Rabu, 02 September 2009

EVOLUSI KERIS

Evolusi keris yang dimaksudkan disini membahas tentang perkembangan keris dari bentuk awal(prototype) keris sampai dengan bentuknya yang sekarang.Ini semua menyangkut juga tentang sejarah peradaban suatu bangsa,karena proses pembuatan keris memerlukan teknologi yang canggih untuk ukuran zaman dulu.Mengingat keris dibuat dari logam besi,yang teknik penempaannya membutuhkan suhu pemanasan yang sangat tinggi untuk bisa dibentuk.Dibandingkan dengan logam yang lain besi memang cenderung susah untuk dibentuk sesuai keinginan.Bagaimana nenek moyang bangsa Indonesia,khususnya Jawa mempunyai kemampuan mengolah,menempa,dan membentuk besi menjadi keris,masih merupakan misteri.Ini semua dikarenakan ilmu pengetahuan tentang keris pada zaman dahulu masih merupakan ilmu yang sangat dirahasiakan,atau istilahnya ilmu ingkang sinengker.Mengapa ilmu ini kok bisa sangat dirahasiakan? Masih merupakan tanda tanya besar,kemungkinan disebabkan karena proses pembuatannya yang susah,rumit,dan cenderung berbau mistik/magis sehingga tidak sembarang orang mampu mencerna dan menirunya,bagi si empu(pembuat keris) sendiri untuk mengajarkan ilmunya biasanya pilih-pilih,tidak sembarangan orang yang boleh mewarisi ilmunya,biasanya ilmu diberikan untuk sanak keluarganya saja,tidak aneh kalau para empu biasanya turun temurun ke anak cucunya.Atau bisa jadi ke orang lain yang sangat dipercayainya.Untuk bisa mewarisi ilmu dari sang empu dibutuhkan kesabaran yang tinggi,bertahun-tahun,tidak boleh tergesa-gesa,pelan tapi mengena agar bisa meresapi ilmu dengan baik.Dalam proses pembelajarannya,para panjak(pembantu empu) dilarang banyak bertanya,cukup belajar dengan metode melihat,mendengarkan,dan meresapi sehingga para panjak bisa niteni atau mengingat-ingat betul apa yang dikerjakan oleh sang empu.Tidak adanya dokumentasi,tulisan-tulisan yang baku tentang proses pembuatan keris,membuat ilmu ini semakin kabur bagi generasi selanjutnya.Sebab yang lain kenapa ilmu tentang keris ini menjadi misterius,kemungkinan karena sifat atau tabiat dari sang empu yang seperti rata-rata bangsa Indonesia lainnya,yaitu sifat yang seperti ilmu padi,semakin tinggi ilmu yang dimiliki semakin rendah hati.Tidak suka menonjolkan diri,bahkan cenderung menutup diri,ini bisa dibuktikan dengan tempat/bengkel pembuatan keris atau besalen yang tidak pernah terdapat di depan rumah,selalu di belakang rumah dan biasanya tertutup rapat,bahkan ada yang terpisah jauh dari rumah tempat tinggalnya.Sebab yang lain,tentunya untuk empu-empu tertentu yang sudah ternama,yang biasanya karya-karyanya tergolong masterpiece,agar karyanya tidak gampang ditiru atau kasarnya dijiplak,mereka melindungi atau memproteksi dengan sangat ilmu yang dimilikinya bahkan mungkin hanya biar si empu sendiri yang tahu ilmunya.Empu-empu ini biasanya adalah empu-empu kraton/istana yang membuat keris hanya berdasarkan pesanan atau perintah raja.Dan keris yang diciptakan tentunya haruslah keris yang ‘ampuh’yang tidak bisa ditiru oleh empu-empu dari kerajaan lain.Keris-keris yang dihasilkan para empu yang tersohor ini,seperti Mpu Pitrang,Supo Anom,Jigja,atau Umyang sampai sekarang susah dibuat tiruannya.Keris-keris yang dihasilkan biasanya menjadi patokan/pedoman bagi para empu yang lain,atau istilahnya keris pakem.Begitu sedikitnya data/sumber yang ada,membuat kita susah memperkirakan kapan sebenarnya keris mulai diciptakan dan siapa orang yang pertama kali membikinnya.Data-data yang kita pakai sebagai sumber rujukan kebanyakan data-data yang terdapat di kitab-kitab tentang perkerisan yang ditulis oleh para sarjana/ahli dari dalam maupun dari luar negeri/barat.Sumber-sumber tertulis dari para empu jaman dahulu,tidak pernah diketemukan.Kebanyakan justru ditulis oleh para pujangga/sastrawan seperti,Ronggowarsito,bukan dari mpu pembuat keris.Dan kebanyakan karya-karya sastra ini terdapat kerancuan dengan fakta yang ada atau sering tidak masuk akal.Harap dimaklumi karena namanya saja karya sastra apakah itu berupa puisi/sajak ataukah prosa/narasi tentunya lebih mementingkan bunyi-bunyian,permainan kata,ditambah unsur-unsur dramatis/fantastis sebagai ‘bumbu‘ daripada fakta yang ada,yang tentunya subyektifitasnya lebih menonjol.Sehingga kita perlu hati-hati dalam menarik kesimpulan.Disamping sumber-sumber yang tertulis di dalam kitab-kitab,informasi tentang keris juga terdapat dalam tulisan-tulisan prasasti walaupun jumlahnya sangat sedikit,Kebanyakan keris ditulis sebagai salah satu persyaratan dalam upacara-upacara suci keagamaan,peresmiaan suatu bangunan,keberadaan suatu sumber mata air yang disucikan.Paling banyak justru informasi tentang keris itu didapat dari sumber-sumber tidak tertulis,yaitu dari sumber lisan.Cerita-cerita atau kisah-kisah yang dituturkan dari satu generasi ke generasi berikutnya sudah barang tentu selalu disisipi dengan hal-hal yang kurang rasional,mistis,dan terkadang berlebihan.Hal inilah yang jelas membuat keakuratan data yang didapat menjadi semakin kabur.Untuk itu dibutuhkan cara yang jitu untuk menganalisa data-data yang sudah ada.Para ahli perkerisan sebaiknya terdiri gabungan beberapa ahli,seperti ahli sejarah,budayawan,sastrawan,pakar bahasa,filologi,sosiologi,anthropologi,etnografi,arkeologi,ahli metalurgi,dan tidak menutup kemungkinan ahli-ahli yang lain sebagai peminat dan pemerhati masalah keris.Analisa data yang disusun dari para ahli itu nantinya diharapkan akan mengkristalisasi menuju terbentuknya suatu cabang ilmu tentang perkerisan,atau bahkan lebih luas lagi tentang dunia tosan aji.Ilmu tentang perkerisan ini pernah dilontarkan oleh seorang tokoh perkerisan dari karaton Surakarta,Panembahan Hadiwidjaja,yang menyebut ilmu ini dengan Krisologi.Untuk mewujudkan keris menjadi suatu ilmu tidaklah mudah.Seperti diketahui ilmu adalah kumpulan pengetahuan,tapi tidak semua kumpulan pengetahuan adalah ilmu.Kumpulan pengetahuan untuk menjadi suatu disiplin ilmu harus memenuhi syarat/kriteria tertentu.Syarat yang dimaksud adalah harus adanya obyek materi dan obyek forma dari kumpulan pengetahuan itu yang tersusun secara sistematis.Obyek materi adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran,dipelajari,dianalisis,dan diselidiki menurut metode yang berlaku dan disepakati dalam keilmuaan,ada yang menyebutnya dengan metode ilmiah,sehingga dapat tersusun secara sistematis dengan arah dan tujuan tertentu secara khusus memenuhi persyaratan epistemiologi/syarat keilmuan.Obyek materi menyangkut segala hal tentang yang kongkrit(kasat mata),berupa wujud fisik/bendawi maupun segala hal yang abstrak(tidak kasat mata),atau non bendawi,seperti ide,nilai,norma,atau fenomena substantif lainnya.Sedangkan obyek forma dibentuk oleh cara/sudut pandang,atau peninjauan oleh para peneliti terhadap obyek materi dengan prinsip-prinsip ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan esensi dari penelitiannya,sehingga akan mendekati hakekat suatu kebenaran dari obyek yang dipelajarinya.Obyek forma dari suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan tertentu yang substantif dan sistematis,tetapi pada saat yang sama juga membedakannya dari berbagai ilmu dalam bidang-bidang yang lain.Sebagai contoh disini keris ditempatkan sebagai obyek materi,dengan disiplin ilmu yang berbeda,keris dapat dipelajari dari sudut pandang arkeologinya atau metalurginya.Kedua macam itu mempunyai obyek materi yang sama,yaitu keris,tapi berbeda sebagai obyek formanya,arkeologi mempelajari dari sudut pandang hasil-hasil kebudayaan suatu peradaban di jaman lampau,sedang metalurgi mempelajari tentang teknik pengolahan logam,termasuk keris(besi).Jadi obyek materi dan obyek forma adalah sesuatu yang mutlak harus ada,diketahui keberadaan/eksistensinya secara substantif atas pengetahuan dan pengalaman,bersamaan dengan esensinya sebagai ciri yang bersifat unik dan universal yang dapat disebut sebagai jatidiri disiplin keilmuannya.Untuk itu dibutuhkan adanya kesepakatan definisi tentang keris.Apa sebenarnya yang dimaksud dengan keris itu.Definisi yang spesifik akan memudahkan kita dalam mempelajari dan membedakannya dengan obyek materi yang lain.Akan lebih mudah kita mengatakan ini lho yang disebut keris,itu yang bukan keris.Unsur pokok yang terkandung di dalam keris adalah besi.Walaupun kemudian dalam perkembangannya keris tidak hanya terdiri dari unsur besi saja,melainkan disisipkanlah unsur baja sebagai penguat/pengeras.Kekuatan keris diukur dari banyak sedikitnya kandungan bajanya.Sehingga baja bisa disebut sebagai ‘tulang/kerangka’keris.Yang menjadi pertanyaan selanjutnya ialah bagaimanakah nenek moyang kita bisa mendapatkan bahan-bahan materi besi dan baja? Apakah bahan-bahan materi ini didapatkan sebagai bahan setengah jadi ataukah bahan mentah yang perlu pengolahan lebih lanjut? Kalaupun mendapatkannya sebagai bahan setengah jadi,darimana memperolehnya? Dan kalaupun perlu pengolahan lebih lanjut,benarkah nenek moyang kita sudah mengenal teknik peleburan bijih besi menjadi besi? Jika benar adanya,sungguh tinggi teknologi yang dimiliki nenek moyang kita itu,mengingat tingkat kesulitan dalam pengolahan bijih besi.Dibutuhkan pengetahuan tentang suhu pemanasan yang sangat tinggi untuk peleburan besi,peralatan yang canggih seperti tanur-tanur,alat-alat cetakan,bahan bakar dan tentunya biaya yang tidak sedikit.Perkiraan para ahli,kedua-duanya bisa dimungkinkan.Para mpu memperoleh bahan-bahan tersebut dengan cara membeli dari para pedagang asing,seperti pedagang India dan Cina,sebagai bahan setengah jadi berupa batangan-batangan besi,kualitas besi terutama dari India konon sudah sangat terkenal sejak dahulu,sebagai besi berkualitas terbaik.Yang kedua,banyak terdapatnya bijih besi di pesisir pantai pulau Jawa,membuat para ahli juga memperkirakan nenek moyang kita sudah mampu membuat berbagai jenis peralatan yang terbuat dari besi,termasuk keris.Bahkan pernah ada semacam eksperimen yang dilakukan oleh seorang mpu jaman kamardikan,yaitu mpu Pauzan dari Surakarta,yang disponsori oleh seorang berkebangsaan Jerman yang interest terhadap keris,mengolah bijih besi yang diambil dari pesisir pantai Cilacap dengan tanur tinggi,kemudian terbentuk batangan besi yang berkualitas,yang akhirnya ditempa lagi menjadi keris.Bahkan dihasilkanlah keris yang berpamor poleng,yang oleh mantan Menko Polkam Soerono,diberi nama Kyai Sureng Karya.Baja adalah perpaduan antara unsur dasar besi dengan tambahan atom C(karbon).Penambahan atom C,akan menambah kekerasannya.Hal ini didapatkan dengan penempaan besi dengan teknik dan suhu tertentu.Namun ada kelemahannya juga,jika perpaduannya tidak pas,akan menjadikannya getas dan kurang ulet bila dibentuk.Era sekarang ini sudah ditambahkan unsur-unsur lainnya dalam proses pembuatan baja,seperti mangaan,krom,vanadium,maupun tungsten.Terutama dengan penambahan unsur krom akan membentuk senyawa yang menjadikannya tahan karat.Unsur ketiga dari keris adalah pamor,memang tidak dipungkiri ada juga beberapa keris tidak berpamor,namun seringnya keris itu berpamor.Pamor ialah unsur/elemen keris yang mempunyai nuansa/warna yang berbeda dengan warna dasarnya/besinya.Biasanya berwarna keputihan,bisa putih keperakan,atau ada yang kekuningan tergantung bahan pamornya.Pamor dari kata dasar amor,yang berarti bersama-sama atau menyatu.Jadi awalnya pembentukan pamor pada keris kemungkinan tidak disengaja oleh sang empu.Tiba-tiba saja,pada saat akhir proses pembuatan keris,yaitu setelah tahap pewarangan,muncul nuansa/warna keputihan di bilah kerisnya.Hal ini kemudian menjadi menarik perhatian sang empu,yang setelah dilakukan beberapa kali uji coba,ditemukanlah formula/rumusan dalam pembuatan pamor.Pamor awal kemungkinan adalah pamor tiban,yaitu pamor yang timbul tanpa unsur kesengajaan,istilahnya sakmetune.Terserah apalah betuknya,biasanya orang sering menyebutnya bentuk pamor wos wutah/beras tumpah.Pamor ini muncul dari perpaduan berbagai macam besi yang diambil dari beberapa tempat,biasanya besi-besi tua dari alat bajak sawah,roda pedati,galangan kapal,dan lain-lain.Pamor yang timbul,nuansanya tidak begitu jelas,lamat-lamat,atau istilahnya kelem.Pamor ini kemudian juga disebut dengan pamor sanak.Dalam perkembangannya nantinya akan semakin beragam variasi bentuk pamor,teknik pembuatan,dan bahan-bahannya.Jadi kesimpulannya keris haruslah mempunyai sedikitnya dua dari tiga unsur terse but,yaitu besi,baja dan pamor.Setelah membahas unsur/elemen dasar daripada keris,sekarang tentang bentuk-bentuk keris.Bentuk keris ada dua,yaitu keris berbentuk lurus,dan berluk.Bentuk mana yang lebih dulu? Menurut banyak ahli berpendapat,keris luruslah yang pertama kali ada,karena saat ini keris yang paling tua ditemukan adalah keris tangguh kabudan,yaitu sekitar abad 8-9 M,yang berbentuk/berdhapur jalak dan bethok,semuanya itu keris lurus berbilah pendek,agak gemuk/melebar di bagian bawah.Seperti ditunjukkan gambar di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar