Kamis, 17 September 2009

DongSon dan Sa Huynh

Kita bahas sekilas tentang dua kebudayaan ini,DongSon dan Sa Huynh yang telah berpengaruh besar terhadap kebudayaan logam di Indonesia.Berbeda dengan yang di Eropa,India,dan China jaman perunggu dan besi tidak bisa dibedakan secara jelas di kepulauan Indo-Melayu.Oleh karena itu penggunaan istilah-istilah "perunggu" atau "logam" sama sekali tidak memiliki arti kronologis dan hanya mencerminkan suatu tataran tertentu dalam perkembangan kultural dari masing-masing populasi Asia Tenggara.Untuk menyederhanakan dan memberi ciri fase peralihan revolusi teknis ini,lebih tepat digunakan istilah kerajinan Paleometalik.Dari beberapa artefak yang telah diukur usianya,kelihatannya teknologi pengecoran logam yang pertama di Asia Tenggara dilakukan di Indo-China.Cara pengenalannya ke kepulauan Indo-Melayu tetap menjadi sebuah misteri.Meskipun ada korelasi antara difusi kerajinan,pengenalan teknik pertanian,dan anyam-anyaman yang baru.Pengenalan teknik pengecoran logam pastilah telah terjadi melalui pertukaran-pertukaran komersial.Ada dua teori terkait Asia Tenggara sebagai tempat kerajinan paleometalik:
1).Teori difusi kebudayaan DongSon dari Vietnam Utara dengan alasan hasil-hasil kerajinan perunggu yang paling awal yang diketemukan di Indo-Melayu umumnya bergaya DongSon.
2).Teori yang terkini berdasarkan penemuan artefak-artefak besi dan tembaga di Thailand Tengah.Semua artefak ini lebih tua dari barang-barang DongSon,oleh karena itu teori kedua meyakini difusi dari Thailand Tengah,apakah melalui Semenanjung Malaysia ataukah melalui wilayah-wilayah Sa Huynh,Vietnam Selatan.Kedua wilayah itu dihuni oleh komunitas Austronesia yang melakukan hubungan dengan para keturunan kebudayaan Ban Kao Thailand Tengah.Teori ini juga dikuatkan oleh adanya kenyataan bahwa kerajinan pecah belah yang serupa dengan barang-barang Sa Huynh telah diketemukan juga di Bali,bersama dengan kepala-kepala kapak serupa yang ditemukan dalam jumlah besar di situs Nil Kham Hend di Thailand Tengah(artefak ini berasal dari masa 700-500 SM).Namun barang-barang yang terbuat dari perunggu,seperti kuali-kuali dan benda seremonial lainnya justru mendapat pengaruh dari kebudayaan DongSon.Sebaliknya peralatan dari besi memiliki bentuk lokal yang sama sekali berbeda.Ini menyiratkan pengetahuan-pengetahuan industri lanjut menjalar begitu cepat di sepanjang kepulauan Indo-Melayu,tidak seperti perunggu,barang-barang dari besi diproduksi hanya untuk keperluan lokal,bukan untuk perdagangan.Artefak besi muncul pertama pada 700 SM di Thailand Tengah,sedangkan DongSon baru menggunakan besi pada 300 SM.

Kebudayaan DongSon

Kebudayaan ini muncul pertama kali pada 600 SM di Vietnam Utara.Kemunculan kerajinan perunggu yang di Vietnam tidak didahului dengan fase tembaga,kelihatannya telah terjadi secara bersamaan di Vietnam,Thailand Tengah dan Utara.Artefak-artefak awal di Vietnam Utara kebanyakan terdiri atas kapak lubang(socketed axes),mata tombak dan panah,pisau,belati,gelang dan lain-lain.Jumlahnya yang besar menunjukkan sebagian darinya pastilah diproduksi secara massal dalam bengkel-bengkel tertentu.Barang-barang yang dihasilkan awalnya terdiri dari campuran tembaga dan timah,dengan berjalannya waktu ditambahkan elemen lain semacam timah hitam.Perekonomian DongSon didasarkan atas hasil produksi padi secara ekstensif pada lahan-lahan yang beririgasi dengan bantuan bajak dan kerbau.Produksi pangan secara besar-besaran ini memungkinkan pertumbuhan penduduk yang meng-urban.Situs DongSon yang luasnya kira-kira 600 hektar telah ditemukan.Populasi Vietnam awal mungkin sudah sangat beradab,ini ditunjukkan dari situs-situs makamnya yang telah ada pembagian kelas sosial.Tahun 179-111 SM wilayah Tonkin,jantung ibukota DongSon menjadi bawahan/vassal Dinasti Zhao dari China.Awalnya kekuasaan daerah masih dipercayakan oleh penguasa lokal,namun dengan timbulnya pemberontakan oleh Trunk bersaudara pada tahun 43 M,membuat marah pemerintahan Dinasti Han Timur,yang akhirnya setelah dipadamkan pemberontakan itu,wilayah Tonkin dikuasai penuh menjadi salah satu propinsi China.Ini ditunjukkan dengan akumulasi difusi kebudayaan China di antara populasi Vietnam yang menimbulkan evolusi kebudayaan DongSon,sampai abad 3 M ditemukan artefak-artefak kombinasi gaya DongSon dan Dinasti Han.

Kebudayaan Sa Huynh

Para Imigran Austronesia telah bermukim di Vietnam Selatan kira-kira 1500 SM.Mereka mengembangkan sebuah kebudayaan yang biasa dinamai dengan nama desa dimana situs pertama ditemukan.Orang-orang Austronesia ini selama berabad-abad telah melakukan kontak budaya dengan Ban Kao dan DongSon.Teknik pertanian dan metalurgi yang berkembang di Thailand Tengah dan Vietnam Utara mempengaruhi kebudayaan mereka juga.Situs-situs Sa Huynh tersebar luas di sepanjang pantai Vietnam Selatan sampai pada delta sungai Mekong.Ada dua fakta yang pantas untuk dicatat terkait hubungan kultural Sa Huynh dengan para tetangga Indo-Chinanya:
1).Sangat sedikit artefak DongSon di situs-situs Sa Huynh.
2).Situs-situs ini lebih banyak menghadirkan artefak-artefak besi daripada perunggu.
Sebaliknya DongSon lebih banyak menghasilkan artefak-artefak perunggu daripada besi.Dari ini bisa disimpulkan orang-orang Sa Huynh mungkin lebih banyak hubungan komersial dengan komunitas Thailand Tengah daripada dengan orang-orang DongSon.Mengikuti pencaplokan Tonkin oleh dinasti Han,Vietnam Tengah sejenak berada di bawah kendali China.Wilayah-wilayah utara Vietnam yang telah takluk dijadikan salah satu propinsi bernama Rinan.Akhirnya pada tahun 192 M,terjadi pemberontakan,yang berhasil mendirikan sebuah pemerintahan Sa Huynh yang merdeka di sebelah selatan Rinan yang disebut sebagai Lin Yi oleh orang-orang China.Selama berjalannya waktu,Lin Yi mengembangkan pengaruhnya sampai ke arah selatan dan timur pantai-pantai Vietnam Tengah.Kebudayaan asli Sa Huynh bertahan hingga awal millenium pertama M,saat kemudian kebudayaan ini cenderung berkiblat ke India melalui pengaruh Funan dan kemudian dikenal sebagai Champa(Cham).
Jadi disini ada dua difusi kebudayaan paleometalik ke kepulauan Indo-Melayu: apakah itu berasal dari Vietnam Utara(DongSon) atau Thailand Tengah(melalui Sa Huynh).Karena pertukaran kultural dan komersial di kepulauan itu hanya bisa dilakukan melalui laut,dan karena tidak seperti orang-orang Austronesia,belum pernah ada bukti apapun bahwa orang-orang Viet adalah para pelaut ulung,maka kesimpulannya para pelaut Austronesia lah yang mungkin lebih berperan sebagia vektor/perantara bagi kerajinan-kerajinan baru itu.Hubungan-hubungan yang kelihatannya tidak erat antara Sa Huynh dan DongSon menimbulkan teori bahwa ada lebih banyak pertukaran antara komunitas Austronesia Sa Huynh dengan Thailand Tengah daripada dengan Vietnam Utara.Kelihatannya juga kerajinan paleometalik terdifusi dari Thailand Tengah,baik sepanjang pantai semenanjung Melayu ke Sumatera dan Jawa atau langsung dari pusat-pusat Sa Huynh melalui jaringan komersial Laut China Selatan.Sedangkan difusi barang-barang perunggu DongSon dimungkinkan melalui jalur perdagangan khusus.Barang-barang ini telah menjadi barang berstatus atau barang mewah,langka yang tidak sembarangan orang mampu memilikinya.Bagi para pemimpin Austronesia kepemilikan sebuah benda bernilai seni tinggi adalah pertanda yang nyata bagi status sosial mereka,dan itu diwakili oleh barang-barang kerajinan DongSon yang paling indah dan langka.Barang status DongSon yang paling terkenal adalah kuali-kuali perunggu.Kuali-kuali ini telah digolongkan menjadi 4 type menurut seorang ahli bernama Heger.Di Indonesia hanya type 1 yang diketemukan.Kesamaan mereka adalah mereka dicor secara kesatuan dengan menerapkan metode lilin hilang(lost wax method) dan menggunakan campuran logam tembaga,timah,dan timah hitam.Timah hitam digunakan untuk mengurangi titik didih dan memungkinkan pengecoran benda-benda logam yang lebih besar.Kuali-kuali itu dihiasi dengan figur/gambar berupa sosok-sosok manusia,binatang dan rumah dalam bentuk yang geometris.Teknik pengecoran sebuah kuali dalam satu kesatuan sangatlah sukar dan perlu berabad-abad bagi para pandai besi DongSon untuk mempelajari komposisi campuran logamnya.Teknik ini tidak pernah berkembang di kepulauan Indo-Melayu dan untuk menirunya,sebuah teknik baru dikembangkan di Bali dan Jawa Timur.Kuali-kuali yang dikembangkan berbeda dengan yang di DongSon dalam dua segi,kuali-kuali ini dicor dalam dua bagian dan mereka memiliki sebuah tympanum yang menonjol keluar.Yang mewakili ini adalah kuali 'bulan Pejeng' di Bali.Dampak material dan kultural dari difusi kerajinan Paleometalik di antara komunitas Austronesia menjadi semacam titik tinggal landas yang menimbulkan perubahan sosial yang mendalam dan menandai awal suatu transisi dari komunitas agrikultural yang cukup egalitarian menjadi masyarakat yang lebih berhirarki dan lebih urban.

2 komentar: