Sabtu, 12 Juni 2010


Gardapati



Prabu Gardapati adalah raja Puralaya atau Turilaya,sebuah kerajaan kecil yang merupakan taklukan Kerajaan Astina.Dalam Baratayuda,bersama saudaranya,Prabu Gardamuka,ia merancang siasat jitu dengan memecah pasukan Pandawa dan menjebak Bima serta Arjuna.Siasat yang diusulkan itu disetujui Duryudana.

Pada mulanya Gardapati sengaja memanas-manasi Bima dengan menantang dan memperolokkannya.Bima yang bernafsu mengejar Prabu Gardapati mengeluarkan senjata cis sakti,membenamkan tanah di belakangnya,dan seketika itu tanah berubah menjadi kolam lumpur yang dalam.Tanpa menduga adanya jebakan itu,Bima masuk ke dalam kubangan lumpur yang dalam.Arjuna yang melihat abangnya berada dalam bahaya segera menolong,tetapi sebelum ia berhasil menarik Bima,Prabu Garadapati tiba-tiba mendorongnya sehingga ikut pula masuk dalam jebakan itu.

Setelah berhasil menjebak Bima dan Arjuna,Prabu Gardapati segera melapor pada Prabu Anom Duryudana untuk meminta perintah lebih lanjut,apakah kedua ksatria andalan Pandawa itu dibiarkan mati perlahan-lahan terbenam dalam lumpur atau langsung dibunuh.Atas saran Patih Sengkuni,Prabu Anom Duryudana memerintahkan Gardapati untuk memenggal kepala Bima dan Arjuna.Kedua kepala ksatria andalan Pandawa itu rencananya akan dipertontonkan pada keluarga dan prajurit Pandawa untuk melemahkan semangat tempur mereka.Jika itu terjadi,Duryudana yakin bahwa Pandawa yang tinggal tersisa tiga orang itu akan langsung menyerah kalah.Dengan demikian Baratayuda akan dimenangkan pihak Kurawa.

Dengan adanya perintah itu Prabu Gardapati bergegas kembali ke kubangan lumpur.Hatinya dipenuhi rasa puas dan bangga,sehingga kurang waspada.Dengan sepucuk pedang ia akan memenggal kepala Bima,tetapi saat itulah Bima melompat dan menarik tangan Prabu Gardapati yang sedang mengayunkan pedangnya,sehingga ikut pula jatuh ke kubangan lumpur.Sebelum Gardapati sempat menghindar,Bima telah menyambar tubuhnya,membenamkannya ke dalam lumpur dan menggunakan tubuh lawannya sebagai batu loncatan ke atas.Maka selamatlah Bima dan Arjuna,sedangkan Prabu Gardapati tewas terbenam dalam lumpur maut ciptaannya sendiri.

Kamis, 10 Juni 2010


Ganesa



Batara Ganesa terkadang ditulis Ganesya,disebut juga Batara Ganapati,atau Batara Gana,dianggap sebagai Dewa Pendidikan,Sastra,dan Penyebar Ilmu Pengetahuan.Ia adalah anak Batara Guru dari Dewi Umaranti,yang tinggal di kahyangan Glugutinatar.

Batara Ganesa lahir tidak dalam bentuk manusia,melainkan dalam ujud menyerupai gajah,lengkap dengan gading dan belalainya.Hal ini terjadi karena sesaat setelah Batara Guru dan Dewi Uma saling bercumbu kasih,para dewa datang menghadap.Di antara mereka yang datang menghadap adalah Batara Endra yang mengendarai Gajah Airawata.Gajah itu luar biasa besar,sehingga membuat takjub dan kaget Dewi Uma,yang saat itu lagi mengandung.Karena ketakjubannya itu,maka kemudian Dewi Umaranti melahirkan putera yang bentuk dan wajahnya mirip sekali dengan gajah.

Bayi gajah Ganesa ternyata juga memiliki kesaktian luar biasa.Ia dapat mengalahkan raja raksasa Nilarudraka dari kerajaan Glugutinatar,yang datang menyerbu kahyangan.Ketika itu raja raksasa gandarwa itu mengamuk karena lamarannya pada Dewi Gagarmayang ditolak.Setelah dikalahkan,Glugutinatar dijadikan kahyangannya.Dalam pewayangan,pada lakon Batara Brama Krama,Batara Ganesa pernah diruwat oleh Batara Brama sehingga ujudnya menjadi dewa yang tampan,tidak lagi berkepala gajah.Setelah ujudnya berubah,Batara Ganesa dikenal dengan sebutan Batara Mahadewa.Menurut Adiparwa,yaitu bagian pertama dari Mahabarata,Ganesa juga berjasa menjadi juru tulis Empu Wyasa yang mengarang kitab Mahabarata itu.Nama lain Batara Ganesa adalah Ganapati,Lambakarna,Gajanana,Karimuka dan Gajawadana.

Rabu, 09 Juni 2010


Gandawati



Dewi Gandawati adalah nama yang digunakan oleh tiga tokoh dalam pewayangan.Yang pertama,Dewi Gandawati putri Prabu Gandabayu dari permaisurinya yang bernama Dewi Wisri.Setelah dewasa Dewi Gandawati menjadi permaisuri Prabu Drupada,raja Cempalaradya.Perkawinan itu membuahkan anak-anak mereka,yaitu Dewi Drupadi,yang setelah dewasa diperistri oleh Puntadewa.Putrinya yang kedua bernama Dewi Srikandi,menjadi salah seorang istri Arjuna.Sedangkan anaknya yang bungsu,laki-laki,bernama Drestajumena.

Waktu Dewi Gandawati sudah melewati masa remajanya,guna mendapatkan suami yang tangguh,adiknya yang bernama Gandamana mengadakan sayembara.Siapa yang sanggup mengalahkan Gandamana,ia berhak menjadi suami Dewi Gandawati,sekaligus mewarisi tahta Kerajaan Cempala.Ternyata yang kemudian memenangkan sayembara itu adalah Bambang Sucitra.Setelah menjadi raja,Sucitra bergelar Prabu Drupada.

Tokoh Gandawati yang kedua adalah anak Prabu Gandakusuma,raja Cediwiyasa yang kemudian menjadi salah satu istri Arjuna.Dari Dewi Gandawati,Arjuna mempunyai dua anak,laki-laki dan perempuan,yang diberi nama Gandawardaya dan Dewi Gandasasi.Kelak Gandawardaya gugur dalam Baratayuda,sedangkan Dewi Gandasasi menjadi istri Dewakusuma,anak sadewa.

Gandawati yang ketiga adalah Dewi Durgandini,kakak Durgandana,yang kelak menjadi raja Wirata bergelar Prabu Matswapati.Sedang nama lain dari Dewi Durgandini adalah Dewi Lara Amis yang tubuhnya berbau busuk dan anyir.Sesudah penyakitnya itu disembuhkan oleh Begawan Palasara,bau tubuh Dewi Durgandini menjadi wangi,sehingga dalam pewayangan ia disebut juga Gandawati.Kata ganda berarti bau,baik bau harum maupun busuk.Kata Lara adalah sakit,sedangkan amis berarti anyir.Jadi nama Lara Amis,maksudnya adalah wanita yang berpenyakit yang menimbulkan bau anyir.Dewi Gandawati yang ketiga ini juga mempunyai nama lain Dewi Sayojanagandi,yang artinya,wangi tubuhnya bisa tercium sampai satu yojana,kira-kira jarak seribu panjang tombak.Dewi Gandawati ini tadinya kawin dengan Begawan Palasara,kemudian kawin lagi dengan Prabu Sentanu.Dari Palasara ia mendapat anak bernama Abiyasa,sedangkan dari Sentanu,anaknya bernama Citranggada dan Wicitrawirya.

Selasa, 08 Juni 2010


Gandamana



Gandamana dalam pewayangan adalah adik Dewi Gandawati,permaisuri Prabu Drupada,raja Cempalaradya atau Pancala.Ayahnya bernama Prabu Gandabayu.Setelah kakaknya menjadi permaisuri,Gandamana diangkat menjadi patih Cempalaradya.Namun sebelum itu,Gandamana pernah menjadi patih Kerajaan Astina,yakni pada zaman pemerintahan Prabu Pandu Dewanata.

Dalam pewayangan yang memilihkan jodoh bagi Dewi Gandawati,sebenarnya adalah Gandamana.Waktu itu tatkala Dewi Gandawati telah menginjak usia dewasa,atas izin ayahnya Gandamana mengadakan sayembara.Barangsiapa sanggup mengalahkan Gandamana dalam pertandingan adu kesaktian,ialah yang berhak mempersunting Dewi Gandawati,puteri mahkota Cempalaradya.

Diantara banyak para raja dan pangeran yang mencoba memperebutkan Dewi Gandawati,ternyata hanya seorang ksatria muda bernama Bambang Sucitra yang sanggup mengalahkan Gandamana.Karena itulah Sucitra yang kemudian menjadi suami Gandawati,sekaligus menjadi pewaris singgasana Cempalaradya.Di kemudian hari,setelah Prabu Gandabayu wafat,Sucitra naik tahta menjadi raja Cempala dengan gelar Prabu Drupada.

Gandamana adalah tokoh wayang yang selalu berusaha jujur,tidak banyak bicara,berjalan sesuai aturan,peduli pada tata tertib,mudah tersinggung,dan bilamana perlu dapat bertindak di luar batas.Ia pun amat berani,tidak takut pada siapapun,karena menurut ramalan hanya salah seorang dari keluarga Pandawa saja yang dapat mengalahkannya.

Ketika menjadi patih Astina,Gandamana pernah difitnah Harya Suman,adik Dewi Gendari yang menjadi istri Drestarastra.Suatu saat,ketika Gandamana memimpin prajurit Astina menyerbu Kerajaan Pringgandani,ia terjebak pada sebuah lubang yang dalam,yang dalam bahasa Jawa disebut luweng.Harya Suman yang ikut dalam rombongan itu bukan segera bertindak untuk menolongnya,melainkan justru meninggalkannya dan bahkan memerintahkan prajurit Astina pulang.Kepada Prabu Pandu Dewanata,Harya Suman kemudian melaporkan bahwa Gandamana ternyata tidak mampu memimpin tentara,sehingga prajurit Astina kocar-kacir.Harya Suman juga melaporkan bahwa Gandamana telah tewas dalam pertempuran.Karena Prabu Pandu Dewanata mempercayai laporan itu,ia lalu mengangkat Harya Suman sebagai patih,menggantikan Gandamana.(Lakon Gandamana Luweng).

Beberapa waktu kemudian,Gandamana muncul di Keraton Astina.Semua yang hadir kaget,karena tidak menyangka Gandamana masih hidup.Setelah menghaturkan sembah pada Prabu Pandu Dewanata,tanpa bicara ia langsung menyeret Harya Suman keluar dari balairung.Karena merasa dikhianati,tanpa ampun Patih Gandamana menghajar Harya Suman sehingga cacat seumur hidup.Pada saat itu juga Gandamana mengucapkan kutukannya,kelak pada saat Baratayuda,Harya Suman akan mati secara aniaya.Tubuh Harya Suman akan tercabik-cabik,kulitnya akan terkelupas dari seluruh badannya,dan mulutnya yang selalu menyebar fitnah itu kelak akan disobek musuhnya.Sejak tubuhnya cacat itu pula Harya Suman mendapat julukan Sengkuni-yang dalam bahasa Jawa berasal dari kata sangka-uni,sangka berarti berawal,uni berarti kata.Jadi maksudnya,Harya Suman bertubuh cacat karena akibat kata-kata fitnah yang diucapkannya.

Sesudah menghajar tukang fitnah itu,Gandamana menghadap Prabu Pandu Dewanata untuk minta maaf atas kelancangannya menghajar Harya Suman,dan mohon berhenti dari kedudukan sebagai patih Astina.Ia lalu pulang ke Cempalaradya.Prabu Drupada menerima kepulangan Gandamana dengan suka cita dan kemudian mengangkat adik iparnya itu sebagai patih di Cempala.

Tindakan di luar batas juga dilakukan lagi oleh Gandamana setelah ia menjabat patih di Cempala.Suatu ketika seorang kawan lama Prabu Drupada bernama Bambang Kumbayana dianggapnya berlaku tidak sopan.Ketika Prabu Drupada sedang duduk di singgasana dikelilingi para menteri dan hulubalang kerajaan,Bambang Kumbayana datang bertamu.Tanpa mengindahkan sopan-santun adat keraton Bambang Kumbayana langsung saja masuk ke ruangan balairung dan menyapa Prabu Drupada dengan nama kecilnya,yaitu Sucitra.Ia sama sekali tidak menghiraukan keberadaan para petinggi Kerajaan Cempala yang hadir di ruangan itu.Perbuatan Bambang Kumbayana itu dinilai tidak sopan,lancang dan amat menyinggung perasaan Patih Cempala,yang amat menghormati rajanya.Karena itu tanpa berkata apa-apa segera Patih Gandamana langsung menyeret Bambang Kumbayana keluar keraton dan menghajarnya hingga babak belur,cacat seumur hidup.Setelah tubuhnya cacat Bambang Kumbayana untuk selanjutnya lebih dikenal dengan nama Resi Drona.

Meskipun suka bertindak di luar batas,Patih Gandamana amat menyayangi keluarganya.Pada waktu Dewi Drupadi,puteri sulung Prabu Drupada mulai dewasa,Patih Gandamana menginginkan seorang suami yang bisa diandalkan bagi keponakannya itu.Atas izin Prabu Drupada ia lalu mengumumkan sayembara,hanya ksatria yang dapat mengalahkannya boleh menikahi keponakannya itu.Pengumuman itu mendapat sambutan luas dari kerajaan-kerajaan lain.Banyak raja dan pangeran yang ingin mempersunting Dewi Drupadi,mencoba peruntungannya.Sesudah Gandamana mengalahkan sekalian raja dan ksatria yang mengikuti sayembara itu,Bima yang waktu itu menyaru sebagai brahmana muda,muncul di gelanggang.Perkelahian sengit terjadi,dan akhirnya dimenangkan Bima yang berhasil menusukkan kuku Pancanaka ke tubuh Gandamana.

Menjelang kematiannya Patih Gandamana sadar bahwa lawan yang dihadapinya tentu adalah salah seorang keluarga Pandawa.Ia menanyakan hal itu dan dibenarkan oleh Bima.Saat itu juga Gandamana mewariskan dua ilmunya pada Bima.Ilmu pertama adalah Aji Wungkal Bener yang isinya,siapa yang berbuat baik harus dibalas dengan kebaikan,sedangkan yang berbuat jahat harus dibalas dengan kejahatan.Ilmu kedua yang diwariskan pada Bima adalah Bandung Bandawasa,sejenis ilmu kesaktian yang bila merasa yakin benar,kekuatannya akan berlipat ganda.Gandamana adalah tokoh wayang asli ciptaan nenek moyang kita.Dalam Mahabarata tidak ada tokoh yang namaya Gandamana.