Selasa, 13 Juli 2010

Metalurgi Keris

Nikel adalah merupakan salah satu unsur / mineral yang digunakan sebagai bahan pamor. Sedangkan Galena, Pyrite, serta Chalcopyrite merupakan beberapa diantara sebagai bahan baku besi. Dalam proses pewarangan Nikel memunculkan warna kilap metallic agak biru kekuningan, sedangkan Sulfida Besinya (Galena, Pyrite, Chalcopyrite) akan berwarna hitam keabuan. Dalam keadaan setelah diputih (setengah kering) mineral ini akan berbau sulfida kuat.

Slorok adalah besi yang kemudian dikarburasi menjadi baja. Ia digunakan sebagai tulang penguat bilah dan ditempatkan diantara saton (diapit) - Bahan dasar slorok pada umumnya adalah besi biasa. Akan tetapi yang lebih baik lagi jika slorok adalah besi yang diwasuh secara maksimal kemudian dikarburasi.

Ada perbedaan antara slorok tangguh sepuh dengan nom..Pada tangguh sepuh,slorok adalah besi yang diwasuh maksimal,pada tangguh nom slorok adalah besi fabrikasi(buatan pabrik)..Keduanya kemudian dikarburasi/dibajakan..Jenis besi juga berbeda,terutama pada persen kadar Fe-nya dan unsur pengotor..Penempatan slorok tangguh sepuh dengan nom pada umumnya tidak berbeda,kecuali pada tangguh sepuh tertentu..Warna slorok tangguh sepuh dengan nom juga nyaris berbeda,ini sangat tergantung pada jenis serta tingkat kemurnian besi yang digunakan..

Slorok tangguh sepuh tertentu,misalkan tangguh Majapahit malah seakan tidak menggunakan slorok, sebenarnya ada tetapi sangat sedikit dan tertutup dengan satonnya yang diwasuh maksimal( saton Majapahit ini jarang dikarburasi)..Demikian pula untuk era Singasari/era Buddha,saton diwasuh secara maksimal kemudian dikarburasi(hingga terkesan rigid/keras/berat dan jika terkorosi,ia tetap memiliki tekstur sesetan..Besi yang diwasuh secara maksimal sekalipun terkorosi berat ia tetap akan menampilkan kesan nglempung..Sesetan,celong,krowak,kropos dan sebagainya pada tangguh sepuh era Buddha akan menampilkan kesan nglempung,berbeda dengan tangguh nom jika mengalami korosi seperti di atas akan tampak lebih terkesan rusak madas..Ngunthug cacing adalah sebutan umum untuk subtekstur hasil korosi yang berujud kumpulan dot/matriks keropos dengan penampilan nglempung..

Ada slorok yang dipasang menyelimuti satonnya,sehingga saat dilakukan cutting maka bidang cekung,seperti blumbangan,sogokan,kruwingan mengeluarkan pamor sedang bidang yang tidak dicutting penampilannya polos,misal tangguh Singasari..

Dalam pembuatan baja istilah karburasi adalah penyepuhan..Besi dikarburasi dengan cara
pembakaran dengan temperatur tertentu/dipijarkan,dan ditiupkan udara mengandung karbon,biasanya dilakukan dalam tanur atau converter..Temperatur yang diperlukan tidak boleh mendekati titik lelehnya(kurang dari 1000 derajat Celsius)-cukup dalam keadaan pijar membara.

Kalau dulu barangkali masih dengan cara seperti yang dikerjakan para pande perkakas pertanian hingga sekarang, yakni dengan dipijar (dengan ububan) hingga membara kemudian dicelup ke dalam oli/air biasa/air laut. Saat ini jika ingin membuat Tosan Aji bahan baku seperti baja maupun besi sudah tersedia/siap pakai. Tapi konon untuk proses sepuh ini paling baik dengan arang dari kayu jati (arang jati menghasilkan panas yang cukup tinggi dan sebagai sumber Carbon yang baik), bukan dengan metode teknik karburasi. Arang kayu (kode kimia arang adalah C) sebagai sumber Karbon, dengan melihat warna nyala (jika ada muncul warna biru bersih merupakan petunjuk bahwa oksidasi akan dapat dilakukan dengan baik) sehingga proses karbonisasi secara alamiah terjadi, baru kemudian dalam keadaan membara bakalan Tosan Aji tersebut dicelupkan ke dalam suatu cairan.Tentang nilai kekerasan baja pada saat dulu barangkali para mPu mempunyai patokan sendiri-sendiri, berbeda dengan sekarang (baja diberi penomoran berdasarkan tingkat kekerasannya)..Tentang besi yang bersifat magnet, kalau teknologi sekarang dalam keadaan bijih (terlebih dahulu dipreparasi dengan mill) bahan tersebut dipisahkan dari unsur" pengotornya (yang non logam) dengan suatu alat yang disebut Magnetic Separator - seperti yang dilakukan pada pasir besi di pantai Selatan. Jaman dulu mungkin saja mereka tidak melakukannya.

Diwasuh (diolah tempa-lipat)....... Untuk slorok setahu saya mereka tidak mewasuhnya, kecuali kodokan yang nantinya akan di-mixing dengan bahan pamor sehigga menjadi saton. Example : Tosan Aji tangguh nem2an HB/PB - mereka jarang sekali mewasuh sloroknya (mungkin saat itu mereka sudah impor), yang diwasuh hanya saton. Untuk era kamardikan saya juga sudah pernah menemukan Tosan Aji dengan pengerjaan seperti dulu (slorok disepuh, saton diwasuh) tapi tentu nilainya menjadi berbeda..Saya juga pernah menemui tangguh nem2an Surakarta, keris tersebut dikerjakan dengan teknik Singosari (saya nggak bisa bayangkan betapa sulitnya tetapi mereka ternyata juga mampu), barangkali saat ini para mPu enggan untuk mengerjakan dengan teknik rumit seperti itu. Kebanyakan tangguh kamardikan yang saya temui mereka hanya menggunakan saton saja (tanpa slorok).


Biasanya yang namanya mutrani itu setahu saya bentuk rancang bangun (arsitekturnya) tetap mengikuti pedoman kepada yang diputrani, hanya berbeda di bahan yang digunakan (karena beda jaman, beda daerah, biasanya akan berbeda) juga berbeda dalam teknik pengerjaannya.Sebenarnya mutrani itu sama juga dengan istilah meng-kloning....Yang sulit ditiru itu bahan serta teknik pengerjaannya - coba saja buat Tosan Aji mencontoh tekniknya Blambangan itu.... mereka pasti mumet.... karena mereka harus berfikir keras tentang:
1) jenis serta alloy untuk bahan pamor
2) jenis bahan besi yang digunakan serta kadar Fe-nya
3) teknik tempa yang digunakan dengan konvigurasi selang-seling antara pamor induk dengan pamor anak serta satonnya
4) teknik pemasangan saton diatas kodokan yang diwasuh maksimal dan diletakkan secara vertikal-lateral

Yang namanya semua benda di alam ini pasti ada terdapat unsur C- nya, lha kok mengapa tidak bisa diuji? Oksidasi yang dilakukan oleh udara juga memegang peran dalam peletakan unsur C di semua benda, yang dari saat ke saat unsur C tersebut senantiasa bertambah & tersedimentasi .... kemudian terserap masuk ke dalamnya..

Korosi adalah perusakan pada suatu logam sebagai akibat kegiatan zat-zat kimia seperti asam atau oksigen atmosfer. Reduksi adalah pengurangan oksigen dari suatu zat- misal: reduksi tembaga oksida menjadi tembaga. Sedangkan karat adalah lapisan oksida besi yang terbentuk akibat peristiwa korosi..Perbedaannya korosi alami dengan buatan adalah - Korosi alami penyebarannya tidak merata dan tampilan ukuran dot-nya pun tidak sama (efek rusak berbeda), tetapi korosi karena disengaja seperti menggunakan garam NaCl, asam HCl atau kamalan H2S04 sebaran korosinya merata dan tampilan dot-nya relatif sama (efek rusak sama)...Jika sudah dibesut dulu tampilannya permukaan bilah akan tampak sama dengan yang baru tapi struktur dan jenis metalurginya tidak berubah...Ini yang membedakan objek tersebut masih ori atau sudah di rehab-rekon. Tapi kalau memang ori lama untuk apa diproses seperti itu. . .Tanah dan air itu tetap mengandung media untuk membantu proses perusakan - misal: mengandung zat-zat kimia dan oksigen...

Keris Madura Pamekasan (terutama) dimana kerajaannya mulai muncul di era abad 15 akhir dan bahkan sebetulnya eksistensinya di abad 16 serta mulai bangkit semenjak pengaruh Mataram masuk ke wilayah Madura, maka dari perjalanan itu budaya Tosan Aji dikembangkan. Bahkan Pamekasan juga dikenal sebagai benteng pertahanan sisi timur Kraton Sumenep dari serangan Mataram ketika itu. Jadi berbeda dengan wilayah Sumenep yang lebih dahulu berdiri (resminya semenjak Arya Wiraraja dari Kediri menjadi Adipati Sungenep/Sumenep - abad ke 13). Bahkan asumsi saya keris Sumenep harusnya ada dari era Singosari. Sayang artefaknya belum ditemukan.

Dengan demikian untuk menangguh keris Madura Pamekasan, eranya dimulai semenjak abad 17-19. Sedangkan Sumenep eranya semenjak abad ke 13 sampai era Sultan Abdurrahman sampai pada era Ario Prabuwinoto (se era dengan PB IX-X).

Karena itu, menangguh keris Sumenep akan lebih susah seperti halnya menangguh keris Majapahit. Maksud saya langgam, material dan eranya. Varian keris Sumenep jauh lebih banyak, juga mengingat mPu yang ada di sana juga sangat banyak. Mulai dari pengaruh langgam Pajajaran & Majapahit, sampai pengaruh langgam Mataram. Apalagi mengingat masyarakat Madura terkenal Adoptif dalam melihat kebudayaan luar.


Saya rasa setiap penangguhan akan selalu muncul "garan njero" yang artinya keris yasan ndalem dari mPu Kraton, serta "garap njaba" atau garap mPu di luar Kraton.

Istilah di atas ada yang setuju ada yang tidak. Tetapi memang demikian kenyataannya suka atau tidak, ada keris yang bisa dikatakan "garap" (dari aspek totalitas) dan ada juga yang tidak. Para mPu di luar Kraton ada yang membela karena menganggap mereka-mereka ini yang merdeka tidak berada di bawah kooptasi kekuasaan kraton. Bagi saya kembali kepada kerisnya (Pusaka Kanda).

Jadi tidak perlu alergi dengan istilah di atas karena memang pusaka kanda, dimana yasan ndalem atas titah ratu/raja akan digarap secara totalitas oleh seorang mPu yang mumpuni. Dan ingat, jaman dulu, Ratu adalah pengejawantahan Dewa, jadi segala titah akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya tanpa kompromi.


Untuk Panjang bilah 36 ideal untuk keris Pamekasan dan Sumenep Luk dengan langgam seperti itu. Kalau keris lurus, bisa mencapai 37-39, bahkan ada yang 40 lebih. Ini sepertinya langgam standard..Madura itu Top..Mereka adaptif, pengelana, dan atraktif. Keris Madura akan tampak atraktif terutama di pamor & garap. Ini terutama, kalau di besi saya rasa tidak terlalu. Tetapi di Pamor sebagai simbolisasi pemaknaan hidup akan ditunjukkan secara lebih gebyar.

Ini kalau ditarik benang merahnya seperti halnya karya mPu Brajaguna, Brajasetika, Braja Karya dan lain-lain di era Surakarta, mereka akan menonjolkan aspek garap bilah dengan pamor atraktif. Sedangkan garap besi, material yang didapat akan sangat membantu pembuatan besi yang istimewa.

Bagi saya, keris adalah sebuah benda budaya. Hasil karya totalitas aspek materiil & spirituil. Aspek Materiil bisa ditiru/duplikasi, tapi aspek spirituil belum bisa. Selain itu dari dulu, sebuah mahakarya, tentu akan banyak yang berharap bisa memperolehnya, minimal duplikat/putrannya. Putran dalam makna positif tentu sangat kita junjung tinggi untuk diteruskan. Dan sebagai pemilik mahakarya itu tentunya bangga bahwa miliknya dijadikan acuan. Toh ilmu leluhur juga harus diturunkan terus menerus ke anak cucu..

Dan "Pasar" akan sulit kita atur karena punya mekanisme alamiah. Becik ketitik ala ketara. Jika ada yang mutrani untuk kepentingan negatif ya itu akan terbuka sendiri suatu saat. Banyak contohnya. Jadi take it easy aja dengan segala upaya putran memutrani itu,ingat aspek materiil dan spirituil berjalan seiring. Putran tentu tidak akan sama plek.



Sabtu, 12 Juni 2010


Gardapati



Prabu Gardapati adalah raja Puralaya atau Turilaya,sebuah kerajaan kecil yang merupakan taklukan Kerajaan Astina.Dalam Baratayuda,bersama saudaranya,Prabu Gardamuka,ia merancang siasat jitu dengan memecah pasukan Pandawa dan menjebak Bima serta Arjuna.Siasat yang diusulkan itu disetujui Duryudana.

Pada mulanya Gardapati sengaja memanas-manasi Bima dengan menantang dan memperolokkannya.Bima yang bernafsu mengejar Prabu Gardapati mengeluarkan senjata cis sakti,membenamkan tanah di belakangnya,dan seketika itu tanah berubah menjadi kolam lumpur yang dalam.Tanpa menduga adanya jebakan itu,Bima masuk ke dalam kubangan lumpur yang dalam.Arjuna yang melihat abangnya berada dalam bahaya segera menolong,tetapi sebelum ia berhasil menarik Bima,Prabu Garadapati tiba-tiba mendorongnya sehingga ikut pula masuk dalam jebakan itu.

Setelah berhasil menjebak Bima dan Arjuna,Prabu Gardapati segera melapor pada Prabu Anom Duryudana untuk meminta perintah lebih lanjut,apakah kedua ksatria andalan Pandawa itu dibiarkan mati perlahan-lahan terbenam dalam lumpur atau langsung dibunuh.Atas saran Patih Sengkuni,Prabu Anom Duryudana memerintahkan Gardapati untuk memenggal kepala Bima dan Arjuna.Kedua kepala ksatria andalan Pandawa itu rencananya akan dipertontonkan pada keluarga dan prajurit Pandawa untuk melemahkan semangat tempur mereka.Jika itu terjadi,Duryudana yakin bahwa Pandawa yang tinggal tersisa tiga orang itu akan langsung menyerah kalah.Dengan demikian Baratayuda akan dimenangkan pihak Kurawa.

Dengan adanya perintah itu Prabu Gardapati bergegas kembali ke kubangan lumpur.Hatinya dipenuhi rasa puas dan bangga,sehingga kurang waspada.Dengan sepucuk pedang ia akan memenggal kepala Bima,tetapi saat itulah Bima melompat dan menarik tangan Prabu Gardapati yang sedang mengayunkan pedangnya,sehingga ikut pula jatuh ke kubangan lumpur.Sebelum Gardapati sempat menghindar,Bima telah menyambar tubuhnya,membenamkannya ke dalam lumpur dan menggunakan tubuh lawannya sebagai batu loncatan ke atas.Maka selamatlah Bima dan Arjuna,sedangkan Prabu Gardapati tewas terbenam dalam lumpur maut ciptaannya sendiri.

Kamis, 10 Juni 2010


Ganesa



Batara Ganesa terkadang ditulis Ganesya,disebut juga Batara Ganapati,atau Batara Gana,dianggap sebagai Dewa Pendidikan,Sastra,dan Penyebar Ilmu Pengetahuan.Ia adalah anak Batara Guru dari Dewi Umaranti,yang tinggal di kahyangan Glugutinatar.

Batara Ganesa lahir tidak dalam bentuk manusia,melainkan dalam ujud menyerupai gajah,lengkap dengan gading dan belalainya.Hal ini terjadi karena sesaat setelah Batara Guru dan Dewi Uma saling bercumbu kasih,para dewa datang menghadap.Di antara mereka yang datang menghadap adalah Batara Endra yang mengendarai Gajah Airawata.Gajah itu luar biasa besar,sehingga membuat takjub dan kaget Dewi Uma,yang saat itu lagi mengandung.Karena ketakjubannya itu,maka kemudian Dewi Umaranti melahirkan putera yang bentuk dan wajahnya mirip sekali dengan gajah.

Bayi gajah Ganesa ternyata juga memiliki kesaktian luar biasa.Ia dapat mengalahkan raja raksasa Nilarudraka dari kerajaan Glugutinatar,yang datang menyerbu kahyangan.Ketika itu raja raksasa gandarwa itu mengamuk karena lamarannya pada Dewi Gagarmayang ditolak.Setelah dikalahkan,Glugutinatar dijadikan kahyangannya.Dalam pewayangan,pada lakon Batara Brama Krama,Batara Ganesa pernah diruwat oleh Batara Brama sehingga ujudnya menjadi dewa yang tampan,tidak lagi berkepala gajah.Setelah ujudnya berubah,Batara Ganesa dikenal dengan sebutan Batara Mahadewa.Menurut Adiparwa,yaitu bagian pertama dari Mahabarata,Ganesa juga berjasa menjadi juru tulis Empu Wyasa yang mengarang kitab Mahabarata itu.Nama lain Batara Ganesa adalah Ganapati,Lambakarna,Gajanana,Karimuka dan Gajawadana.

Rabu, 09 Juni 2010


Gandawati



Dewi Gandawati adalah nama yang digunakan oleh tiga tokoh dalam pewayangan.Yang pertama,Dewi Gandawati putri Prabu Gandabayu dari permaisurinya yang bernama Dewi Wisri.Setelah dewasa Dewi Gandawati menjadi permaisuri Prabu Drupada,raja Cempalaradya.Perkawinan itu membuahkan anak-anak mereka,yaitu Dewi Drupadi,yang setelah dewasa diperistri oleh Puntadewa.Putrinya yang kedua bernama Dewi Srikandi,menjadi salah seorang istri Arjuna.Sedangkan anaknya yang bungsu,laki-laki,bernama Drestajumena.

Waktu Dewi Gandawati sudah melewati masa remajanya,guna mendapatkan suami yang tangguh,adiknya yang bernama Gandamana mengadakan sayembara.Siapa yang sanggup mengalahkan Gandamana,ia berhak menjadi suami Dewi Gandawati,sekaligus mewarisi tahta Kerajaan Cempala.Ternyata yang kemudian memenangkan sayembara itu adalah Bambang Sucitra.Setelah menjadi raja,Sucitra bergelar Prabu Drupada.

Tokoh Gandawati yang kedua adalah anak Prabu Gandakusuma,raja Cediwiyasa yang kemudian menjadi salah satu istri Arjuna.Dari Dewi Gandawati,Arjuna mempunyai dua anak,laki-laki dan perempuan,yang diberi nama Gandawardaya dan Dewi Gandasasi.Kelak Gandawardaya gugur dalam Baratayuda,sedangkan Dewi Gandasasi menjadi istri Dewakusuma,anak sadewa.

Gandawati yang ketiga adalah Dewi Durgandini,kakak Durgandana,yang kelak menjadi raja Wirata bergelar Prabu Matswapati.Sedang nama lain dari Dewi Durgandini adalah Dewi Lara Amis yang tubuhnya berbau busuk dan anyir.Sesudah penyakitnya itu disembuhkan oleh Begawan Palasara,bau tubuh Dewi Durgandini menjadi wangi,sehingga dalam pewayangan ia disebut juga Gandawati.Kata ganda berarti bau,baik bau harum maupun busuk.Kata Lara adalah sakit,sedangkan amis berarti anyir.Jadi nama Lara Amis,maksudnya adalah wanita yang berpenyakit yang menimbulkan bau anyir.Dewi Gandawati yang ketiga ini juga mempunyai nama lain Dewi Sayojanagandi,yang artinya,wangi tubuhnya bisa tercium sampai satu yojana,kira-kira jarak seribu panjang tombak.Dewi Gandawati ini tadinya kawin dengan Begawan Palasara,kemudian kawin lagi dengan Prabu Sentanu.Dari Palasara ia mendapat anak bernama Abiyasa,sedangkan dari Sentanu,anaknya bernama Citranggada dan Wicitrawirya.

Selasa, 08 Juni 2010


Gandamana



Gandamana dalam pewayangan adalah adik Dewi Gandawati,permaisuri Prabu Drupada,raja Cempalaradya atau Pancala.Ayahnya bernama Prabu Gandabayu.Setelah kakaknya menjadi permaisuri,Gandamana diangkat menjadi patih Cempalaradya.Namun sebelum itu,Gandamana pernah menjadi patih Kerajaan Astina,yakni pada zaman pemerintahan Prabu Pandu Dewanata.

Dalam pewayangan yang memilihkan jodoh bagi Dewi Gandawati,sebenarnya adalah Gandamana.Waktu itu tatkala Dewi Gandawati telah menginjak usia dewasa,atas izin ayahnya Gandamana mengadakan sayembara.Barangsiapa sanggup mengalahkan Gandamana dalam pertandingan adu kesaktian,ialah yang berhak mempersunting Dewi Gandawati,puteri mahkota Cempalaradya.

Diantara banyak para raja dan pangeran yang mencoba memperebutkan Dewi Gandawati,ternyata hanya seorang ksatria muda bernama Bambang Sucitra yang sanggup mengalahkan Gandamana.Karena itulah Sucitra yang kemudian menjadi suami Gandawati,sekaligus menjadi pewaris singgasana Cempalaradya.Di kemudian hari,setelah Prabu Gandabayu wafat,Sucitra naik tahta menjadi raja Cempala dengan gelar Prabu Drupada.

Gandamana adalah tokoh wayang yang selalu berusaha jujur,tidak banyak bicara,berjalan sesuai aturan,peduli pada tata tertib,mudah tersinggung,dan bilamana perlu dapat bertindak di luar batas.Ia pun amat berani,tidak takut pada siapapun,karena menurut ramalan hanya salah seorang dari keluarga Pandawa saja yang dapat mengalahkannya.

Ketika menjadi patih Astina,Gandamana pernah difitnah Harya Suman,adik Dewi Gendari yang menjadi istri Drestarastra.Suatu saat,ketika Gandamana memimpin prajurit Astina menyerbu Kerajaan Pringgandani,ia terjebak pada sebuah lubang yang dalam,yang dalam bahasa Jawa disebut luweng.Harya Suman yang ikut dalam rombongan itu bukan segera bertindak untuk menolongnya,melainkan justru meninggalkannya dan bahkan memerintahkan prajurit Astina pulang.Kepada Prabu Pandu Dewanata,Harya Suman kemudian melaporkan bahwa Gandamana ternyata tidak mampu memimpin tentara,sehingga prajurit Astina kocar-kacir.Harya Suman juga melaporkan bahwa Gandamana telah tewas dalam pertempuran.Karena Prabu Pandu Dewanata mempercayai laporan itu,ia lalu mengangkat Harya Suman sebagai patih,menggantikan Gandamana.(Lakon Gandamana Luweng).

Beberapa waktu kemudian,Gandamana muncul di Keraton Astina.Semua yang hadir kaget,karena tidak menyangka Gandamana masih hidup.Setelah menghaturkan sembah pada Prabu Pandu Dewanata,tanpa bicara ia langsung menyeret Harya Suman keluar dari balairung.Karena merasa dikhianati,tanpa ampun Patih Gandamana menghajar Harya Suman sehingga cacat seumur hidup.Pada saat itu juga Gandamana mengucapkan kutukannya,kelak pada saat Baratayuda,Harya Suman akan mati secara aniaya.Tubuh Harya Suman akan tercabik-cabik,kulitnya akan terkelupas dari seluruh badannya,dan mulutnya yang selalu menyebar fitnah itu kelak akan disobek musuhnya.Sejak tubuhnya cacat itu pula Harya Suman mendapat julukan Sengkuni-yang dalam bahasa Jawa berasal dari kata sangka-uni,sangka berarti berawal,uni berarti kata.Jadi maksudnya,Harya Suman bertubuh cacat karena akibat kata-kata fitnah yang diucapkannya.

Sesudah menghajar tukang fitnah itu,Gandamana menghadap Prabu Pandu Dewanata untuk minta maaf atas kelancangannya menghajar Harya Suman,dan mohon berhenti dari kedudukan sebagai patih Astina.Ia lalu pulang ke Cempalaradya.Prabu Drupada menerima kepulangan Gandamana dengan suka cita dan kemudian mengangkat adik iparnya itu sebagai patih di Cempala.

Tindakan di luar batas juga dilakukan lagi oleh Gandamana setelah ia menjabat patih di Cempala.Suatu ketika seorang kawan lama Prabu Drupada bernama Bambang Kumbayana dianggapnya berlaku tidak sopan.Ketika Prabu Drupada sedang duduk di singgasana dikelilingi para menteri dan hulubalang kerajaan,Bambang Kumbayana datang bertamu.Tanpa mengindahkan sopan-santun adat keraton Bambang Kumbayana langsung saja masuk ke ruangan balairung dan menyapa Prabu Drupada dengan nama kecilnya,yaitu Sucitra.Ia sama sekali tidak menghiraukan keberadaan para petinggi Kerajaan Cempala yang hadir di ruangan itu.Perbuatan Bambang Kumbayana itu dinilai tidak sopan,lancang dan amat menyinggung perasaan Patih Cempala,yang amat menghormati rajanya.Karena itu tanpa berkata apa-apa segera Patih Gandamana langsung menyeret Bambang Kumbayana keluar keraton dan menghajarnya hingga babak belur,cacat seumur hidup.Setelah tubuhnya cacat Bambang Kumbayana untuk selanjutnya lebih dikenal dengan nama Resi Drona.

Meskipun suka bertindak di luar batas,Patih Gandamana amat menyayangi keluarganya.Pada waktu Dewi Drupadi,puteri sulung Prabu Drupada mulai dewasa,Patih Gandamana menginginkan seorang suami yang bisa diandalkan bagi keponakannya itu.Atas izin Prabu Drupada ia lalu mengumumkan sayembara,hanya ksatria yang dapat mengalahkannya boleh menikahi keponakannya itu.Pengumuman itu mendapat sambutan luas dari kerajaan-kerajaan lain.Banyak raja dan pangeran yang ingin mempersunting Dewi Drupadi,mencoba peruntungannya.Sesudah Gandamana mengalahkan sekalian raja dan ksatria yang mengikuti sayembara itu,Bima yang waktu itu menyaru sebagai brahmana muda,muncul di gelanggang.Perkelahian sengit terjadi,dan akhirnya dimenangkan Bima yang berhasil menusukkan kuku Pancanaka ke tubuh Gandamana.

Menjelang kematiannya Patih Gandamana sadar bahwa lawan yang dihadapinya tentu adalah salah seorang keluarga Pandawa.Ia menanyakan hal itu dan dibenarkan oleh Bima.Saat itu juga Gandamana mewariskan dua ilmunya pada Bima.Ilmu pertama adalah Aji Wungkal Bener yang isinya,siapa yang berbuat baik harus dibalas dengan kebaikan,sedangkan yang berbuat jahat harus dibalas dengan kejahatan.Ilmu kedua yang diwariskan pada Bima adalah Bandung Bandawasa,sejenis ilmu kesaktian yang bila merasa yakin benar,kekuatannya akan berlipat ganda.Gandamana adalah tokoh wayang asli ciptaan nenek moyang kita.Dalam Mahabarata tidak ada tokoh yang namaya Gandamana.

Minggu, 30 Mei 2010


Gandabayu



Prabu Gandabayu adalah raja Cempalaradya,ia disebut juga dengan nama Prabu Dupara.Dari permaisurinya yang bernama Dewi Wisri,Prabu Gandabayu mendapat dua orang anak.Yang sulung seorang putri cantik bernama Dewi Gandawati,yang kemudian kawin dengan Bambang Sucitra.Menantunya inilah yang kemudian menggantikannya sebagai raja di Cempala dengan gelar Prabu Drupada.Adik Gandawati bernama Gandamana,seorang ksatria gagah yang mulanya menjadi Patih di Kerajaan Astina kemudian karena hasutan Sengkuni,Gandamana kembali lagi ke Kerajaan Cempala.Prabu Gandabayu mewarisi tahta kerajaan dari ayahnya yaitu Prabu Sengara.Nama-nama Gandabayu,Gandamana dan Prabu Sengara hanya terdapat dalam kisah pewayangan,bukan dari kitab Mahabarata.

Sabtu, 29 Mei 2010


Gagak Baka



Gagak Baka adalah patih Kerajaan Jodipati pada zaman pemerintahan Prabu Dandunwacana.Setelah Bima mengalahkan Dandunwacana,Patih Gagakbaka mengabdi pada Bima,yang tetap memberikan kedudukan patih kepadanya.Kerajaan Jodipati lalu diambil alih Bima dan dijadikan kasatriyannya.Versi menyebutkan,Gagak Baka adalah putera Prabu Garudawinata dari Kerajaan Slagaima atau Gendingpitu.Menurut pedalangan gagrak Jogjakarta,Gagakbaka bersaudara 40 orang.Namun yang terkenal hanyalah Bima Kurda,Tambak Ganggeng,Podang Binorehan,Ganggeng Kanyut,Macan Anglur,dan Kuntul Wilanten.

Dalam lakon Parta Krama,Gagakbaka diutus Bima mencari kera putih sebagai salah satu syarat perkawinan Arjuna dengan Dewi Subadra.Tugas itu dilakukan dengan baik,seekor kera berbulu putih bernama Pracandaseta bersedia membantunya.Pengabdian Patih Gagakbaka pada Bima dan keluarga Pandawa lainnya dilakukan dengan ikhlas.Ia juga ikut beperang di pihak Pandawa dalam Baratayuda sebagai pendamping Bima,dan gugur di hari ke-16.Waktu itu bertugas sebagai pembuka jalan menerobos barisan Kurawa agar Bima dapat mendekati Adipati Karna guna membalas dendam atas kematian Gatotkaca.Gagakbaka akhirnya gugur di tangan Dursasana.