Rabu, 09 September 2009
evolusi keris jilid 3
Bentuk keris mengalami evolusi atau perkembangan yang bertahap melewati rentang waktu yang cukup lama.Tiap era/jaman diwakili oleh bentuk keris yang berbeda.Sehingga dikenal istilah tangguh.Semula tangguh sendiri mempunyai perbedaan pengertian,jika menurut serat Centhini yang disusun pada masa kekuasaan sinuhun Paku Buwono IV mendefinisikannya dengan gaya,langgam atau ciri khas yang dimiliki oleh sebuah keris yang tidak terikat oleh era/jaman dan daerah tertentu.Keris dipelajari dari jenis/bahan besinya,pamornya,dan pasikutan/kesan yang timbul dari bentuk khas/gaya kerisnya.Namun ternyata dalam perkembangan selanjutnya,keris-keris yang mempunyai gaya/langgam yang sama terkait dengan era/jaman tertentu,dan akhirnya berhubungan juga dengan masa pemerintahan/kerajaan tertentu.Dari sini muncul generalisasi keris-keris yang mempunyai gaya garap dan besi tertentu mewakili pada masa tertentu.Definisi tangguh yang sekarang akhirnya menunjuk pada masa pembuatan keris.Akan tetapi ternyata tidak semudah yang dibayangkan,karena tidak adanya patokan/pedoman yang pasti membuat penentuan masa pembuatan keris menjadi lebih sulit,apalagi penilaiannya berdasarkan visual/penglihatan dan perabaan semata.Subyektifitas menjadi lebih menonjol,yang tentunya akan membuat beragam macam tafsiran perkiraan masa pembuatan.Dalam krisologi,ilmu tangguh menjadi cabang tersendiri yang masih terus membutuhkan inovasi dan teknologi yang terkini untuk menjawab hal/masalah periodisasi keris.Menarik untuk dipelajari dan dibutuhkan keseragaman dan kesepakatan dari para ahli terkait.Bahkan pernah diperkenalkan teknik pengujian laboratorium untuk menentukan usia besi,kandungan besi dan pamor,dan teknologi pengolahannya,yaitu dengan teknik NDTM(Non Destruktive Testing Materials).Pengujian materi/bahan dengan tidak merusakkannya diperkenalkan pertama kali oleh Ir.Haryono Arumbinang(Alm).Menurut ahli metalurgi ini,dengan mengetahui unsur-unsur penyusun keris menetapkan usia keris akan semakin mudah.Dalam penelitiannya ini,semua keris sepuh/tua yaitu sebelum abad XVIII,selalu mengandung unsur besi(Fe),arsenikum(As),titanium(Ti),timah(Sn),dan timbal(Pb).Unsur titanium diberikan oleh para empu agar keris yang dihasilkan terasa ringan kalau dipegang.Mineral ini terkandung di dalam pasir besi di pesisir pantai Pulau Jawa,sehingga mudah didapat secara lokal.Unsur timah dan timbal dipakai untuk memperkeras,menambah keuletan bahan campuran keris,dan dalam pamor keris sering nampak sebagai kilatan putih yang bervariasi.Sungguh mengagumkan jika hal ini benar adanya,ternyata para empu jaman dahulu sudah paham dan ahli dalam ilmu logam.Jika teknik penelitian ini dipakai juga untuk mempelajari tentang evolusi keris maka akan sedikit banyak membantu memudahkan kita dalam mengungkap misteri tentang keris.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar