Kamis, 10 September 2009

REKONSTRUKSI KERIS









Mari kita mencoba merekonstruksi evolusi keris dari gambar di atas ini.Jika kita menengok jauh ke belakang,ke jaman pra sejarah,disebut juga jaman nirleka,jaman belum adanya tulisan,dimana manusianya masih hidup berpindah-pindah,tergantung dengan alam sekitarnya,mengandalkan kemampuannya dalam berburu dan meramu,alat-alat yang digunakan masih menggunakan bahan dari batu,tulang,dan kayu.Oleh para ahli purbakala,jaman pra sejarah dibagi ke dalam beberapa periode berdasarkan ilmu geologi dan arkeologi.Ilmu geologi meninjau dari sudut lapisan-lapisan tanahnya,dimana tiap lapisan tanah mewakili periode tertentu,semakin ke bawah lapisan semakin tua umurnya.Pembagian jaman prasejarah menurut sudut pandang geologi adalah sebagai berikut:

Arkaekum

Jaman ini kira-kira berlangsung selama 2500 juta tahun,dimana kulit bumi masih panas sehingga tidak dimungkinkan adanya kehidupan.

Paleozoikum

Jaman ini berlangsung selama kira-kira 340 juta tahun,bahkan ada yang mengatakan 600 juta tahun,dan disebut juga dengan jaman primer,dimana sudah ada makhluk hidup yang pertama di bumi ini,berupa mikroorganisme,ikan,amfibi,reptil,dan binatang yang avertebrata.

Mesozoikum

Jaman ini berlangsung kira-kira selama 140 juta tahun,disebut jaman sekunder,atau jaman reptil karena kehidupan waktu itu didominasi oleh jenis reptil.

Neozoikum

Jaman ini dibagi menjadi jaman tersier dan kuartier.Jaman tersier berlangsung sekitar 60 juta tahun,binatang yang berkembang adalah mamalia/binatang menyusui.Jaman kuartier adalah yang terpenting karena jaman ini dimulai adanya kehidupan manusia.Dan jaman kuartier masih dibagi lagi ke dalam jaman Pleistosen dan Holosen.Jaman Pleistosen(Dilluvium) berlangsung kira-kira 3 juta tahun sampai 10 ribu tahun yang lalu.Jaman Pleistosen dimulai dengan meluasnya lapisan es di kedua kutub bumi yang disebut jaman glasial,kemudian diselingi dengan jaman mencairnya lapisan es disebut dengan jaman interglasial,keadaan ini berlangsung silih berganti sampai empat kali.Kalau di daerah tropis jaman glasial berupa jaman hujan(jaman pluvial),dan diselingi dengan jaman kering(interpluvial).Pada jaman glasial,permukaan air laut turun dengan drastis,sehingga banyak dasar laut yang kering menjadi daratan.Di Indonesia dasar laut yang kering di sebelah barat disebut dengan dataran Sunda,dan menyebabkan kepulauan Indonesia bagian barat menjadi satu dengan benua Asia,sedangkan yang di sebelah timur disebut dengan dataran Sahul,dan menyebabkan kepulauan Indonesia di sebelah timur menyatu dengan benua Australia.Sehingga ini semua mempengaruhi jenis flora-faunanya juga.Manusia yang hidup di jaman Pleistosen adalah jenis Homo erectus.Jaman Pleistosen berakhir kira-kira 10 ribu tahun sebelum Masehi.Kemudian diikuti datangnya jaman Holosen(Alluvium) yang masih berlangsung hingga sekarang.Dan jaman ini muncul manusia jenis Homo sapiens,yang diduga menjadi nenek moyang manusia sekarang.

Jika berdasarkan tinjauan arkeologis,pembagian berdasarkan alat/artefak yang digunakan manusia jaman prasejarah,maka dibagi menjadi:

1) Jaman Batu

Jaman Batu dikenal karena alat-alat yang digunakan terbuat dari batu,selain kayu dan tulang.Karena batu lebih awet,maka peninggalannya kebanyakan berupa batu.Jaman ini masih dibagi lagi menjadi beberapa jaman yaitu:

1.1) Jaman Batu Tua(Paleolithikum)

Alat-alat dari batu masih dikerjakan secara kasar,tidak diasah atau dipoles.Mata pencariannya masih berburu dan meramu tingkat sederhana.Manusia pendukungnya adalah Homo erectus.

1.2) Jaman Batu Tengah(Mesolithikum)

Alat-alat yang digunakan dari batu yang sudah mulai diasah/dihaluskan terutama di bagian yang digunakan untuk memotong atau menyayat.Tembikar juga sudah mulai dikenal.Mata pencariannya juga masih berburu dan meramu tingkat lanjut.Manusia pendukungnya adalah Homo sapiens dari ras Austromelanosoide(mayoritas) dan Mongoloide(minoritas).Di Asia Tenggara terkenal dengan barang2 kerajinan Hoabinhian,yang asalnya dari Vietnam kemudian menyebar sampai di kepulauan Indonesia,terutama pesisir pantai timur laut Sumatera.Sistem penguburannya dengan kuburan tekuk,dimana posisi mayat kedua kaki ditekuk seperti janin,dan ditutupi debu kuning tanah kemerahan.Hidupnya kadang nomaden kadang menetap.Artefaknya berupa batu penumbuk dan lumpang,diperkirakan dibuat 13 ribu tahun lalu.

1.3) Jaman Batu Baru(Neolithikum)

Alat-alat dari batu sudah diasah dan dipoles dengan halus dan indah.Disamping tembikar,dikenal juga kain tenun dan batik.Keliatannya ini awal manusia mengenal kesenian/keindahan,dimungkinkan juga karena manusianya sudah mulai hidup menetap,dan bercocok tanam,kehidupan menjadi agraris dan lebih terorganisir.Manusia pendukungnya mayoritas dari ras Mongoloide dan minoritas ras Austromelanosoide.

2) Jaman Logam

Di jaman ini manusia sudah mulai dapat membuat alat-alat dari logam,disamping masih ada juga alat-alat yang terbuat dari batu.Manusia sudah mengenal teknik pengolahan/pengecoran logam yang kemudian dicetak sesuai dengan keinginan.Teknik cetaknya ini ada dua macam,yaitu dengan cetakan dari batu(bivalve) dan dari tanah liat dan lilin yang disebut acire perdue.Jaman ini disebut juga jaman perundagian atau pertukangan,karena dalam masyarakat timbul golongan undagi/tukang yang trampil dalam melakukan pekerjaan tangan.Dan jaman logam ini masih dibagi lagi menjadi:

2.1) Jaman Tembaga

Alat-alat yang digunakan terbuat dari tembaga.Tapi tidak semua daerah/negara mengenal jaman ini.Di Asia Tenggara,khususnya Indonesia tidak mengenal jaman ini.

2.2) Jaman Perunggu

Jaman ini manusia sudah mengenal teknik mencampur tembaga dan timah sehingga dihasilkan logam yang lebih keras yang disebut dengan perunggu.Kebudayaan yang terkenal dengan kebudayaan perunggu di Asia Tenggara adalah di daerah DongSon,Vietnam Utara.Kebudayaan inilah yang dianggap sangat berpengaruh terhadap masa perundagian di Indonesia.

2.3) Jaman Besi

Jaman ini manusia sudah mengenal teknik peleburan bijih besi,untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan.Teknik ini lebih sulit,karena dibutuhkan suhu pemanasan yang sangat tinggi mencapai kurang lebih 3500 derajat celsius.Di Indonesia jaman besi diperkirakan baru dimulai di jaman sejarah.
Antara neolithikum dan jaman logam dikenal juga jaman Megalithikum,yaitu jaman batu besar,karena kebudayaan yang berkembang menggunakan media batu-batu besar.Jaman Megalithikum ini justru mencapai puncaknya pada jaman logam,karena dibutuhkan alat-alat dari besi yang kuat dan kokoh untuk membangun/memahat obyek-obyek dari batu besar.

Keris mengalami fase-fase perkembangan juga sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia sebagai pemilik budaya.Seperti benda-benda budaya lainnya,dan juga manusianya keris sepertinya mengalami evolusi hingga mencapai bentuknya yang sekarang ini.Dugaan semula keris awal adalah keris Bethok Buddha,karena mengingat bentuknya yang amat sederhana.Tetapi dengan ditemukannya keris Purwacarita yang berluk dan berpamor adeg,membuat dugaan awal selama ini perlu direkonstruksi lagi.Apakah keris awal adalah berbentuk lurus ataukah berluk? Atau kedua-duanya dibuat bersamaan? Yang masing-masing kemudian mengalami jalur perkembangannya masing-masing sesuai dengan fungsinya?
Menurut Groneman,keris berluk muncul lebih dahulu,hal ini dianalogikan sebagai jiwa muda,dinamis,banyak keinginan,lalu dengan semakin matangnya kejiwaan berangsur-angsur menjadi lebih statis,pasrah,dan tenang(menjadi keris lurus).Sebaliknya Panembahan Hadiwidjojo berpendapat,keris lurus lebih dahulu dibuat karena diibaratkan sebagai pribadi yang masih murni,belum ada niat dan ambisi macam-macam.Sementara Richadiana,seorang arkeolog,berargumen bahwa keris berluk terinspirasi oleh bentuk lidah api.Bukankah lidah api itu sesuatu yang sering dilihat sehari-hari oleh para empu? Lidah api sekaligus melambangkan dewa Agni sebagai simbol penerangan dan pengetahuan.Dalam seni rupa Jawa,bentuk lidah api distiler menjadi pola modang,yang banyak dipakai dalam hiasan pendhok,warangka sunggingan,batik,sunggingan wayang dan ukiran kayu.Sementara ada pula yang berpendapat,bahwa luk pada keris terinspirasi oleh salah satu jenis tombak India.Peralatan tajam dipergunakan manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya,seperti untuk memotong,menyayat,menusuk binatang buruan,atau yang lain.Alat-alat tajam ini bisa terbuat dari tulang,kayu,batu atau logam.Dalam perkembangannya alat-alat tajam tapi tidak semuanya,hanya berfungsi secara teknik/praktis saja tetapi juga berfungsi sebagai alat sosio-religi,status sosial,dan keperluan upacara-upacara keagamaan.Alat-alat tajam yang digolongkan sebagia 'wesi aji' saja yang beralih fungsi menjadi hal yang istimewa dan diagungkan.Namun demikian,tidak dapat dipungkiri,dugaan bahwa keris merupakan perkembangan lanjutan dari peralatan tulang atau batu yang ditajamkan memang ada benarnya.Terlebih penelitian membuktikan bahwa pada masa logam,orang masih menyerupakan benda-benda logam buatannya dengan peralatan dari tulang atau batu.Lambat laun setelah itu mereka membentuk protype lain yang berbeda.
Menurut Barnett Kempers,peneliti dari Belanda mengatakan kalau pisau/belati DongSon merupakan prototype dari keris yang menyatu dengan hulunya atau disebut keris deder iras.Keris ini kemudian lebih dikenal sebagai keris sajen.Akan tetapi dugaan ini bisa disanggah karena adanya perbedaan dalam proses pembuatannya,dimana pisau DongSon dibuat dengan teknik cire perdue,sedangkan keris dengan proses penempaan.Ini artinya dalam perkembangannya keris dengan belati DongSon berdiri sendiri tanpa ada saling keterkaitan.Meskipun bentuk keris deder iras kemungkinan terinspirasi oleh bentuk pisau DongSon.Jika mengikuti perkembangan sejak awal jaman prasejarah yang dimulai dengan jaman batu,sangat mungkin cikal bakal keris bermula dari kapak batu genggam/perimbas,kemudian mengalami proses pengasahan sederhana menjadi kapak pendek/Sumatera,berlanjut menjadi kapak lonjong/persegi yang sudah lebih halus dan berfungsi spesifik,yang ukuran kecil biasanya sebagai kapak pendek atau alat tatah/pahat.Masuk ke dalam jaman Logam,dikembangkan jenis kapak corong yang bertangkai dari kayu,mempunyai variasi bentuk yang lebih indah dan artistik,dinamakan dengan candrasa,yang fungsinya sudah tidak lagi sebagai senjata tajam biasa melainkan sudah bergeser menjadi alat perlengkapan upacara atau tanda kebesaran.Dalam perkembangan selanjutnya peralatan-peralatan yang digunakan itu mempunyai fungsi yang berbeda-beda sehingga akan menciptakan bentuk yang bervariasi sesuai dengan fungsinya masing-masing.Seperti halnya kapak genggam yang tadinya berfungsi hanya sebagai alat pemecah biji-bijian atau pemukul berubah fungsi menjadi alat penusuk.Untuk mengikuti perubahan fungsi ini,bentuk kapak menjadi lebih memanjang,sehingga menyerupai pisau genggam.Dengan berjalannya waktu,karena dinilai lebih merepotkan dan kurang efektif yang disebabkan oleh licin ketika basah dan seringnya menimbulkan gesekan antara logam dengan tangan si pemakai atau menimbulkan luka gesekan,maka dimunculkanlah bagian kecil dari logam(besi) nya menjadi semacam dudukan gagang,yang kemudian disebut dengan pesi.Dengan adanya pesi,alat penusuk ini selain sebagai pisau juga berfungsi sebagai semacam tombak hanya dengan mengganti gagangnya dengan tongkat yang lebih panjang.Sehingga dalam perkembangan selanjutnya muncul kelompok yang menggunakan alat penusuk ini sebagai mata tombak dan kelompok lain yang menggunakannya sebagai pisau yang nantinya merupakan cikal bakal dari keris.Cikal bakal(prototype) keris ini kemudian dipasangi methuk,yaitu semacam bentuk cincin yang melingkar dibawah bilah fungsinya sebagai penahan apabila terjadi benturan keras di ujungnya maka bilah tidak akan masuk ke dalam gagang/tangkainya.Sekarang ini methuk jarang dipakai untuk keris,kebanyakan dipakai untuk tombak.Sebagai gantinya methuk,keris memakai cincin yang disebut dengan mendhak.Adanya prototype keris dengan methuk merupakan bentuk transisi/peralihan menjadi keris atau menjadi tombak,yang dibuktikan juga dengan bentuk keris buddha yang bilahnya tegak segaris dengan pesinya,bahkan pesinya ada yang panjangnya lebih dari sejengkal.Pesi dengan panjang lebih dari sejengkal biasa dipakai untuk mata tombak.Kemungkinan sebelum terjadinya transisi menjadi bentuk keris atau tombak,prototype ini tadinya berdwifungsi,artinya bisa berfungsi sebagaimana keris tapi pada saat yang lain bisa dipakai juga sebagai tombak.Yang membedakan keduanya selanjutnya adalah muncul bentuk ganja pada keris,sebagai penahan/teknomik dan pelindung genggaman tangan ketika sedang dilakukan penusukan.Ganja ini diambil dari bagian keris pada saat proses penempaanya dan kemudian disisipkan di bagian bawah bilah dengan membuat lobang di tengahnya sebagai jalan masuknya pesi.Adanya ganja mungkin juga akibat pengaruh dari India(Hindu),dimana ganja diumpamakan sebagai simbol dari yoni(perempuan/Durga) dan bilah/batang keris itu sebagai lingga(laki-laki/Syiwa) yang mempunyai makna kesatuan antara laki-laki dan perempuan,simbol harmoni alam,kesuburan,dan regenerasi.Tombak tidak pernah memakai ganja.Perubahan bentuk dari keris yang sebelumnya dapat digunakan sebagai tombak menuju keris yang hanya berfungsi sebagai keris diikuti oleh perubahan derajat kemiringan pesi terhadap bilahnya,dan ini berlangsung sangat lama.Perubahan dengan derajat kemiringan tertentu ini nantinya bisa dipakai untuk menentukan keaslian keris-keris tangguh Buddha/Purwacarita yang asli.Sudah ada kajian yang mendalam dari para ahli yang kemudian dicetuskan ke dalam teori yang disebut teori Condong Leleh,berdasarkan derajat kemiringan pesi terhadap bilahnya.Selanjutnya bentuk keris menjadi lebih ramping dan memanjang walaupun masih tampak dempak dan sangkuk.

Evolusi Pamor Keris

Keahlian dalam teknik metalurgi/pengolahan logam,secara tidak sadar telah memunculkan adanya bentukan alur-alur garis atau gambaran di atas bilah tosan aji(keris),yang disebut dengan pamor.Awalnya pamor ini terbentuk dari dua jenis besi yang berbeda kandungannya atau berbeda asal/tempatnya.Kemudian oleh sang Empu dipelajari lebih mendalam yang pada akhirnya mampu menemukan bahan pembuat pamor yang terbaik.Saat ini bahan pamor terbaik yang diakui mayoritas pemerhati tosan aji adalah pamor yang berasal dari meteor.Penemuan bahan pamor ini diikuti juga dengan penemuan teknik pembuatan pamor yang beragam sehingga menampilkan bentuk yang semakin indah dan menarik.Saat ini ada tiga macam teknik dikenal dalam pembuatan bentuk-bentuk pamor yaitu teknik mlumah,miring dan ceblokan.

Pengaruh Agama dan Budaya Luar terhadap Bentuk Keris

Pengaruh agama yang pertama masuk ke Indonesia adalah agama Hindu-Buddha,yang menggeser kepercayaan sebelumnya dari nenek moyang kita,animisme dan dinamisme.Agama ini masuk pertama ke Indonesia diperkirakan pada awal abad pertama Masehi melalui jalur perdagangan di daerah pesisir pantai kepulauan.Lambat laun hubungan semakin terjalin antara para pedagang dan penguasa lokal yang akhirnya terjadi akulturasi kebudayaan.Agama Hindu-Buddha telah berperan besar di dalam mengubah pola kepemimpinan masyarakat pada waktu itu dari kesukuan menjadi pemerintahan kerajaan.Raja tidak dipilih seperti halnya memilih kepala suku,melainkan dipilih berdasarkan garis keturunan/dinasti.Maka dari itu mulailah para kepala suku memilih atau mengukuhkan salah satu diantara mereka sebagai pemimpin tertingginya,tentunya setelah melalui serangkaian penaklukan,menjadi raja pertama mereka.Raja ini menjadi cikal bakal atau peletak dinasti pertama yang nantinya semua anak keturunannya diharapkan bisa melanjutkan kepemimpinannya.Untuk itu kemudian diadakanlah serangkaian upacara keagamaan secara Hindu-Buddha yang pertama.Upacara ini jelas menguras tenaga dan biaya buat seluruh rangkaian sesaji/persembahan buat para dewa.Sang Raja pun juga diharuskan memiliki tanda-tanda kebesaran yang akan menguatkan dan mengesahkan dirinya sebagai seorang Raja.Diantara tanda-tanda kebesaran itu adalah berupa berbagai macam senjata tajam,seperti pedang,tombak,pisau,mata panah,candrasa,kudhi,keris,dan lain-lain.Senjata-senjata ini selain menunjukkan kekuasaan dan kesaktian juga sebagai alat legitimasi.Sehingga tidak aneh jika senjata-senjata milik para Raja adalah senjata-senjata yang pinilih/berstatus.Seperti keris,jika dimiliki oleh seorang Raja jelas ini keris pilihan,terbaik dari segi garap/bentuknya maupun tuah/keampuhannya.Untuk itu keris awal yang masih berbentuk sederhana kemudian berkembang menjadi semakin rumit dan beragam.Keanekaragaman bentuk keris ini ditunjukkan dari adanya ornamen/asesori keris terutama di bagian bilahnya(sor-soran).Ornamen ini kemudian disebut dengan ricikan.Setelah itu budaya pekerisan menjadi berkembang sedemikian pesat,karena mendapat dukungan penuh dari para Raja/penguasa sebagai alat legitimasi kekuasaan mereka.Diadopsilah nama-nama yang diambil dari kisah-kisah kepahlawanan/pewayangan yang menunjukkan kesaktian dan keampuhan pusakanya sebagai nama dari sebagian bentuk keris,seperti dhapur keris Pasopati,Pulanggeni,Kalamisani atau juga diambil dari nama-nama tokohnya seperti dhapur Semar Bethak,Anoman,Karno Tinandhing,Pandhawa,dan lain sebagainya.Selain itu nama keris juga diambil dari latar belakang peristiwa penting bagi kerajaan,seperti penaklukan suatu wilayah,hilangnya pusaka kerajaan atau penawar dari suatu musibah.Ricikan/ornamen keris itu tidak hanya sekedar wujud fisik semata melainkan juga sebagai simbol/perlambang tertentu yang mengandung pesan tersembunyi berupa nilai-nilai luhur kearifan lokal,bisa juga dipakai sebagai sengkalan(perlambang waktu dari suatu kejadian penting).Masuknya agama Islam di tanah Jawa yang terutama dipelopori oleh para Wali Sanga,khususnya Sunan Kalijaga,tidak serta merta menghilangkan seluruh budaya masyarakat pada waktu itu termasuk budaya perkerisan,tapi justru memperkaya khasanahnya.Hal ini diwujudkan dengan dibentuknya nama-nama dhapur keris yang baru seperti,carubuk,sengkelat,segara wedhang,sabuk inten,kala munyeng,dan lain-lain.Bentuk warangka(sarung keris) pun juga mendapat pengaruh Islam,seperti warangka penanggalan atau wulan tumanggal yang mirip bentuk bulan sabit,simbol agama Islam.Adanya rajah atau goresan-goresan pada keris yang berisikan tulisan-tulisan Arab/kaligrafi yang diambil dari ayat-ayat Al Qur'an jelas itu merupakan pengaruh agama Islam.Pengaruh budaya luar lainnya seperti China,memunculkan dhapur keris baru juga seperti Singa Barong,yang bentuk gandhik/muka berupa hewan mirip kilin,singa dalam mitologi China.Saat ini bahan warangan,yang digunakan sebagai pencuci/jamasan keris yang terbaik adalah yang berasal dari China.

Pengaruh Evolusi terhadap Tangguh Keris

Perkembangan bentuk keris tidak bisa dipisahkan dari munculnya tangguh,yang mempunyai pengertian perkiraan masa dan tempat asal pembuatan keris.Para ahli memperkirakan munculnya suatu bentuk keris yang khas terkait dengan suatu masa dan tempat tertentu sehingga bisa dibedakan walaupun dengan dhapur yang sama,ini karena adanya kebiasaan mutrani(menduplikasi) dari keris yang sudah lebih dahulu ada.Bentuk khas ini memang disengaja kemungkinan atas perintah penguasa/raja pada waktu itu,yang setiap raja memiliki selera/kesukaan terhadap bentuk bagian keris tertentu,yang diatur dalam Paugering Praja ing Padhuwungan.Perbedaan ini bisa sangat menyolok contohnya seperti antara tangguh Segaluh dengan Mataram.Tangguh Segaluh memiliki buntut urang pada ganjanya yang bersifat nguceng mati,sedangkan tangguh Mataram buntut urangnya sebit ron tal/mekrok.Kembang kacangnya juga berbeda,Segaluh kembang kacangnya bersifat ngecambah aking,sedang Mataram nggelung wayang.Diperkirakan selisih tahun antara Segaluh dengan Mataram sekitar 400 tahun.Namun ada juga walaupun pada masa yang sama keris yang dibuat di tempat berbeda akan memiliki bentuk yang berbeda pula,seperti antara tangguh Tuban dengan Majapahit.Sirah cecak pada keris Tuban biasanya buweng/bulat,sedangkan Majapahit sirah cecaknya lancip.Bilahnyapun lebih ramping keris Majapahit dibanding dengan keris Tuban.Ujung bilahnya/pucukan berbeda juga,kalau keris tangguh Tuban biasanya bersifat gabah kopong,keris Majapahit bersifat nyujen/lancip.Karakter masyarakat yang berbeda akan menimbulkan selera yang berbeda juga.Contohnya masyarakat Mataram yang bersifat santun dan lemah lembut akan memunculkan keris dengan kesan dhemes atau tampan.Sedangkan masyarakat Majapahit yang berwibawa kesan yang muncul pada kerisnya adalah berwibawa atau wingit.

Keris Tangguh Kamardikan

Perkembangan keris akan memunculkan bentuk-bentuk varian baru yang lebih indah,dinamis,dan unik.Keindahannya bisa dilihat dari kesempurnaan garap/teknik pembuatannya yang lebih berkesan dengan variasi ornamen yang rumit dan detail,corak pamor yang beragam,ditambah dengan kinatah atau sinarasah emas pada bilahnya membuat keris mengalami kesempurnaan dalam evolusinya.Menurut para ahli perkerisan puncak kejayaan dari kesempurnaan keris adalah pada masa Paku Buwono IX-X di Surakarta dan Hamengku Buwono VII-VIII di Yogyakarta.Namun demikian untuk masa sekarang ini,apalagi keris telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya agung dunia,membuat kita sebagai generasi penerusnya harus tetap menguri-uri/melestarikan dengan berbagai cara diantaranya ialah menjaga dan senantiasa memelihara(ngrukti) keris-keris pusaka leluhur kita agar tidak rusak atau jatuh ke tangan pihak yang tidak bertanggung jawab.Disamping itu supaya adanya kontinuitas/kesinambungan maka dimunculkan ide-ide baru yang bersifat kontemporer dari para empu jaman kemerdekaan yang memunculkan adanya tangguh Kamardikan.Keris-keris tangguh Kamardikan ini selain bersifat kontemporer juga kadang keluar dari pakem yang ada.Seperti memiliki dua bilah tapi satu sor-soran,pucuknya berbentuk tokoh pewayangan,bergandik merpati,nyai blorong dan lain-lain.Hal ini menjadi sah-sah saja karena mengikuti selera masyarakat/pasar jaman globalisasi yang universal.Dikenalkannya ide-ide baru dalam dunia perkerisan kepada generasi muda sedikit banyak akan membuang persepsi yang negatif/kurang baik pada keris.Tinggal bagaimana generasi sekarang ini dalam memperlakukan keris apakah hanya sekedar barang pajangan/pameran semata atau malah menjadi barang komoditi/dagangan yang tidak berbeda dengan barang komersial yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar