera mahkota Alengka,dan diberi nama Indrajit.Sementara bayi perempuan yang dihanyutkan ke sungai akhirnya ditemukan dan diangkat anak oleh Prabu Janaka dari Kerajaan Mantili.Bayi itu diberi nama Dewi Sinta.Kelak setelah dewasa,Dewi Sinta diperistri oleh Ramawijaya putera mahkota Kerajaan Ayodya.

Sifat angkara murka Rahwana makin menjadi-jadi,Batara Wiswakrama yang berhasil diculik dari kahyangan,dipaksa membangun istana Alengka.Batara Wiswakrama adalah dewa ahli bangunan di kahyangan,sedangkan putrinya,Dewi Sayempraba diperistri raja Alengka itu.Sewaktu didengarnya Raja Lokapala,yang sebenarnya masih terhitung kakak satu bapak lain ibu,memiliki pusaka sakti bernama Gandik Emas dan Kereta Kencana yang luar biasa bagusnya,Dasamuka menuntut agar Gandik Emas dan Kereta Kencana diserahkan kepadanya.Raja Lokapala,Prabu Wisrawana menolak sehingga Dasamuka merebutnya dengan paksa.Terjadilah perang tanding,yang dimenangkan Dasamuka.Untunglah jiwa Prabu Wisrawana diselamatkan oleh Batara Brama,Raja Lokapala itu diselamatkan ke kahyangan.

Suatu saat Dasamuka mendengar berita pernikahan Dewi Citrawati dengan Prabu Arjuna Sasrabahu,raja Maespati.Karena tahu bahwa Dewi Citrawati adalah titisan Dewi Sri,Dasamuka mengerahkan pasukannya menyerbu Maespati.Sesampainya di tapal batas Kerajaan Maespati,Dasamuka dan pasukannya terhalang oleh banjir besar,karena sungai Gangga meluap.Kala Marica yang diperintahkan menyelidiki sebab musabab banjir mendadak ini melaporkan bahwa di hilir sungai ada raksasa sebesar gunung sedang berbaring melintang sungai sehingga membendung airnya.Dengan murka Dasamuka memerintahkan pasukannya menyerang raksasa itu.Namun sebelum tiba di tempat itu mereka dihadang oleh ksatria bernama Patih Suwanda.Bala tentara Alengka berhasil dibuat porak-poranda tidak sanggup melawan kesaktian Patih Suwanda.Prabu Dasamuka terpaksa turun tangan sendiri dan denga kesaktiannya,Dasamuka dapat membunuh Patih Suwanda.Kematian Patih Suwanda ini menyebabkan Prabu Arjuna Sasrabahu menjadi murka.Terjadilah perang tanding antara Prabu Arjuna Sasrabahu dengan Dasamuka,dengan ajian Pancasonanya Dasamuka tidak dapat terbunuh,namun dengan anak panah sakti Kalamanggaseta,akhirnya Dasamuka dapat ditawan.Ia kemudian dibawa ke Maespati dengan cara diseret di sepanjang jalan dan dipertontonkan pada rakyat Maespati.Menyaksikan penderitaan yang memalukan itu,Resi Pulasta turun dari surga memohonkan ampun sehingga Arjuna Sasrabahu akhirnya membebaskan Dasamuka.

Beberapa tahun kemudian,Dewi Sarpakenaka melaporkan tentang Dewi Sinta yang mengikuti Rama berkelana di hutan Dandaka.Sarpakenaka menceritakan tentang kecantikan Dewi Sinta,mendengar penuturan Sarpakenaka,Dasamuka menjadi penasaran dan teringat akan petunjuk Begawan Maryuta yang menyebutkan bahwa salah seorang titisan Dewi Widawati adalah Dewi Sinta.Karena itu tanpa banyak bicara lagi,Dasamuka segera berangkat ke Hutan Dandaka,ia mengajak Kala Marica untuk membantu usahanya menculik Dewi Sinta.Dengan tipu muslihatnya akhirnya Dasamuka berhasil menculik Dewi Sinta.Jatayu,seekor burung garuda yang mencoba menghalanginya,dibunuh Dasamuka dengan pedang Candrasa.

Di Istana Alengka,Dewi Sinta disekap di Taman Argasoka.Hampir setiap hari,selama hampir dua belas tahun,Sinta dibujuk dan dirayu oleh Dasamuka,tetapi Sang Dewi tetap bertahan.Sinta mengancam akan bunuh diri bilamana Dasamuka itu memaksa menjamah tubuhnya.Keponakannya,yaitu Dewi Trijata,anak Gunawan Wibisana,ditugasi menjaga dan melayani Dewi Sinta,selama berada di Taman Argosaka.Namun karena dianggap Trijata itu memihakDewi Sinta,Dasamuka lalu mengutuk keponakannya itu,kelak akan kawin dengan seorang monyet tua.Kutukan itu benar-benar terjadi,Dewi Trijata kelak akan diperistri oleh Kapi Jembawan.

Penculikan Dewi Sinta ini ditentang oleh dua orang adik Dasamuka yaitu Kumbakarna dan Gunawan Wibisana.Karena dianggap merongrong kewibawaannya,Gunawan Wibisana kemudian diusir dari Alengka.Sedangkan Kumbakarna yang tidak setuju dengan perbuatan kakaknya,segera meninggalkan istana tanpa pamit,dan pulang ke kasatriyannya di Panglebur Gangsa lalu tidur dan tidak mau tahu urusan kakaknya.

Suatu saat setelah mendengar laporan bahwa Ramawijaya mengutus Anoman untuk menjumpai Dewi Sinta,Prabu Dasamuka menugasi salah seorang istrinya,yaitu Dewi Sayempraba untuk menggoda dan menggagalkan usaha Anoman.Tugas ini berhasil dijalankan dengan baik,Anoman menjadi terpikat rayuan Dewi Sayempraba sehingga menunda perjalanannya.Dewi Sayempraba memberinya makanan beracun sehingga Anoman menjadi buta.Namun kemudian Anoman berhasil ditolong oleh seekor garuda sakti bernama Sempati yang menyembuhkan dari kebutaannya dan membantu menerbangkannya ke Alengka.Sesudah Anoman menjumpai Dewi Sinta,ia tertangkap oleh Indrajit,dan dibawa ke hadapan Dasamuka.Dengan penuh geram Raja Alengka itu memerintahkan Anoman untuk dibakar hidup-hidup.Namun kesempatan itu digunakan Anoman untuk membakar dan memporakporandakan Istana Alengka dan setelah itu ia kabur.

Kekesalan Dasamuka terhadap Anoman sebenarnya belum reda manakala seorang kera berbulu merah yang bernama Anggada datang menghadap.Anggada mengaku utusan Rama dan menyampaikan ultimatum agar Dasamuka membebaskan Sinta,kalau tidak,Alengka akan diserang.Walaupun ultimatum itu sempat membuat merah telinganya,Dasamuka segera berpikir cerdik.Dengan ramah disambutnya Anggada,dan dikatakannya bahwa sesungguhnya Anggada adalah keponakannya.Dasamuka mengingatkan bahwa Anggada adalah anak Dewi Tara dari Resi Subali.Padahal Dewi Tara adalah adik Dewi Tari,istri Dasamuka.Selain itu juga diingatkan bahwa yang membunuh Resi Subali adalah Ramawijaya.Dikatakan oleh Rahawana,bahwa Resi Subali mati dibunuh dengan cara yang curang,sewaktu berperang melawan Sugriwa diam-diam Rama melepaskan anak panahnya dan membunuh Subali.Kecerdikan Rahwana ternyata membuahkan hasil,dengan penuh kemarahan Anggada kembali ke Suwelagiri dengan satu tekad akan membalas dendam atas kematian ayahnya,Resi Subali.Untunglah ada Anoman yang berhasil menyadarkannya dengan memberitahu bahwa sesungguhnya Dasamuka lah yang telah menghasut dan mengadu domba Resi Subali dengan Prabu Sugriwa.

Beberapa waktu kemudian Anggada telah muncul kembali ke Istana Alengka sambil memaki-maki Dasamuka dengan penuh kemarahan.Begitu berhadapan dengan Dasamuka,Anggada langsung menyerang dan berhasil menyambar mahkota Dasamuka sehingga lepas dari kepalanya.Bagi Dasamuka ini merupakan penghinaan yang luar biasa.Bersama Indrajit dan beberapa anaknya,Dasamuka berusaha memburu Anggada,tetapi anak Resi Subali itu telah berhasil meloloskan diri kembali ke Suwelagiri tempat Ramawijaya dan anak buahnya bermukim.

Dasamuka tahu bahwa kekuatan balatentara Ramawijaya adalah pada prajurit keranya,ia mencari upaya untuk melumpuhkan kera-kera itu.Ia datang menjumpai Batara Ganesya,yang ditugasi Batara Guru menjaga Kembang Dewaretna yang memiliki tuah dapat menguasai hidup dan matinya para kera.Dengan paksa akhirnya Kembang Dewaretna berhasil direbut Dasamuka.Setelah itu Dasamuka datang ke kahyangan menghadap Batara Guru minta diberi tambahan umur panjang.Karena jika tidak diberi,Dasamuka akan mengancam mengobrak-abrik kahyangan,permintaan itu terpaksa diluluskan Batara Guru.Namun upaya Dasamuka ini akhirnya sia-sia,Kembang Dewaretna berhasil direbut oleh Kapi Pramudya,sedangkan tambahan umur yang sempat diperolehnya juga lepas oleh tipu daya Ramawijaya yang menyamar sebagai orang tua renta.Sewaktu dalam perjalanan pulang dari kahyangan,Dasamuka berjumpa dengan seorang tua renta yang sangat menderita karena panjang usia.Kakek tua itu sudah sangat ingin mati,tetapi ajal belum juga datang menjemput.Melihat keadaan orang tua itu,Dasamuka sadar bahwa tambahan umur tentu akan membuat ia menderita seperti kakek tua itu.Karenanya tambahan umur yang diterima dari Batara Guru,lalu diberikan pada si kakek itu.Ternyata si kakek itu adalah penjelmaan Ramawijaya.

Untuk membebaskan istrinya,akhirnya Ramawijaya terpaksa menyerang Kerajaan Alengka.Dasamuka pun juga memilih jalan perang.Sesudah satu persatu senapati,prajurit andalan,dan anak-anaknya tewas dalam peperangan.Dasamuka terpaksa menyuruh Indrajit membangunkan dan memanggil Kumbakarna yang sedang bertapa tidur.Begitu Kumbakarna masuk ke istana,Dasamuka langsung mendampratnya sebagai adik yang tidak tahu diri.Dasamuka mengungkit-ungkit semua pemberiannya pada Kumbakarna,seperti istri,makanan dan wilayah kekuasaan,tapi di saat perang dimana para prajurit dan senapatinya gugur di medan laga,Kumbakarna malah enak-enakan tidur.Mendengar dampratan itu,tanpa mengucap sepatah katapun,Kumbakarna lalu memuntahkan seluruh makanan yang pernah dimakannya dalam keadaan utuh dan segar.Setelah itu dia berkata bahwa dia akan berperang demi negaranya bukan membela sifat angkara murka kakaknya,Dasamuka.

Kumbakarna,Sarpakenaka,Indrajit dan semua anaknya yang lain akhirnya tewas di medan perang.Maka terpaksalah Dasamuka maju ke medan perang berhadapan langsung dengan Ramawijaya.Dengan panah sakti Guhywawijaya atau sering disebut Guwawijaya berkali-kali Dasamuka ditewaskan tetapi Raja Alengka itu segera hidup kembali berkat ajian Pancasona.Akhirnya Anoman mendapatkan akal,suata saat ketika Dasamuka terkena panah Guwawijaya,segera ditindihnya tubuh Dasamuka dengan sebuah gunung.

Selain Indrajit,dari istri-istrinya yang lain Prabu Dasamuka mempunyai banyak anak,diantaranya yang terkenal adalah Dewantaka,Trikaya,Trisirah,Trinetra,dan Bukbis atau Pratalamaryam atau Topengwaja.Dasamuka juga mempunyai banyak nama alias diantaranya adalah Dasasasana,Dasawaktra,Dasawadana,Dasasasya,keempatnya berarti sepuluh mulut.Dasagriwa,Dasasirsa,dan Rahwana.Cerita mengenai asal-usul Rahwana dalam pewayangan berbeda jauh dari yang diceritakan dalam Kitab Ramayana.Menurut Ramayana,Dasamuka bukan anak Begawan Wisrawa melainkan putera Batara Pulastya,ibu Dasamuka juga bukan Dewi Sukesi melainkan Dewi Puspakata.Batara Pulastya mempunyai anak bernama Wisrawana,tetapi ternyata si anak malah lebih akrab dengan kakeknya,yakni Batara Prajapati,daripada dengan ayahnya.Karena hal inilah,untuk menyenangkan ayahnya,Wisrawana lalu mencarikan tiga orang wanita untuk diperistri ayahnya.Ketiga wanita itu adalah Dewi Puspakata,Dewi Raka,dan Dewi Malini.Dari Dewi Puspakata kemudian melahirkan Dasamuka dan Kumbakarna,dari Dewi Raka melahirkan Kara dan Sarpakenaka,sedangkan dari Dewi Malini melahirkan Wibisana.