Sabtu, 01 Mei 2010


Dasamuka



Prabu Dasamuka dalam pewayangan dianggap sebagai lambang angkara murka,serakah,tamak,sekaligus lambang sifat ulet dalam mengejar cita-cita.Untuk mengejar keinginannya,selain ulet dan gigih,ia juga sering menghalalkan segala cara.Ia tega mengorbankan siapa pun,bukan hanya orang lain tapi juga keluarganya sendiri.Untuk menggambarkan kerakusan dan ketamakannya,Dasamuka dilukiskan sebagai raksasa bermuka sepuluh.Nama lain Dasamuka yang populer adalah Rahwana.Dasamuka adalah raja Alengka,anak sulung Begawan Wisrawa dengan Dewi Sukesi.Dasamuka naik tahta menggantikan kakeknya,Prabu Sumali.


Pada waktu itu,ketika Dewi Sukesi menginjak dewasa,atas ijin ayahnya,dia mengadakan sayembara barangsiapa dapat menerangkan intisari Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu,akan dijadikan suaminya.Salah seorang pelamarnya adalah Begawan Wisrawa,yang bermaksud meminang Dewi Sukesi untuk putranya,Prabu Wisrawana,raja negeri Lokapala.Namun pada saat Begawan Wisrawa mengajarkan ilmu itu,Batara Guru dan Dewi Uma turun tangan mencegahnya,bagi para dewa penyebaran ilmu Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu di kalangan manusia merupakan larangan.


Untuk menggagalkan pengajaran ilmu itu Batara Guru lalu menyusup ke raga Begawan Wisrawa dan Batari Uma merasuk ke tubuh Dewi Sukesi,akibatnya pada saat mengajarkan ilmu rahasia itu,Begawan Wisrawa tergoda oleh kecantikan Dewi Sukesi.Maka terjadilah skandal cinta antara guru dan murid.Anak yang pertama lahir dari pelampiasan nafsu ini adalah Rahwana.Setelah terjadinya skandal itu,Prabu Sumali terpaksa menikahkan keduanya untuk menutupi rasa malu.Pada mulanya niat menikahkan ini ditentang oleh Jambumangli,saudara sepupu Dewi Sukesi yang diam-diam mencintainya.Namun akhirnya Jambumangli mati terbunuh secara aniaya dalam perkelahian melawan Begawan Wisrawa,dengan tubuh terpotong-potong.Diwaktu berikutnya lahirlah adik-adik Rahwana,masing-masing bernama Kumbakarna,Sarpakenaka dan Gunawan Wibisana.Dari semuanya,hanya Wibisana saja yang dalam pewayangan dilukiskan sebagai ksatria tampan,sedangkan yang lainnya berujud raksasa.


Kesaktian Dasamuka sukar dicari tandingannya.Di masa muda mereka berempat pernah bertapa bersama-sama di Gunung Gohkarna sampai berbulan-bulan.Keempat kakak-beradik itu sepakat tidak akan berhenti bertapa sebelum maksud dan keinginan mereka tercapai.Akibatnya kahyangan menjadi goncang dan para dewa menjadi gelisah.Batara Narada segera turun ke dunia,bertanya pada mereka satu persatu mengenai maksud dan tujuannya bertapa.Dasamuka minta agar diberi kesaktian luar biasa.Ia tidak ingin ada orang atau makhluk apapun di dunia ini yang bisa mengalahkannya.Batara Narada mengabulkan keinginannya,namun diingatkan oleh Batara Narada,segala yang ada di dunia ini akan berakhir,dan pada saatnya nanti Dasamuka akan bisa dikalahkan bukan oleh manusia biasa,melainkan oleh titisan Batara Wisnu.


Kumbakarna minta agar diberi umur amat panjang,sebelum dikabulkan permintaannnya itu,Batara Narada mengingatkan bahwa umur panjang tidak akan ada gunanya jika dalam hidupnya seseorang tidak mempunyai arti,lagi pula pada saatnya nanti bila usia telah tua dan tubuh telah renta,seseorang akan merasa bosan hidup di dunia.Karena peringatan ini,Kumbakarna lalu meralat permohonannya,ia ingin agar selalu makan enak dan bisa tidur nyenyak dan lama.Dengan demikian Kumbakarna merasa akan dapat menikmati hidup ini.Permohonannya dikabulkan.Dewi Sarpakenaka minta agar ia dapat melampiaskan nafsu birahinya sepuas-puasnya.Batara Narada mengabulkan,tetapi diingatkan bahwa seseorang dapat menemui celaka karena nafsu birahinya.Gunawan Wibisana minta agar ia memiliki keberanian untuk menyatakan kebenaran yang hakiki dan berani bersikap memihak kebenaran itu.Permohonan ini pun dikabulkan,namun diingatkan juga bahwa setiap sikap memihak,termasuk memihak kebenaran,memiliki resiko dan selalu membawa pengorbanan.


Selain sakti,Prabu Dasamuka juga memiliki senjata pendek yang ampuh,bernama Kyai Candrasa.Dasamuka juga menguasai ajian Pancasona yang didapat dari gurunya,Resi Subali,seorang kera pertapa dari Sonyapringga.Selain menguasai ajian Pancasona,Dasamuka juga memiliki ilmu yang bisa mendatangkan angin ribut,dan menciptakan api besar.Karena kesaktiannya itu Dasamuka menjadi makhluk yang sewenang-wenang.Perkenalannya dengan Resi Subali bermula ketika suatu saat Dasamuka kehilangan tenaga pada saat ia terbang di atas pertapaan Sonyapringga.Setelah sadar dari pingsan akibat jatuh itu,Dasamuka marah bukan main,segera ia mengamuk memporak-porandakan pertapaan itu.Akibatnya terjadilah perkelahian antara Dasamuka dengan Resi Subali.Pertapa berujud kera ini berkali-kali berhasil dibunuhnya,tetapi berhasil bangkit dan hidup lagi.Dasamuka akhirnya menyerah,dan mau bersujud dan memohon ampun pada Resi Subali.Dasamuka juga menyatakan keinginannya untuk berguru pada Resi Subali.Setelah berhasil menguasai ilmu Pancasona,karena nafsu angkaranya,ia berusaha dengan berbagai cara untuk melenyapkan gurunya itu,Resi Subali.Ia tidak ingin kesaktiannya ditandingi oleh siapapun,termasuk oleh gurunya sendiri.Salah satu caranya ialah mengadu domba Resi Subali dengan adiknya Prabu Sugriwa,Raja Guwakiskenda,sehingga kedua saudara kandung itu menjadi bermusuhan.Resi Subali akhirnya gugur setelah Sugriwa mendapat bantuan dari Sri Rama.


Suatu saat Prabu Dasamuka berjumpa dengan Dewi Widawati,putri Begawan Wersapati.Kecantikan Dewi Widawati membuatnya mabuk kepayang.Segera ia melamar putri cantik itu,tetapi Dewi Widawati menolak lamarannya.Karena Dasamuka memaksanya juga,Dewi Widawati yang sebenarnya adalah titisan Dewi Sri,istri Batara Wisnu,nekad bunuh diri dengan cara membakar diri.Peristiwa ini tidak membuat Dasamuka mundur barang setapak,justru membakar semangatnya.Raja Alengka itu bahkan bersumpah akan tetap berusaha mengawini titisan Dewi Sri berikutnya.Dari Begawan Maryuta,seorang brahmana sakti yang dikalahkannya,Dasamuka mendapat keterangan bahwa Dewi Sri masih akan menitis lagi sebanyak empat kali di dunia ini.Mula-mula ia menitis pada Dewi Citrawati,istri Prabu Arjuna Sasrabahu.Setelah itu menitis kembali pada Dewi Sukasalya,istri Begawan Rawatwaja.Kemudian Dewi Sri memilih Dewi Sinta sebagai tempat titisan berikutnya,dan terakhir menitis pada Wara Subadra,istri Arjuna.


Itulah sebabnya,waktu Prabu Dasamuka mengetahui bahwa Raja Ayodya,Prabu Banaputra mempunyai seorang putri cantik bernama Dewi Sukasalya,buru-bru Rahwana datang melamarnya.Namun terlambat,Dewi Sukasalya telah lebih dahulu dilarikan Begawan Rawatwaja,atas permintaan Prabu Banaputra.Akibatnya Dasamuka marah besar,Prabu Banaputra dibunuhnya,istananya diporakporandakan dan setelah itu ia mengejar Begawan Rawatwaja dan Dewi Sukasalya.Rahwana berhasil menyusulnya,Begawan Rawatwaja berusaha melawan dan melindungi Dewi Sukasalya,tetapi kesaktiannya tidak dapat menandingi Dasamuka.Pertapa itu akhirnya gugur,namun selama perang tanding itu berlangsung,Dewi Sukasalya sempat melarikan diri.Ia minta perlindungan Begawan Dasarata yang kebetulan dijumpainya.Prabu Dasamuka tetap mengejar,dan mengancam Dasarata untuk menyerahkan Dewi Sukasalya,namun Sang Dewi tetap menolak.Datanglah pertolongan dari Batara Guru yang menciptakan putri jadi-jadian dari kembang sanggul Dewi Sukasalya.Putri jadi-jadian yang amat serupa dengan Dewi Sukasalya itulah yang akhirnya dibawa pulang oleh Dasamuka ke Alengka.Ia puas karena menyangka putri jadi-jadian itu benar-benar Dewi Sukasalya.Sesampainya di Alengka,Dasamuka segera merayu Dewi Sukasalya,tetapi yang dirayu hanya diam saja.Karena kemarahannya Dasamuka mengatakan diam saja seperti barang mati,saat itu juga Dewi Sukasalya jadi-jadian itupun benar-benar mati.


Amarah Dasamuka makin menjadi-jadi,dia mempersalahkan para dewa yang dianggapnya sebagai penyebab kekecewaan yang dialaminya.Tanpa pikir panjang dia segera mengumpulkan bala tentaranya untuk menyerang kahyangan Suralaya.Cingkara dan Balaupata,penjaga pintu gerbang kahyangan Sela Matangkep sampai kewalahan menghadapi bala tentara Rahwana.Terpaksa Batara Endra datang menjumpainya,menanyakan apa maksud Dasamuka menyerang kahyangan.Dasamuka menyampaikan protesnya atas kematian Dewi Sukasalya dan menuntut agar Dewi Sri diserahkan kepadanya.Tuntutannya ditolak,akhirnya terjadi pertempuran antara pasukan Dasamuka dengan bala tentara kahyangan yang dinamakan Dorandara,yang dipimpin oleh Batara Citrasena dan Batara Prajapati.Pasukan Dorandara kalah dalam pertempuran itu,selain merusak kahyangan,Dasamuka juga menawan Batara Wiswakrama dan putrinya Dewi Sayempraba.Para dewa akhirnya membuat perjanjian perdamaian dengan Dasamuka,dengan mengganti permintaan untuk mendapatkan Dewi Sri,diberinya dengan tiga orang bidadari yaitu Dewi Tari,Dewi Aswani,dan Dewi Triwati.Dasamuka akhirnya untuk sementara cukup puas dengan pemberian para dewa itu.Dari ketiga bidadari ini,Dasamuka hanya mengambil Dewi Tari sebagai istrinya.Dua bidadari yang lain diberikannya pada Kumbakarna yang mendapatkan Dewi Aswani sebagai istrinya dan Dewi Triwati untuk Gunawan Wibisana.


Sepulang Dasamuka ke negerinya,Alengka,para brahmana segera resah,karena menurut ramalan mereka,dari perkawinannya dengan Dasamuka,Dewi Tari akan melahirkan seorang putri cantik yang kelak setelah dewasa akan diingini Dasamuka sebagai istrinya.Bila hal ini terjadi malapetaka besar akan menimpa seluruh negeri Alengka.Gunawan Wibisana,adik bungsu Dasamuka,menjadi gundah mendengar ramalan itu.Apalagi ketika kemudian Dewi Tari benar-benar melahirkan seorang bayi perempuan.Wibisana bertindak cepat,atas ijin Dewi Tari,ia mengambil bayi itu dan memasukkannya ke dalam kotak kendaga dan dibekali kupat sinta lalu menghanyutkannya di sungai.Untuk mengganti bayi yang dilahirkan,Wibisana lalu memuja dan memohon pada para dewa agar diberi seorang bayi laki-laki dari segumpal awan.Akhirnya permohonan ini dikabulkan,terciptalah seorang bayi laki-laki dari segumpal awan yang diakukan sebagai anak Dasamuka,dan diberi nama Megananda.Sebetulnya Dasamuka mempunyai firasat kalau anak yang dikandung Dewi Tari akan lahir sebagai bayi perempuan.Karena itu tanpa perikemanusiaan,Dasamuka membanting bayi laki-laki yang dikatakan sebagai anaknya itu ke lantai.Namun diluar dugaan,bukannya bayi itu langsung mati,melainkan malah tumbuh menjadi besar.Berkali-kali Dasamuka membantingnya,bayi itu semakin tumbuh menjadi remaja.Akhirnya si bayi justru melawan Dasamuka sampai kewalahan,sehingga terpaksa mengakui sebagai anaknya dan dijadikan sebagai putera mahkota Alengka,dan diberi nama Indrajit.Sementara bayi perempuan yang dihanyutkan ke sungai akhirnya ditemukan dan diangkat anak oleh Prabu Janaka dari Kerajaan Mantili.Bayi itu diberi nama Dewi Sinta.Kelak setelah dewasa,Dewi Sinta diperistri oleh Ramawijaya putera mahkota Kerajaan Ayodya.

Sifat angkara murka Rahwana makin menjadi-jadi,Batara Wiswakrama yang berhasil diculik dari kahyangan,dipaksa membangun istana Alengka.Batara Wiswakrama adalah dewa ahli bangunan di kahyangan,sedangkan putrinya,Dewi Sayempraba diperistri raja Alengka itu.Sewaktu didengarnya Raja Lokapala,yang sebenarnya masih terhitung kakak satu bapak lain ibu,memiliki pusaka sakti bernama Gandik Emas dan Kereta Kencana yang luar biasa bagusnya,Dasamuka menuntut agar Gandik Emas dan Kereta Kencana diserahkan kepadanya.Raja Lokapala,Prabu Wisrawana menolak sehingga Dasamuka merebutnya dengan paksa.Terjadilah perang tanding,yang dimenangkan Dasamuka.Untunglah jiwa Prabu Wisrawana diselamatkan oleh Batara Brama,Raja Lokapala itu diselamatkan ke kahyangan.

Suatu saat Dasamuka mendengar berita pernikahan Dewi Citrawati dengan Prabu Arjuna Sasrabahu,raja Maespati.Karena tahu bahwa Dewi Citrawati adalah titisan Dewi Sri,Dasamuka mengerahkan pasukannya menyerbu Maespati.Sesampainya di tapal batas Kerajaan Maespati,Dasamuka dan pasukannya terhalang oleh banjir besar,karena sungai Gangga meluap.Kala Marica yang diperintahkan menyelidiki sebab musabab banjir mendadak ini melaporkan bahwa di hilir sungai ada raksasa sebesar gunung sedang berbaring melintang sungai sehingga membendung airnya.Dengan murka Dasamuka memerintahkan pasukannya menyerang raksasa itu.Namun sebelum tiba di tempat itu mereka dihadang oleh ksatria bernama Patih Suwanda.Bala tentara Alengka berhasil dibuat porak-poranda tidak sanggup melawan kesaktian Patih Suwanda.Prabu Dasamuka terpaksa turun tangan sendiri dan denga kesaktiannya,Dasamuka dapat membunuh Patih Suwanda.Kematian Patih Suwanda ini menyebabkan Prabu Arjuna Sasrabahu menjadi murka.Terjadilah perang tanding antara Prabu Arjuna Sasrabahu dengan Dasamuka,dengan ajian Pancasonanya Dasamuka tidak dapat terbunuh,namun dengan anak panah sakti Kalamanggaseta,akhirnya Dasamuka dapat ditawan.Ia kemudian dibawa ke Maespati dengan cara diseret di sepanjang jalan dan dipertontonkan pada rakyat Maespati.Menyaksikan penderitaan yang memalukan itu,Resi Pulasta turun dari surga memohonkan ampun sehingga Arjuna Sasrabahu akhirnya membebaskan Dasamuka.

Beberapa tahun kemudian,Dewi Sarpakenaka melaporkan tentang Dewi Sinta yang mengikuti Rama berkelana di hutan Dandaka.Sarpakenaka menceritakan tentang kecantikan Dewi Sinta,mendengar penuturan Sarpakenaka,Dasamuka menjadi penasaran dan teringat akan petunjuk Begawan Maryuta yang menyebutkan bahwa salah seorang titisan Dewi Widawati adalah Dewi Sinta.Karena itu tanpa banyak bicara lagi,Dasamuka segera berangkat ke Hutan Dandaka,ia mengajak Kala Marica untuk membantu usahanya menculik Dewi Sinta.Dengan tipu muslihatnya akhirnya Dasamuka berhasil menculik Dewi Sinta.Jatayu,seekor burung garuda yang mencoba menghalanginya,dibunuh Dasamuka dengan pedang Candrasa.

Di Istana Alengka,Dewi Sinta disekap di Taman Argasoka.Hampir setiap hari,selama hampir dua belas tahun,Sinta dibujuk dan dirayu oleh Dasamuka,tetapi Sang Dewi tetap bertahan.Sinta mengancam akan bunuh diri bilamana Dasamuka itu memaksa menjamah tubuhnya.Keponakannya,yaitu Dewi Trijata,anak Gunawan Wibisana,ditugasi menjaga dan melayani Dewi Sinta,selama berada di Taman Argosaka.Namun karena dianggap Trijata itu memihakDewi Sinta,Dasamuka lalu mengutuk keponakannya itu,kelak akan kawin dengan seorang monyet tua.Kutukan itu benar-benar terjadi,Dewi Trijata kelak akan diperistri oleh Kapi Jembawan.

Penculikan Dewi Sinta ini ditentang oleh dua orang adik Dasamuka yaitu Kumbakarna dan Gunawan Wibisana.Karena dianggap merongrong kewibawaannya,Gunawan Wibisana kemudian diusir dari Alengka.Sedangkan Kumbakarna yang tidak setuju dengan perbuatan kakaknya,segera meninggalkan istana tanpa pamit,dan pulang ke kasatriyannya di Panglebur Gangsa lalu tidur dan tidak mau tahu urusan kakaknya.

Suatu saat setelah mendengar laporan bahwa Ramawijaya mengutus Anoman untuk menjumpai Dewi Sinta,Prabu Dasamuka menugasi salah seorang istrinya,yaitu Dewi Sayempraba untuk menggoda dan menggagalkan usaha Anoman.Tugas ini berhasil dijalankan dengan baik,Anoman menjadi terpikat rayuan Dewi Sayempraba sehingga menunda perjalanannya.Dewi Sayempraba memberinya makanan beracun sehingga Anoman menjadi buta.Namun kemudian Anoman berhasil ditolong oleh seekor garuda sakti bernama Sempati yang menyembuhkan dari kebutaannya dan membantu menerbangkannya ke Alengka.Sesudah Anoman menjumpai Dewi Sinta,ia tertangkap oleh Indrajit,dan dibawa ke hadapan Dasamuka.Dengan penuh geram Raja Alengka itu memerintahkan Anoman untuk dibakar hidup-hidup.Namun kesempatan itu digunakan Anoman untuk membakar dan memporakporandakan Istana Alengka dan setelah itu ia kabur.

Kekesalan Dasamuka terhadap Anoman sebenarnya belum reda manakala seorang kera berbulu merah yang bernama Anggada datang menghadap.Anggada mengaku utusan Rama dan menyampaikan ultimatum agar Dasamuka membebaskan Sinta,kalau tidak,Alengka akan diserang.Walaupun ultimatum itu sempat membuat merah telinganya,Dasamuka segera berpikir cerdik.Dengan ramah disambutnya Anggada,dan dikatakannya bahwa sesungguhnya Anggada adalah keponakannya.Dasamuka mengingatkan bahwa Anggada adalah anak Dewi Tara dari Resi Subali.Padahal Dewi Tara adalah adik Dewi Tari,istri Dasamuka.Selain itu juga diingatkan bahwa yang membunuh Resi Subali adalah Ramawijaya.Dikatakan oleh Rahawana,bahwa Resi Subali mati dibunuh dengan cara yang curang,sewaktu berperang melawan Sugriwa diam-diam Rama melepaskan anak panahnya dan membunuh Subali.Kecerdikan Rahwana ternyata membuahkan hasil,dengan penuh kemarahan Anggada kembali ke Suwelagiri dengan satu tekad akan membalas dendam atas kematian ayahnya,Resi Subali.Untunglah ada Anoman yang berhasil menyadarkannya dengan memberitahu bahwa sesungguhnya Dasamuka lah yang telah menghasut dan mengadu domba Resi Subali dengan Prabu Sugriwa.

Beberapa waktu kemudian Anggada telah muncul kembali ke Istana Alengka sambil memaki-maki Dasamuka dengan penuh kemarahan.Begitu berhadapan dengan Dasamuka,Anggada langsung menyerang dan berhasil menyambar mahkota Dasamuka sehingga lepas dari kepalanya.Bagi Dasamuka ini merupakan penghinaan yang luar biasa.Bersama Indrajit dan beberapa anaknya,Dasamuka berusaha memburu Anggada,tetapi anak Resi Subali itu telah berhasil meloloskan diri kembali ke Suwelagiri tempat Ramawijaya dan anak buahnya bermukim.

Dasamuka tahu bahwa kekuatan balatentara Ramawijaya adalah pada prajurit keranya,ia mencari upaya untuk melumpuhkan kera-kera itu.Ia datang menjumpai Batara Ganesya,yang ditugasi Batara Guru menjaga Kembang Dewaretna yang memiliki tuah dapat menguasai hidup dan matinya para kera.Dengan paksa akhirnya Kembang Dewaretna berhasil direbut Dasamuka.Setelah itu Dasamuka datang ke kahyangan menghadap Batara Guru minta diberi tambahan umur panjang.Karena jika tidak diberi,Dasamuka akan mengancam mengobrak-abrik kahyangan,permintaan itu terpaksa diluluskan Batara Guru.Namun upaya Dasamuka ini akhirnya sia-sia,Kembang Dewaretna berhasil direbut oleh Kapi Pramudya,sedangkan tambahan umur yang sempat diperolehnya juga lepas oleh tipu daya Ramawijaya yang menyamar sebagai orang tua renta.Sewaktu dalam perjalanan pulang dari kahyangan,Dasamuka berjumpa dengan seorang tua renta yang sangat menderita karena panjang usia.Kakek tua itu sudah sangat ingin mati,tetapi ajal belum juga datang menjemput.Melihat keadaan orang tua itu,Dasamuka sadar bahwa tambahan umur tentu akan membuat ia menderita seperti kakek tua itu.Karenanya tambahan umur yang diterima dari Batara Guru,lalu diberikan pada si kakek itu.Ternyata si kakek itu adalah penjelmaan Ramawijaya.

Untuk membebaskan istrinya,akhirnya Ramawijaya terpaksa menyerang Kerajaan Alengka.Dasamuka pun juga memilih jalan perang.Sesudah satu persatu senapati,prajurit andalan,dan anak-anaknya tewas dalam peperangan.Dasamuka terpaksa menyuruh Indrajit membangunkan dan memanggil Kumbakarna yang sedang bertapa tidur.Begitu Kumbakarna masuk ke istana,Dasamuka langsung mendampratnya sebagai adik yang tidak tahu diri.Dasamuka mengungkit-ungkit semua pemberiannya pada Kumbakarna,seperti istri,makanan dan wilayah kekuasaan,tapi di saat perang dimana para prajurit dan senapatinya gugur di medan laga,Kumbakarna malah enak-enakan tidur.Mendengar dampratan itu,tanpa mengucap sepatah katapun,Kumbakarna lalu memuntahkan seluruh makanan yang pernah dimakannya dalam keadaan utuh dan segar.Setelah itu dia berkata bahwa dia akan berperang demi negaranya bukan membela sifat angkara murka kakaknya,Dasamuka.

Kumbakarna,Sarpakenaka,Indrajit dan semua anaknya yang lain akhirnya tewas di medan perang.Maka terpaksalah Dasamuka maju ke medan perang berhadapan langsung dengan Ramawijaya.Dengan panah sakti Guhywawijaya atau sering disebut Guwawijaya berkali-kali Dasamuka ditewaskan tetapi Raja Alengka itu segera hidup kembali berkat ajian Pancasona.Akhirnya Anoman mendapatkan akal,suata saat ketika Dasamuka terkena panah Guwawijaya,segera ditindihnya tubuh Dasamuka dengan sebuah gunung.

Selain Indrajit,dari istri-istrinya yang lain Prabu Dasamuka mempunyai banyak anak,diantaranya yang terkenal adalah Dewantaka,Trikaya,Trisirah,Trinetra,dan Bukbis atau Pratalamaryam atau Topengwaja.Dasamuka juga mempunyai banyak nama alias diantaranya adalah Dasasasana,Dasawaktra,Dasawadana,Dasasasya,keempatnya berarti sepuluh mulut.Dasagriwa,Dasasirsa,dan Rahwana.Cerita mengenai asal-usul Rahwana dalam pewayangan berbeda jauh dari yang diceritakan dalam Kitab Ramayana.Menurut Ramayana,Dasamuka bukan anak Begawan Wisrawa melainkan putera Batara Pulastya,ibu Dasamuka juga bukan Dewi Sukesi melainkan Dewi Puspakata.Batara Pulastya mempunyai anak bernama Wisrawana,tetapi ternyata si anak malah lebih akrab dengan kakeknya,yakni Batara Prajapati,daripada dengan ayahnya.Karena hal inilah,untuk menyenangkan ayahnya,Wisrawana lalu mencarikan tiga orang wanita untuk diperistri ayahnya.Ketiga wanita itu adalah Dewi Puspakata,Dewi Raka,dan Dewi Malini.Dari Dewi Puspakata kemudian melahirkan Dasamuka dan Kumbakarna,dari Dewi Raka melahirkan Kara dan Sarpakenaka,sedangkan dari Dewi Malini melahirkan Wibisana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar