Rabu, 28 April 2010


Batara Darma



Batara Darma dikenal sebagai dewa yang bertugas menjaga tegaknya keadilan dan kebenaran dalam dunia pewayangan.Dewa inilah yang sebenarnya ayah biologis Puntadewa,atas izin Prabu Pandu Dewanata,istrinya yang bernama Dewi Kunti menerapkan ajian Adityarhedaya untuk mengundang para dewa.Dewa yang pertama dipanggil adalah Batara Darma ini.

Suatu ketika,dalam melaksanakan tugas menjaga keadilan Batara Darma pernah bertindak kurang bijaksana,sehingga ia dikutuk oleh Resi Animandaya.Pertapa sakti itu merasa diperlakukan tidak adil,dan ketika kemudian ia menuntut keadilan,Batara Darma tidak sanggup memberikan jawaban yang memuaskan.Karena adanya kutukan ini Batara Darma harus menjalani kehidupan sebagai manusia pincang yang dilahirkan dari wanita berdarah sudra,akhirnya Batara Darma menitis pada Yama Widura,anak bungsu Abiyasa,yang lahir dari seorang dayang bernama Drati.

Batara Darma pernah melindungi Dewi Drupadi,ketika istri Puntadewa itu hendak ditelanjangi oleh Dursasana.Waktu itu setelah Pandawa ditipu dan kalah main judi dengan para Kurawa,Dewi Drupadi dianggap sebagai barang taruhan yang dimenangkan oleh Kurawa.Di hadapan banyak orang,Dursasana mencoba melepas kain yang dikenakan Dewi Drupadi,namun selalu gagal.Setiap kali kain yang dikenakan dilepaskan dari tubuh Drupadi,saat itu pula secara gaib tubuh Drupadi terlapisi oleh kain yang lain,berkat pertolongan Batara Darma.

Setelah itu,menjelang berakhirnya masa pembuangan Pandawa di hutan Kamiyaka,Batara Darma datang menguji rasa keadilan Puntadewa,anaknya.Dewa itu menyaru sebagai raja gandarwa dan membunuh adik-adik Puntadewa satu persatu.Ia lalu mengajukan berbagai pertanyaan ujian pada Puntadewa yang ternyata dijawab dengan sangat memuaskan.Ketika Puntadewa disuruh memilih mana diantara adik-adiknya yang akan dihidupkan kembali,Puntadewa pun menjawab dengan pertimbangan keadilan yang matang.Karena jawaban Puntadewa yang memuaskan ini,raja gandarwa lalu berubah ujud menjadi Batara Darma,dan keempat adik Puntadewa dihidupkan kembali.

Menjelang kematian Pandawa,Batara Darma juga menjelma menjadi anjing peliharaan Puntadewa.Anjing itu terus mengikuti perjalanan Pandawa dalam perjalanan kelana menjemput kematian dan mengantar Puntadewa sampai ke pintu sorga.Namun ketika Puntadewa hendak masuk ke sorga,oleh penjaga gerbang sorga anjing itu dilarang masuk.Karena penolakan itu Puntadewa lalu protes,Puntadewa enggan masuk ke dalam sorga yang tidak menghargai sebuah kesetiaan.Pada saat itulah si anjing berubah ujud menjadi Batara Darma.Menurut kitab Mahabarata,Batara Darma adalah putra Sang Hyang Atri,cucu Batara Brama.

Dewi Darini



Dewi Darini adalah istri Resi Suwandageni dari pertapaan Ardisekar,yang masih termasuk wilayah Kerajaan Maespati.Dari perkawinan ini mereka mempunyai dua orang anak,yakni Bambang Sumantri dan Sukasrana.

Dewi Darini sebenarnya tergolong wanita yang tidak suka hidup di pertapaan yang sepi di pinggir hutan.Ia merasa kesepian tinggal di pertapaan itu.Beberapa tahun setelah kelahiran anaknya yang pertama,ketidaksenangannya ini diungkapkan manakala ia sedang melayani suaminya di tempat tidur.Dewi Darini sempat berkata hanya golongan raksasa saja yang mau tinggal di tempat sepi di pinggir hutan.Untunglah suaminya tidak tersinggung,dijelaskannya bahwa sebagai seorang pertapa memang sudah seharusnya tinggal di tempat yang jauh dari keramaian dunia,tempat seperti itu biasanya berada di pinggir hutan.Walaupun Resi Suwandageni memaafkan perkataan istrinya,tapi para dewa memberinya hukuman kelak anak yang akan dilahirkannya akan berujud seperti raksasa.Itulah sebabnya Sukasrana yang kemudian lahir sebagai anak bungsu,tidak lahir sebagai anak tampan seperti kakaknya,melainkan berujud raksasa kerdil.

Tetapi ada sebagian versi yang mengatakan,Sukasrana bukan lahir seperti bayi normal.Sebenarnya ia adalah ari-ari Bambang Sumantri yang dicipta menjadi bayi oleh Begawan Suwandageni.Itulah sebabnya Sukasrana tidak mau berpisah dengan kakaknya,karena badan alusnya merupakan satu kesatuan dengan badan alus Bambang Sumantri.

Dandun Wacana



Dandun Wacana pada awalnya adalah raja jin dari Jodipati,dalam wilayah Hutan Wanamarta.Sesudah dikalahkan Bima,yakni tatkala para Pandawa membangun Kerajaan Amarta,Dandun Wacana menjadi salah satu nama lain dari Bima,dan Jodipati menjadi kasatriyannya.

Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa,terutama gagrak Surakarta dan Yogyakarta,Dandun Wacana ditampilkan dalam bentuk amat serupa dengan penampilan Bima.Bedanya,pada gelung Dandun Wacana memakai hiasan gruda mungkur,sedangkan Bima tidak.Selain itu Bima mengenakan kain Poleng Bang Bintulu,sedangkan kain kampuh yang dikenakan Dandun Wacana kain biasa.

Dandang Minangsi


Dandang Minangsi semula adalah anak Prabu Darmawasesa dari Kerajaan Gendingpitu atau Slagaima,setelah dikalahkan Bima dalam lakon Wahyu Purbalaras,Dandang Minangsi menjadi anak buah Bima dan tetap menjadi senapati Kasatriyan Jodipati.

Selasa, 27 April 2010


Danaraja



Prabu Danaraja atau juga disebut Prabu Danapati adalah raja Lokapala,sebelum naik tahta dia bernama Wisrawana.Ia adalah putera Prabu Lokawarna dengan permaisurinya yang bernama Dewi Lokawati.Di hari tuanya,setelah tahta kerajaan diserahkan pada Prabu Danaraja,Prabu Lokawarna menjadi pertapa di Pertapaan Girijembangan.Sebagai pertapa mantan raja Lokapala itu menggunakan nama kecilnya,Wisrawa.Sehingga kemudian Prabu Lokawarna dikenal dengan sebutan Resi Wisrawa.

Kelahiran Wisrawana pada waktu itu dihadiri oleh Batara Brama,ketika menyaksikan bayi itu,Batara Brama tertegun melihat kemiripan wajah Sang Bayi dengan ayahnya,yang benar-benar sulit dibedakan,maka kemudian bayi itu diberi nama Wisrawana,dan kelak sampai ia dewasa wajahnya akan amat serupa dengan ayahnya.Kata-kata Batara Brama ini terbukti,kelak di usia tuanya,Resi Wisrawa masih tetap tampan dan gagah serupa sekali dengan anaknya.Mereka berdua seolah-olah kakak-beradik.

Prabu Danaraja pernah berperang tanding melawan ayahnya,ketika ia merasa dikhianati.Peristiwa ini terjadi setelah Prabu Danaraja minta tolong kepada ayahnya,Begawan Wisrawa,untuk melamarkan Dewi Sukesi,puteri Raja Alengka.Waktu itu Dewi Sukesi mengadakan sayembara,barang siapa dapat menjelaskan isi dan intisari Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu akan diterima sebagai suaminya.Demi kepentingan anaknya,Begawan Wisrawa berangkat ke Kerajaan Alengka mengikuti sayembara itu.Namun yang kemudian terjadi benar-benar di luar rencana.Begawan Wisrawa justru jatuh cinta pada Dewi Sukesi,sehingga akhirnya mereka kawin.

Tatkala berita pernikahan Begawan Wisrawa dengan Dewi Sukesi itu sampai ke telinga Prabu Danaraja,raja Lokapala itu marah dan sakit hati.Segera ia memimpin tentaranya menyerbu Kerajaan Alengka untuk menghukum ayahnya.Perang tanding antara ayah dan anak ini berlangsung berhari-hari mengakibatkan kahyangan gonjang-ganjing.Akhirnya dapat dilerai oleh Batara Narada,dan dijelaskan oleh Batara Narada,bahwa memang sudah menjadi suratan takdir,Dewi Sukesi adalah jodoh Begawan Wisrawa.Prabu Danaraja kemudian mau mengalah,sebagai imbalannya para dewa memberinya kedudukan sederajat dengan dewa,dengan gelar Batara Danaraja atau Batara Kuwera.Batara Brama memberinya kedudukan sebagai penguasa loka(alam) kebendaan atau kekayaan.

Puluhan tahun kemudian,ketika Rahwana telah menjadi raja Alengka,Kerajaan Lokapala yang terkenal kaya-raya itu diserbu.Prabu Dasamuka yang berhasil masuk ke keraton Lokapala menuntut penyerahan mahkota kerajaan,Pusaka Gandik Mas dan kereta kencana Jatisura.Prabu Danaraja langsung menolak permintaan itu,sehingga mereka pun berperang tanding.Walaupun sebenarnya kalah,Prabu Danaraja bisa selamat karena di tengah perang itu ia dilarikan oleh Batara Narada dan diungsikan ke kahyangan.Sejak itu Danaraja alias Wisrawana alias Batara Kuwera menetap di kahyangan Wukir Kaliasa,dengan kedudukan sederajat dengan para dewa.Pada penyerbuan itu pusaka Gandik Mas berhasil dirampas oleh Dasamuka.Batara Kuwera mendapat tugas sebagai dewa penguasa kekayaan dan sebagai penjaga Kembang Dewaretna,namun sayangnya kelak Kembang Dewaretna ini berhasil dirampas oleh Prabu Dasamuka.

Senin, 26 April 2010


Damagosa



Prabu Damagosa adalah Raja Cedi,ia menikah dengan puteri sulung Prabu Basukunti,yang bernama Dewi Sruta.Dari perkawinan ini Prabu Damagosa mendapat seorang anak yang diberi nama Sisupala,yang kelak menggantikan kedudukannya sebagai raja Cedi.

Tetapi anak itu ternyata lahir dalam keadaan cacat.Matanya ada tiga,dengan mata tambahan terletak di dahinya.Sedangkan kedua kakinya lemas bagaikan tubuh ular.Karena merasa prihatin melihat keadaan bayinya,Prabu Damagosa mengajak istrinya masuk ke sanggar pamujan untuk meminta penjelasan pada para dewa mengenai musibah yang dialami keluarganya.Maka terdengarlah suara tanpa ujud yang mengatakan bahwa keadaan bayi seperti itu dapat pulih menjadi bayi normal bilamana dipangku oleh seorang titisan Batara Wisnu.

Pada upacara selapanan,Prabu Damagosa mengadakan upacara syukuran secara besar-besaran dengan mengundang seluruh keluarga besarnya dan para raja tetangga.Prabu Damagosa berharap agar diantara yang hadir sebagai tamunya itu ternyata ada yang titisan Batara Wisnu.Secara berurutan,bayi Sisupala dipangku oleh para tamu,dengan harapan satu diantara mereka akan dapat menyembuhkan cacat si bayi.Sisupala ternyata dapat sembuh dari cacat yang dideritanya setelah dipangku oleh Narayana(Kresna),sepupu Sisupala.

Minggu, 25 April 2010


Dadungawuk



Dadungawuk adalah penggembala Kebodanu,sejumlah 40 ekor,Kebo Pancal Panggung yang kakinya belang putih itu milik Batara Guru.Sedangkan penanggung jawab pemeliharaannya diserahkan kepada Batara Gana.Dadungawuk adalah anak buah Batara Gana atau Batara Ganesha.Pada Wayang Kulit Purwa,Dadungawuk dilukiskan dalam bentuk raksasa yang sedang memegang cambuk.Namun ada juga yang menggambarkan Dadungawuk bertubuh slewah,dimana bagian kiri tubuhnya berwarna putih,sedang bagian kanannya berwarna hitam,maka Dadungawuk juga disebut Sang Hyang Slewah.

Sewaktu Arjuna melamar Dewi Subadra,Prabu Baladewa mencoba mempersulit dengan cara meminta berbagai mahar yang sulit diperoleh.Antara lain,Baladewa meminta disediakan 40 ekor Kebodanu.Gatotkaca yang oleh Prabu Puntadewa ditugasi mencarinya,minta ijin Dadungawuk untuk meminjam hewan peliharaanya.Namun Dadungawuk menolak meminjamkannya.Baru setelah Gatotkaca mengalahkannya,penggembala itu memberi petunjuk agar Gatotkaca meminta ijin dulu pada Batara Guru.Akhirnya setelah Batara Guru memberi ijin,Dadungawuk justru membantu menggiring kerbau-kerbau itu ke Kerajaan Dwarawati.

Sabtu, 24 April 2010


Citrawati



Dewi Citrawati adalah istri kedua Prabu Arjuna Sasrabahu dari negeri Maespati.Dewi Citrawati adalah kakak Prabu Citragada dari kerajaan Magada.Yang melamar Dewi Citrawati adalah utusan Prabu Arjuna Sasrabahu,bernama Patih Suwanda alias Bambang Sumantri.Sebelum membawa Dewi Citrawati ke Maespati,terlebih dahulu Patih Suwanda harus berperang melawan Prabu Darmawasesa dari Kerajaan Widarba dengan pasukan raksasanya.

Raja yang terkenal sakti itu sebenarnya telah lebih dahulu melamar Dewi Citrawati,tetapi Sang Dewi tidak menyukainya.Namun untuk terang-terangan menolak lamarannya,Prabu Citragada tidak berani.Setelah Patih Suwanda berhasil membunuh Prabu Darmawasesa,ia harus menyediakan syarat perkawinan lainnya,yaitu mencarikan Putri Domas atau Maru Domas,yakni 800 orang gadis yang bersedia menjadi madu Dewi Citrawati.

Setelah syarat itu dapat dipenuhi,Patih Suwanda kemudian memboyong Dewi Citrawati ke Maespati.Namun Patih Suwanda menjadi berubah pikiran setelah memasuki perbatasan Kerajaan Maespati,dia tidak meneruskan perjalanannya melainkan malah menantang rajanya,Prabu Arjuna Sasrabahu agar bersedia bertanding dengannya sebelum menyerahkan Dewi Citrawati.Karena tantangan ini Prabu Arjuna Sasrabahu menjadi marah,lalu triwikrama,tubuhnya berubah menjadi makhluk yang besar sekali yang disebut brahala.Melihat hal itu Patih Suwanda menjadi ketakutan dan segera mengaku kalah,maka Patih Suwanda pun akhirnya dipecat.

Sementara itu,setelah menjadi permaisuri Kerajaan Maespati,Dewi Citrawati membujuk suaminya,agar mau memindahkan Taman Sriwedari untuknya,dipindah secara utuh dari Kahyangan Untarasegara ke Kerajaan Maespati.Permintaan ini cukup memusingkan Prabu Arjuna Sasrabahu.Oleh Raja Maespati,tugas pemindahan Taman Sriwedari itu diberikan kepada Patih Suwanda alias Bambang Sumantri.Semula Patih Suwanda tidak sanggup,tapi untunglah ia bertemu adiknya,Sukrasrana.Adiknya inilah yang akhirnya membantu memindahkan Taman Sriwedari ke Maespati dalam keadaan utuh.

Dewi Citrawati yang dalam pewayangan diceritakan sebagai titisan Dewi Sri,ternyata banyak permintaannya.Dia karakter wanita yang selalu ingin memanfaatkan kekuasaan suaminya untuk kesenangannya sendiri.Sesudah pemindahan Taman Sriwedari berhasil,ia minta pada suaminya agar membendung Sungai Gangga untuk dia bisa berenang-renang bersama dayang-dayangnya.Guna menyenangkan istrinya,Prabu Arjuna Sasrabahu lalu melakukan triwikrama sehingga tubuhnya berubah wujud menjadi raksasa yang amat besar.Ia tidur melintang di sungai,sehingga tubuh besarnya berfungsi sebagai bendungan.Pembendungan sungai inilah yang akhirnya menyebabkan perang antara pasukan Alengka dengan Maespati.Waktu itu Prabu Dasamuka sedang memimpin tentaranya berkemah di tepi sungai itu.Akibat pembendungan yang dilakukan Prabu Arjuna Sasrabahu itu air Sungai Gangga meluap,menggenangi perkemahan bala tentara Alengka.Hal ini membuat marah Dasamuka.Bersama pasukan raksasanya,Dasamuka menyerang tempat Dewi Citrawati berenang.Bambang Sumantri alias Patih Suwanda mencoba menghalang-halangi serbuan tentara Alengka dan amukan Dasamuka,tetapi gagal,malah Patih Suwanda gugur di tangan Prabu Dasamuka.

Jumat, 23 April 2010


Citrarata



Prabu Citrarata sesungguhnya adalah Batara Citrarata ketika ia turun ke dunia sebagai manusia,dan menjadi raja di Martikawata.Raja tampan inilah yang membuat Dewi Renuka,istri Maharesi Jamadagni,mabuk kepayang sehingga ia melupakan suami dan lima anaknya.Tanpa mempedulikan lagi harkat dan martabat dirinya selaku wanita,Dewi Renuka menyerahkan tubuhnya pada Prabu Citrarata.Karena berbuat serong dengan Prabu Citrarata,Dewi Renuka dihukum mati oleh suaminya.Yang menjadi algojo pelaksana hukuman mati itu adalah Rama Bargawa,anak bungsunya sendiri.

Prabu Citrarata akhirnya mati di tangan Rama Bargawa,yang sengaja datang ke Kerajaan Martikawata untuk membalas dendam.Citrarata dipersalahkan telah menyalahgunakan kedudukan dan ketampanannya,sehingga mendatangkan musibah yang menimpa keluarga Rama Bargawa.Namun dalam kitab Mahabarata,keduanya tidak pernah berbuat serong,tetapi terkena fitnah diisukan serong.

Kamis, 22 April 2010


Citranggada



Prabu Citranggada atau Citrasoma adalah raja Astina.Ia putera Prabu Sentanu dan Dewi Durgandini.Adiknya yang seibu dan seayah bernama Wicitrawirya atau Citrawirya.Citranggada mempunyai kakak lain ibu,bernama Dewabrata yang sebenarnya lebih berhak menjadi raja Astina,karena ia putera sulung Prabu Sentanu.Namun karena Prabu Sentanu terlanjur berjanji pada Dewi Durgandini bahwa anak dari Dewi Durgandini lah yang akan mewarisi tahtanya,Dewabrata bersedia mengalah.Ia ikhlas adik tirinya yang naik tahta.

Citranggada naik tahta pada usia muda,menggantikan Prabu Sentanu yang meninggal dunia.Sebagai raja Astina,sebenarnya Prabu Citranggada tidak banyak berperan dalam pemerintahan.Dewabrata lah yang membantunya memerintah dan memperluas wilayah kerajaan Astina.Bahkan waktu Prabu Citranggada akan kawin,Dewabrata lah yang mencarikan jodohnya.Citranggada kawin dengan Dewi Ambika dan Ambalika,puteri Kerajaan Giyantipura yang dalam kitab Mahabarata disebut Kasi.

Prabu Citranggada meninggal dalam usia muda,ia gugur waktu Kerajaan Astina diserbu oleh bala tentara raksasa pimpinan raja raksasa sakti yang kebetulan namanya sama,Prabu Citranggada juga.Walaupun akhirnya raja raksasa itu mati di tangan Dewabrata,tetapi jiwa Prabu Citranggada tidak tertolong.Yang kemudian menjadi raja berikutnya adalah Wicitrawirya,bukan Dewabrata.Ketika Citranggada meninggal,ia belum sempat mempunyai putera.Dua orang jandanya kemudian menjadi istri Prabu Wicitrawirya.

Rabu, 21 April 2010


Citralangeni



Dewi Citralangeni adalah istri pertama Prabu Arjuna Sasrabahu,raja Maespati.Dia adalah putri Prabu Citrawirya,raja Tunjungpura.Semula Dewi Citralangeni dilamar oleh Prabu Dasamuka,raja Alengka.Sebenarnya lamarannya itu ditolak tetapi tidak berani secara terang-terangan.Agar Dasamuka tidak tersinggung,Citralangeni minta mahar seribu kepala pendeta.Penolakan secara halus ini tidak dipahami oleh Dasamuka,karena itu Dasamuka lalu memerintahkan Yaksamuka untuk membunuh dan memenggal kepala seribu pendeta untuk dijadikan mahar perkawinan.

Usaha Yaksamuka gagal sejak awal,karena waktu ia hendak membunuh Begawan Jumanten,dihalang-halangi oleh putera Begawan Jumanten,yang bernama Bambang Kartanadi.Yaksamuka kalah dan lari,dan ia terus dikejar oleh Bambang Kartanadi.Suatu saat Yaksamuka dapat terkejar dan membantingnya hingga luka parah.Dengan penuh kemarahan,Yaksamuka yang sudah tidak berdaya itu dilempar dan dibuang jauh-jauh dan jatuh tepat di hadapan Arjuna Sasrabahu yang sedang bertapa di Pertapaan Ringin Putih.Karena merasa kasihan,Arjuna Sasrabahu menolong dan menyembuhkan Yaksamuka,sehingga raksasa itu merasa berhutang budi dan kemudian mengabdi kepada Arjuna Sasrabahu.

Sesaat kemudian datanglah Bambang Kartanadi yang masih belum puas menghajar Yaksamuka,tetapi kali ini ia dihalang-halangi oleh Arjuna Sasrabahu.Terjadilah peperangan antara Bambang Kartanadi dengan Arjuna Sasrabahu.Karena kalah,Bambang Kartanadi akhirnya juga mengabdi pada Arjuna Sasrabahu.Namun walaupun sama-sama mengabdi pada orang yang sama,kebencian Bambang Kartanadi terhadap Yaksamuka tidak hilang sama sekali.

Arjuna Sasrabahu kemudian mengemukakan niatnya untuk mencari putri cantik yang pantas menjadi istrinya.Yaksamuka mengusulkan agar Arjuna Sasrabahu memilih Dewi Citralangeni dari Kerajaan Tunjungpura,sedangkan Bambang Kartanadi mengusulkan Dewi Srinadi,adiknya sendiri.Waktu Arjuna Sasrabahu sedang menimbang-nimbang mana diantara keduanya yang akan dipilih,dengan kesaktiannya Yaksamuka segera membawa Arjuna Sasrabahu ke Tunjungpura.Ternyata waktu keduanya sampai di Tunjungpura,Bambang Kartanadi telah duluan tiba bersama Dewi Srinadi.Diikuti oleh Yaksamuka dan Bambang Kartanadi,Arjuna Sasrabahu lalu melamar Dewi Citralangeni.Lamaran itu diterima,dan akhirnya mereka menikah.

Waktu pesta pernikahan berlangsung,Bambang Kartanadi yang tetap dendam dengan Yaksamuka,memotong daun telinga raksasa itu,dan menyuruhnya pulang ke Alengka.Sesampainya di Alengka,segera ia melaporkan apa yang dialaminya pada Prabu Dasamuka.Namun laporan itu malah membuat Dasamuka marah,karena dianggap gagal dalam menjalankan tugas,Yaksamuka langsung dibunuhnya.Kegagalan Prabu Dasamuka memperistri Dewi Citralangeni membuatnya dendam pada Arjuna Sasrabahu.Sementara itu setelah upacara perkawinan di istana,Arjuna Sasrabahu juga memperistri Dewi Srinadi,untuk dijadikan istri kedua.

Selasa, 20 April 2010


Citraksi



Citraksi adalah anak Prabu Drestrarastra dengan ibu Dewi Gendari,dengan demikian dia termasuk salah satu dari 100 orang Kurawa.Seperti saudaranya yang bernama Citraksa,ia pun gagap kalau berbicara.Pada perang Baratayuda,Citraksi juga tewas karena amukan Arjuna.Walaupun hanya membawakan peran kecil,Citraksa dan Citraksi sering dimunculkan pada berbagai lakon Wayang Purwa,karena keduanya dianggap mewakili karakter sebagian besar Kurawa yang selalu tergesa-gesa tanpa berpikir panjang.

Senin, 19 April 2010


Citraksa



Citraksa adalah salah seorang dari keluarga Kurawa yang berjumlah 100 orang.Ayahnya adalah Prabu Drestrarastra dan ibunya adalah Dewi Gendari.Ia sering tampil dalam pergelaran wayang tetapi tidak pernah menang dalam perang atau perkelahian.Kalau berbicara nadanya ngotot tetapi tersendat-sendat dan gagap.Dalam perang Baratayuda,Citraksa mati dibunuh Arjuna,waktu Arjuna mengamuk setelah putera kesayangannya,Abimanyu gugur dibunuh Jayadrata.

Minggu, 18 April 2010


Dewi Citrahoyi



Dewi Citrahoyi adalah putri Prabu Citradarma dari Kerajaan Magada.Ia adalah cucu keponakan Dewi Citrawati,istri Prabu Arjuna Sasrabahu.Wajah,bentuk,dan tingkah laku Dewi Citrahoyi mirip sekali dengan Dewi Banowati.Itulah sebabnya Arjuna ingin sekali mempersuntingnya.Arjuna sangat mencintai Banowati,tetapi kemudian ia patah hati karena Banowati dibunuh oleh Aswatama.

Namun kenyataannya Dewi Citrahoyi juga telah bersuami.Ia adalah istri Prabu Arjunapati,raja kerajaan Sriwedari,yang merupakan daerah taklukan kerajaan Dwarawati.Waktu Prabu Kresna mengetahui bahwa Arjuna jatuh cinta pada Dewi Citrahoyi,ia mendesak Prabu Arjunapati agar menyerahkan isrinya pada Arjuna.Prabu Arjunapati menolak walaupun ia sebenarnya sangat segan dengan Prabu Kresna.

Karena tidak dapat menahan rasa rindunya,secara sembunyi-sembunyi Arjuna menemui Dewi Citrahoyi,dan Sang Dewi tidak mampu menolak godaan dan rayuan Arjuna.Terjadilah perselingkuhan itu.Waktu Prabu Arjunapati mengetahui hubungan gelap istrinya dengan Arjuna,ia sangat marah.Terjadilah perang tanding antara Arjunapati dengan Arjuna.Prabu Arjunapati berhasil membunuh Arjuna,tetapi dengan Kembang Wijayakusuma Arjuna berhasil dihidupkan kembali oleh Prabu Kresna.Akhirnya Arjunapati kalah oleh Patih Udawa,maka terlaksanakanlah keinginan Arjuna memperistri Dewi Citrahoyi walaupun dengan cara yang tidak benar.Peristiwa ini terjadi setelah Perang Baratayuda.

Sabtu, 17 April 2010


Citragada



Prabu Citragada adalah raja Magada atau Giribraja,mempunyai kakak perempuan yang cantik,bernama Dewi Citrawati.Ayah mereka adalah Prabu Citradarma,sedangkan ibunya bernama Dewi Sundri.

Waktu usia Citragada menjelang dewasa,ayahnya meninggal sehingga ia terpaksa naik tahta menggantikan ayahnya.Raja yang sebenarnya masih terlalu remaja itu,kemudian direpotkan oleh banyaknya raja atau pangeran dari berbagai negara yang datang melamar Dewi Citrawati.Namun semua lamaran itu ditolak,kecuali satu,yakni lamaran Prabu Darmawasesa.Soalnya Prabu Citragada tidak berani menolak lamaran itu secara terang-terangan,sebab Prabu Darmawasesa dari kerajaan Widarba terkenal amat sakti,ganas,kuat bala tentaranya.

Pada saat itu datanglah Patih Suwanda dari kerajaan Maespati menyampaikan lamaran Prabu Arjuna Sasrabahu.Lamaran itu ternyata diterima,tetapi sebelumnya Patih Suwanda harus menghadapi Prabu Darmawasesa.Perang pun terjadi,Prabu Darmawasesa tewas,dan akhirnya Patih Suwanda membawa Dewi Citrawati ke Kerajaan Maespati.

Jumat, 16 April 2010


Cingkara



Cingkara atau kadang-kadang disebut Cingkarabala adalah saudara kembar Balaupata.Mereka berdua adalah putera Begawan Bremani.Kakaknya yang sulung bernama Manumayasa.Berbeda dengan kakaknya yang lahir sebagai manusia biasa,Cingkara dan Balaupata berujud raksasa.Oleh Batara Guru,Cingkara dan Balaupata ditugasi untuk menjaga Selamatangkep,yaitu gerbang yang menuju ke kahyangan Suralaya.Mengenai siapa orang tua Cingkara dan Balaupata ada versi lain yang menyebutkan bahwa mereka bukan anak Bremani,melainkan anak Maharesi Gopatama,saudara kandung lembu Andini.

Kamis, 15 April 2010


Bambang Caranggana



Bambang Caranggana adalah salah seorang putera Arjuna,ibunya bernama Endang Maeswara,sedangkan kakeknya bernama Begawan Maruata.Sejak kecil ia tinggal menemani ibu dan kakeknya di pertapaan Gambir Melati,bukan mengikuti ayahnya di Kasatriyan Madukara.Walaupun sebenarnya ia bukan seorang yang sakti,tetapi kejujuran dan kebersihan hatinya membuat Bambang Caranggana sering disusupi Sang Hyang Wenang.Dan bila sudah demikian,tidak seorang pun dapat mengalahkannya.

Dalam berbagai lakon,Bambang Caranggana dalam keadaan disusupi Sang Hyang Wenang,selalu dapat mengalahkan Batara Guru.Ini terjadi bilamana Batara Guru berbuat kesalahan dan menyeleweng dari tugasnya.Misalnya ketika Batara Guru mencoba merayu Dewi Dursilawati,salah seorang Kurawa.Dalam lakon ini Bambang Caranggana mengalahkan Batara Guru.

Rabu, 14 April 2010


Batara Candra



Batara Candra adalah salah seorang putera Batara Ismaya dengan ibunya bernama Dewi Kanastren,sedangkan istrinya berjumlah 27 orang.Mereka itu kakak beradik putera Sang Hyang Daksa.Dalam pewayangan dikatakan Batara Candra adalah dewa yang bertugas mengatur dan memelihara rembulan serta sinarnya.Batara Candra termasuk yang disebut-sebut dalam Hastabrata sebagai dewa yang harus diteladani sifat-sifatnya oleh raja yang bijaksana dan selalu bersikap menyenangkan orang banyak.

Dalam sebuah kisah diceritakan ada seorang raja siluman gandarwa bernama Prabu Kala Rahu alias Rembuculung yang hendak mencuri Tirta Amerta.Kala Rahu bersembunyi di kegelapan malam,tetapi Batara Candra memergokinya dan melaporkan tempat persembunyiaan itu pada Batara Guru.Pemuka Dewa itu lalu mengutus Batara Wisnu menangkap Kala Rahu.Namun ketika hendak ditangkap,raja siluman itu melawan.Dengan senjata cakra,Batara Wisnu memotong kepala Kala Rahu.Tubuhnya jatuh terhempas ke bumi menjelma menjadi lesung penumbuk padi.Sementara itu kepalanya melayang-layang di angkasa menanti kesempatan membalas untuk menghukum Batara Candra.Itulah yang menimbulkan legenda gerhana rembulan,yang menyebabkan di masyarakat pedesaan di Jawa Tengah,Jawa Timur dan Bali,orang memukul-mukul lesung bila terjadi gerhana bulan,yang dipercaya untuk menghalau Kala Rahu.

Selasa, 13 April 2010


Batara Cakra



Batara Cakra atau Cakradewa adalah putera Sang Hyang Manikmaya atau Batara Guru dengan Batari Parwati.Batara Cakra berkedudukan di Kahyangan Ujung Semeru.Ia menjalankan tugas sebagai pujangga kahyangan,sedangkan Batara Ganesya atau Batara Gana bertugas menjaga Panti Pustaka Kahyangan.

Oleh karena itu Batara Cakra dan Batara Gana sama-sama mempunyai tugas membina kesusastraan,sehingga Batara Gana sebagai lambang dewa kebijaksanaan bidang pendidikan,Batara Cakra sebagai lambang dewa kapujanggan.Karya Batara Cakra yang terkenal adalah Serat Pustaka Jamus Kalimasada dan Jitapsara.Jamus Kalimasada dianugerahkan kepada Puntadewa,Jitapsara dianugerahkan kepada Begawan Palasara.

Senin, 12 April 2010


Cakil



Cakil adalah tokoh raksasa yang bentuk penampilannya mudah dikenali,yaitu rahang bawahnya menonjol panjang ke depan dengan satu gigi bawah mencuat panjang ke atas.Matanya selalu mengeriyip,agak memincing,badannya berukuran sedang tidak besar seperti raksasa pada umumnya.Warna suaranya khas seperti suara orang tercekik,nadanya tinggi,berbeda dengan suara raksasa pada umumnya yang bernada rendah dan lantang.Hampir di setiap lakon ia muncul sebagai pimpinan pasukan raksasa yang menjaga tapal batas kerajaan tertentu.Cakil adalah satu-satunya raksasa yang bersenjatakan keris,bukan satu tetapi dua,kadang-kadang tiga,tetapi selalu mati tertusuk kerisnya sendiri.

Perang antara Cakil dengan tokoh ksatria disebut perang kembang atau perang begal,hampir muncul pada setiap lakon wayang.Pada adegan inilah biasanya dalang memperlihatkan kemahiran sabetannya,yaitu ketrampilan menggerakkan peraga wayang.Gerakan sabetan pada tokoh Cakil ini dipengaruhi gerakan jurus-jurus pencak silat.Adegan perang kembang ini mengandung nilai ajaran moral,bahwa seseorang yang ingin meraih pengharapan atau cita-cita akan selalu menemui banyak rintangan.Seorang ksatria harus bisa menaklukkan empat nafsu pribadinya yaitu,nafsu amarah,aluamah,sufiah dan mutmainah yang diwakili oleh keempat buta prepat ini,Keempat Buta Prepat ini adalah Buta Cakil,Buta Terong,Buta Endog(Galiuk),dan Buta Rambut Geni.

Tokoh Cakil hanya terdapat dalam pewayangan dan tidak ada dalam kitab Mahabarata.Tokoh raksasa yang kedua tangannya dapat digerakkan ini(karena pada umumnya tokoh raksasa hanya dapat digerakkan tangan depannya saja,kecuali tokoh raksasa tertentu),diciptakan pada zaman Mataram yaitu pada zaman Sultan Seda Krapyak,sultan kedua Mataram,tepatnya pada tahun 1630 atau 1552 Saka,ditandai dengan candra sengkala yang berbunyi Tangan Yaksa Satataning Janma.

Karena Cakil selalu mati tertusuk kerisnya sendiri,dalam masyarakat Jawa ini digambarkan sebagai contoh perilaku yang buruk.Jika seseorang sering kena musibah akibat ulahnya sendiri,maka orang itu dikatakan tingkahnya seperti Buta Cakil.

Minggu, 11 April 2010


Buto Terong



Buto Terong merupakan sebutan umum bagi salah satu raksasa prepat(berempat) yang sekali muncul dalam salah satu adegan wayang langsung mati terbunuh.Buto Terong biasanya muncul berempat bersama Buto Rambut Geni,Buto Endog,dan Buto Cakil dalam perang kembang,dan mereka berempat selalu mati.Peraga wayang Buto Terong dapat dikenali dengan melihat hidungnya yang besar,menggantung bagaikan terong.Perutnya buncit dan tubuhnya tunduk,condong ke depan.

Sabtu, 10 April 2010


Burisrawa



Burisrawa adalah anak keempat Prabu Salyapati,raja Mandaraka.Ibunya adalah Dewi Setyawati alias Pujawati.Tidak seperti saudaranya yang lain,wajah dan penampilan Burisrawa buruk dan menakutkan.Keadaan Burisrawa yang demikian ini akibat hukuman dari para dewa bagi Prabu Salya yang di masa mudanya telah membunuh Begawan Bagaspati,mertuanya sendiri.Waktu itu Prabu Salya yang di kala mudanya memakai nama Narasoma,merasa malu mempunyai mertua berujud raksasa buruk dan menyeramkan.

Kakak sulung Burisrawa bernama Dewi Erawati yang diperistri Prabu Baladewa,raja Mandura.Yang nomor dua,Dewi Surtikanti yang diperistri oleh Adipati Karna.Yang nomor tiga,Dewi Banowati yang menjadi istri Prabu Anom Duryudana,raja Astina.Sedangkan adiknya yang bungsu bernama Rukmarata yang tampan dan gagah.

Sejak masih remaja,Burisrawa jatuh cinta dengan Wara Subadra,adik Baladewa.Burisrawa mengenal Subadra ketika masih gadis remaja dan masih dipanggil dengan sebutan Lara Ireng,pada saat perkawinan Dewi Erawati dengan Baladewa.Waktu itu Burisrawa mencoba merayu Lara Ireng namun dihalang-halangi oleh Setyaki sehingga terjadi perkelahian.Baladewa dan Kresna berusaha melerai mereka,dan menjanjikan kelak sesudah dewasa Burisrawa akan dinikahkan dengan Lara Ireng.

Ternyata beberapa tahun kemudian Lara Ireng alias Subadra dinkahkan dengan Arjuna,karena ksatria inilah yang sanggup memenuhi persyaratan mahar perkawinan.Burisrawa walaupun telah dibantu para Kurawa tidak sanggup memenuhi persyaratan mahar yang diminta.Dalam upacara perkawinan Burisrawa yang dibantu para Kurawa berusaha membuat onar.Namun dapat dikalahkan oleh para Pandawa,sedangkan Burisrawa untuk kedua kalinya mengadu kesaktian dengan Setyaki,dan untukkedua kalinya Baladewa dan Kresna melerai mereka.

Setelah bertahun-tahun menderita karena patah hati,Burisrawa lalu pergi meninggalkan tempat tinggalnya,di Kasatrian Cindekembang,ke hutan Krendawahana.Dia memohon bantuan Batari Durga,agar ia dapat melampiaskan hasrat cintanya pada Wara Subadra,walaupun hanya semalam saja.Dengan bantuan Batari Durga,akhirnya ia berhasil menyusup ke Kasatrian Madukara,tempat tinggal Arjuna.Kebetulan ketika itu,Arjuna sedang berburu ke hutan Minangsraya.

Di Madukara,Burisrawa mencoba merayu Subadra,tetapi tidak ditanggapinya.Karena sudah tidak tahan lagi memendam hasratnya,Burisrawa mencoba memperkosa Subadra,tetapi Subadra lebih baik mati daripada ternoda.Setelah Subadra mati,Burisrawa kebingungan dan mencoba melarikan diri.Namun ia segera ditangkap Antareja,anak Bima.Dengan bantuan Antareja pula,Dewi Subadra berhasil dihidupkan kembali.Walaupun demikian,Burisrawa tidak jadi dihukum mati,jiwanya diselamatkan oleh kakaknya,Dewi Banowati yang merayu dan membujuk Arjuna agar Burisrawa dibebaskan.

Menjelang Baratayuda,Kresna datang ke Astina selaku duta para Pandawa,untuk menuntut kembali kekuasaan atas separoh Kerajaan Astina dan seluruh Amarta.Perundingan ini gagal,bahkan Kresna dikeroyok para Kurawa.Burisrawa yang hadir di tempat itu hendak mengeroyok juga,tetapi dihalang-halangi oleh Setyaki.Terjadilah perkelahian untuk yang ketiga kalinya,namun dapat dilerai kembali oleh Kresna.Perkelahian yang tidak tuntas ini menyebabkan berkobarnya api dendam diantara mereka.Mereka sama-sama bersumpah hendak saling membunuh pada perang Baratayuda kelak.

Meskipun berujud setengah raksasa,Burisrawa tergolong sakti.Dalam Baratayuda ia banyak membunuh para prajurit Pandawa,termasuk sepuluh orang anak Setyaki.Sesuai dengan sumpah mereka,keduanya sengaja bertemu di medan laga.Perang tanding itu berlangsung seru dan seimbang.Setelah beberapa lama berperang,Setyaki kewalahan dan dapat diringkus Burisrawa.Tubuh Setyaki yang terkapar ditindihnya,tangan Burisrawa telah siap dengan candrasa untuk menebas kepala Setyaki.Dengan bantuan Arjuna,tangan Burisrawa yang terangkat ke atas yang menggengam candrasa itu berhasil ditebas dengan panah Arjuna.Tangan Burisrawa menjadi buntung,karena kebingungannya Burisrawa menjadi tidak waspada.Tiba-tiba saja Setyaki segera meraih buntungan tangan Burisrawa yang masih menggengam candrasa itu untuk ditebaskan ke leher Burisrawa.Maka tewaslah Burisrawa,anak Prabu Salya dengan candrasa pusakanya sendiri.

Jumat, 09 April 2010


Bumiloka



Prabu Bumiloka adalah raja Manimantaka,yang menggantikan kedudukan ayahnya,Prabu Niwatakawaca,yang mati dibunuh Arjuna.Walaupun Prabu Bumiloka berujud raksasa seperti ayahnya,ia mempunyai adik perempuan yang cantik yang bernama Dewi Mustakaweni.Sedangkan patihnya bernama Bumisangara,yang juga adiknya.

Suatu ketika Prabu Bumiloka berniat membalas dendam pada Arjuna dan para Pandawa lainnya.Prabu Bumiloka lalu memerintahkan Dewi Mustakaweni untuk mencuri Jamus Kalimasada,pusaka milik Prabu Puntadewa.Menurut jalan pikirannya,jika Pandawa kehilangan Jamus Kalimasada,tentu mereka akan kehilangan semangat dan percaya diri,sehingga akan mudah dikalahkan.Dengan demikian usaha pembalasan dendam dapat berjalan lancar.Tetapi ternyata usaha ini gagal,dan bahkan Dewi Mustakaweni akhirnya terpikat serta diperistri oleh Bambang Priyambada,salah seorang anak Arjuna.Dengan kemarahan yang meluap-luap Prabu Bumiloka membawa bala tentaranya menyerbu Kerajaan Amarta.Serbuan ini pun gagal,Prabu Bumiloka dan patihnya,Bumisangara akhirnya tewas.

Kamis, 08 April 2010


Bukbis



Bukbis adalah salah seorang anak Dasamuka,raja Alengka.Ibunya bernama Dewi Urangrayung.Bukbis mempunyai empat nama lain yaitu,Kuntalamaryam,Pratalamaryam,Topengwaja,dan Bukasapta.Dalam pewayangan ia digambarkan sebagai seorang raksasa berkepala kepiting.Bukbis mati dalam perang sewaktu Ramawijaya dan bala tentara keranya menyerbu Alengka untuk membebaskan Dewi Sinta yang diculik Dasamuka.Ia mati justru dibunuh oleh Trigangga,saudara kandungnya yang berujud kera,yaitu saudara satu ibu lain bapak.Peristiwa ini terjadi ketika Bukbis dan Trigangga,atas perintah Prabu Dasamuka berhasil menculik Ramawijaya dan Laksamana dari Pasanggrahan Suwelagiri,di dekat perbatasan Kerajaan Alengka.Dengan kesaktiannya,Bukbis menyirep semua makhluk di Suwelagiri,sehingga mereka semua tertidur pulas.Dalam keadaan tak sadar,Rama dan Laksmana dibawa Bukbis dan Trigangga ke Kandabumi dan dimasukkan ke dalam kerangkeng baja.

Anoman berusaha membebaskan Rama dan Laksmana tapi dihadang oleh Trigangga,sehingga terjadi perkelahian yang seru.Ketika keduanya sedang mengadu kesaktian,datanglah Batara Narada yang segera melerai dan memberitahukan bahwa mereka berdua sesungguhnya adalah ayah dan anak.Trigangga adalah anak Anoman dari salah seorang istrinya,yaitu Dewi Urangrayung.Waktu itu Batara Narada juga menyadarkan Trigangga bahwa sesungguhnya ia telah ditipu dan diperalat oleh Dasamuka.Setelah mendapat penjelasan itu,Trigangga langsung bergegas ke Kandabumi untuk membebaskan Rama dan Laksmana.Bukbis yang mencoba menghalanginya,berhasil dibunuhnya.Setelah itu Rama dan Laksmana dibawa ke Suwelagiri dan diserahkan kepada ayahnya,Anoman.

Namun agak berbeda dengan versi pedalangan gagrak Yogyakarta,menurut versi ini Bukbis tidak dibunuh oleh Trigangga tapi dibunuh oleh Anoman.Pada waktu Trigangga berusaha membebaskan Rama dan Laksmana di Kandabumi,Anoman mengikutinya dari belakang.Usaha Trigangga dihalangi oleh Bukbis sehingga terjadi perkelahian.Trigangga tidak mampu menghadapi Bukbis yang mengenakan pusaka Topeng Waja.Dari lobang mata pada Topeng Waja itu keluar sinar maut yang menghanguskan apa saja yang dipandangnya.Atas nasihat Gunawan Wibisana,yang juga mengikuti mereka,Anoman segera bertindak membantu anaknya.Ia mengambil cermin besar dan dengan cermin itu ia membalikkan sinar maut itu memantul ke tubuh Bukbis sehingga hangus terbakar.

Rabu, 07 April 2010


Bremani



Bambang Bremani adalah salah seorang putera Batara Brama.Ia adik Prabu Bremana.Sejak kecil Bremani mempunyai watak pendeta dan luhur budinya.Dialah yang membangun pertapaan Sapta Arga di Gunung Rahtawu.Mula-mula Bremani mempunyai istri bernama Dewi Sri Unon,puteri Batara Wisnu.Setelah istrinya melahirkan anak yang diberi nama Bambang Parikenan,kakaknya Bremani yang bernama Prabu Bremana menginginkan agar istri Bremani itu menjadi permaisurinya.Dewi Sri Unon tidak mau,namun suaminya,Bambang Bremani malah menganjurkan agar Dewi Sri Unon bersedia menuruti keinginan kakaknya,Prabu Bremana.

Dalam pewayangan,putera Bambang Bremani yang bernama Bambang Parikenan kelak menurunkan keluarga besar Pandawa dan Kurawa.Adapun silsilahnya,Bambang Bremani menurunkan Bambang Parikenan,kemudian menurunkan Resi Manumayasa,menurunkan Bambang Sekutrem,menurunkan Bambang Sakri,menurunkan Begawan Palasara,menurunkan Begawan Abiyasa yang bercucu para Pandawa dan Kurawa.

Selasa, 06 April 2010


Bremana



Prabu Bremana adalah putera Batara Brama yang menurunkan raja-raja di Alengka.Ibunya bernama Dewi Sarasati.Bramana pernah menjadi raja di Gilingwesi.Istrinya bernama Dewi Sri Unon,puteri Batara Wisnu.Sebelumnya Dewi Sri Unon adalah istri Bambang Bremani,adik Prabu Bremana.Sebelum diambil permaisuri oleh Prabu Bremana,Dewi Sri Unon sudah mempunyai anak dengan Bambang Bremani yang bernama Bambang Parikenan.Dari perkawinannya dengan Prabu Bremana,Dewi Sri Unon melahirkan seorang putri cantik,yang dewasanya kemudian diperistri oleh Prabu Banjaranjali,raja Alengka.

Senin, 05 April 2010


Brantalaras



Brantalaras adalah anak Arjuna dengan Dewi Larasati.Ia mempunyai kakak kandung yaitu Bambang Sumitra.Seperti kebanyakan putera Pandawa lainnya,Brantalaras gugur dalam Baratayuda.Waktu itu di hari ketigabelas Baratayuda,Brantalaras mendampingi Bambang Sumitra menghadapi Begawan Drona.Namun akhirnya mereka gugur terkena panah Drona.Peristiwa kematian Brantalaras dan Bambang Sumitra ini membuat Abimanyu marah besar,lalu menerjang ke depan untuk memburu Drona.Namun Abimanyu kurang waspada sehingga terjebak perangkap Kurawa.

Brantalaras kawin dengan Dewi Karnawati,putri Adipati Karna.Tadinya yang berminat meminang Dewi Karnawati ada dua orang,yaitu Lesmana Mandrakumara,putera mahkota Astina dan Brantalaras.Dewi Karnawati lalu mengajukan syarat.Putri Adipati Karna ini menginginkan bilamana kelak menikah ia ingin agar rambut sinomnya(rambut di dahi) dikerik dengan kuku Pancanaka.Lesmana Mandrakumara ternyata lebih dulu datang menghadap Bima yang memiliki kuku Pancanaka.Bima langsung menyanggupi permintaan putera Duryudana itu.Brantalaras yang datang terlambat,tidak berhasil mendapatkan kesanggupan Bima,sehingga ia sangat bingung.Untunglah Wisanggeni,saudara tirinya sanggup membantu.Wisanggeni lalu dengan kesaktiannya mengubah wujud Petruk menjelma menjadi Bima.Selanjutnya Brantalaras dan Bima palsu langsung bergegas menuju ke Awangga untuk menjumpai Dewi Karnawati.Dengan terpenuhinya syarat itu Brantalaras akhirnya kawin dengan Dewi Karnawati.Tak lama kemudian Lesmana Mandrakumara datang dengan Bima yang asli.Maka terjadilah pertengkaran antara Brantalaras dengan Lesmana Mandrakumara,Bima yang asli dengan yang palsu.Pada perang tanding itu Bima yang palsu berubah wujud menjadi Petruk.Namun Dewi Karnawati tetap menjadi istri Brantalaras karena telah menikah lebih dulu secara resmi.

Minggu, 04 April 2010


Batara Brama



Batara Brama adalah putera kedua Batara Guru.Ia tinggal di Kahyangan Duksinageni.Kahyangan ini disebut juga Hargadahana atau Argadahana.Istrinya ada tiga orang,yakni Dewi Saci atau Dewi Wasi,Dewi Rarasati,dan Dewi Saraswati.Diantara banyak anaknya,yang paling terkenal adalah Dewi Dresanala yang diperistri Arjuna.Perkawinan ini menghasilkan seorang cucu bagi Batara Brama,yakni Bambang Wisanggeni.

Batara Brama pernah melakukan tindakan yang tidak bijaksana dengan menceraikan Dewi Dresanala dari Arjuna.Dresanala kemudian diberikan kepada Dewasrani,meskipun dia sedang hamil tua.Tindakan Batara Brama ini akibat bujukan dan hasutan Batari Durga.Namun akhirnya Batara Brama menyadari kesalahannya.

Menjelang Baratayuda,Batara Brama mendapat tugas berat dari Batara Guru.Karena para dewa menilai tidak ada satu makhluk pun di dunia yang sanggup menandingi kesaktian Wisanggeni,Batara ditugasi untuk membunuh Wisanggeni.Brama lalu memanggil Wisanggeni dan menanyakan apakah Wisanggeni bersedia berkorban bagi kemenangan Pandawa di Baratayuda.Wisanggeni menyatakan sanggup.Batara Brama lalu menyuruh cucunya memandang salah satu titik diantara mata Batara Brama.Seketika itu juga tubuh Wisanggeni mengecil sampai menjadi debu.Dalam Mahabarata,tokoh Wisanggeni tidak ada.

Batara Brama tergolong dewa yang murah hati tapi terkadang bertindak kurang bijaksana.Suatu ketika,Batara Brama melihat kedua kakak beradik,Hiranyakasipu dan Hiranyawreka yang tekun bertapa selama berbulan-bulan.Ketika Batara Brama bertanya apa tujuan mereka bertapa.Mereka menjawab ingin memiliki kesaktian yang terkalahkan oleh makhluk apapun,termasuk para dewa.Dengan murah hati,tanpa berpikir panjang,Batara Brama mengabulkan permintaan itu.

Bertahun-tahun kemudian,setelah Hiranyakasipu menjadi raja Alengka dan Hiranyawreka menjadi raja Giyantipura,keduanya bersekutu melawan para dewa.Tentu saja para dewa menjadi kewalahan karena kesaktian kedua kakak beradik itu tidak tertandingi oleh makhluk apapun.Untunglah Batara Wisnu menemukan akal yang cerdik,ia mengubah wujudnya menjadi makhluk baru,yakni berbadan dewa tapi berkepala singa dan menamakan dirinya Narasinga.Dengan bentuk seperti itu,Batara Wisnu dapat mengalahkan dan membunuh kedua raksasa sakti itu.

Sabtu, 03 April 2010


Brajamusti



Brajamusti adalah salah seorang paman Gatotkaca,karena ia adalah adik Dewi Arimbi.Ia anak keempat Prabu Trembaka,raja Pringgandani,yang mati terbunuh ketika berperang melawan Prabu Pandu Dewanata.Abangnya yang sulung,Prabu Arimba,juga mati dibunuh Bima.Kakaknya yang nomor dua,Dewi Arimbi,menjadi istri Bima,dan sekaligus mewarisi tahta Kerajaan Pringgandani.Kakaknya yang nomor tiga,Brajadenta,ternyata kemudian memberontak ketika Dewi Arimbi mewariskan singgasana pada Gatotkaca.

Brajamusti tidak menyetujui pemberontakan yang dilakukan Brajadenta itu.Ia menentangnya,sehingga keduanya terlibat dalam peperangan,dan mati sampyuh.Keduanya tewas bersama-sama.Namun sebelum tewas,Brajamusti sempat menyadarkan abangnya bahwa perbuatannya itu keliru.Karena itu arwah kedua raksasa itu lalu menyusup masuk ke tubuh Gatotkaca.Brajadenta menempati telapak tangan kanan,sedangkan Brajamusti menyusup ke telapak tangan kiri.Dengan penyusupan ini,membuat kesaktian Gatotkaca menjadi bertambah.

Jumat, 02 April 2010


Brajalamatan



Brajalamatan adalah adik Brajamusti.Seperti saudaranya yang lain,mereka berujud raksasa.Setelah Brajadenta dan Brajamusti mati sampyuh,tewas besama-sama,Brajalamatan bersama adiknya,Prabakesah diangkat Gatotkaca sebagai senapati Kerajaan Pringgandani.

Brajalamatan berumur panjang.Pada peristiwa pemberontakan Brajadenta,ia bersikap netral.Ia hidup sampai Baratayuda selesai,dan sempat mengasuh anak-anak Gatotkaca,dan mendidik mereka dengan ilmu keprajuritan.Berkat asuhan Brajalamatan,anak-anak Gatotkaca sebagian besar menjadi senapati Kerajaan Astina pada masa pemerintahan Prabu Parikesit.

Kamis, 01 April 2010

WAYANG


Brajadenta


Brajadenta berujud raksasa,adik Dewi Arimbi,jadi termasuk paman Gatotkaca.Ayahnya bernama Prabu Trembaka,raja Pringgandani,yang tewas ketika berperang melawan Pandu Dewanata.Abangnya yang sulung,Prabu Arimba,yang mencoba membalas dendam atas kematian ayahnya malah tewas di tangan Bima.Itulah yang menjadi sebab Brajadenta dendam pada keponakannya sendiri,Gatotkaca.Ia menganggap Gatotkaca tidak berhak menduduki tahta Pringgandani.

Brajadenta beranggapan Gatotkaca adalah anak pembunuh abangnya,dan cucu pembunuh ayahnya.Dengan tujuan merebut kekuasaan,Brajadenta kemudian memberontak.Dalam usaha mencapai maksudnya Brajadenta mendapat dukungan dari Batari Durga dan para Kurawa.Namun justru ia dihalang-halangi oleh adik-adiknya,yaitu Brajamusti,Brajalamatan,Prabakesa,dan Kalabendana.Namun Brajadenta tetap pada niatnya.Untuk menggagalkan pemberontakan ini,dengan berat hati Brajamusti terpaksa berhadapan sebagai musuh dengan kakaknya.Dalam perang tanding ini tidak ada yang muncul sebagai pemenang,karena keduanya sama-sama tewas.

Namun sebelum sampai ajalnya,Brajamusti masih sempat menginsyafkan kekeliruan kakaknya.Itulah sebabnya setelah mereka mati,arwah kakak-beradik itu sepakat untuk merasuk ke tubuh keponakannya.Arwah Brajamusti masuk ke telapak tangan kiri Gatotkaca,sedangkan arwah Brajadenta ke telapak tangan kanannya.Dengan bersemayamnya arwah kedua raksasa itu di telapak tangannya,maka kesaktian Gatotkaca menjadi bertambah.Setiap kepala raksasa yang kena tempeleng Gatotkaca dipastikan akan pecah kepalanya.