Senin, 07 September 2009

Pisau DongSon


Menurut para ahli purbakala,keris sajen memang mirip dengan pisau DongSon dari daerah Vietnam Utara yang terkenal dengan kebudayaan perunggunya.Gambar diatas adalah pisau DongSon.Jika dilihat sepintas memang mirip,dimana pisau DongSon yang terbuat dari perunggu dengan teknik cire per due/cetak.Hulu/pegangan pisaunya berbentuk stilasi manusia,rata-rata dalam posisi berkacak pinggang,kebanyakan adalah bilahnya lurus,pendek,kedua sisinya tajam,berfungsi sebagai senjata penusuk.Perunggu sendiri terbuat dari campuran tembaga dan timah.Di Indonesia tidak mengenal kebudayaan tembaga,melainkan kebudayaan perunggu dan besi.Kedua kebudayaan ini bersamaan masanya,sehingga tidak diketahui proses transisi dari perunggu ke besi.Sehingga tidak dapat dipastikan juga apakah benar pisau DongSon ini merupakan bentuk peralihan dari keris sajen.Namun jika dikatakan bentuk pisau DongSon telah menginspirasi bentuk keris sajen,mungkin ada benarnya,karena kebudayaan DongSon telah lama berkembang maju sekitar abad ke 5 sampai pertama sebelum Masehi.Kebudayaannya menyebar ke seluruh pelosok Asia Tenggara,mulai dari wilayah IndoChina sampai Semenanjung Malaysia dan Indonesia.Diduga penyebarannya melalui jalur perdagangan dan perpindahan penduduk.Karena bentuknya yang indah,kemungkinan pisau DongSon telah beralih fungsi tidak hanya sebagai senjata tajam biasa tetapi sudah menjadi barang mewah/prestise untuk ukuran jaman dahulu.Pisau-pisau ini mungkin hanya dipunyai oleh para kepala suku/desa/kampung,yang bisa jadi juga dipakai sebagai alat legitimasi kekuasaan mereka dan dipakai sebagai perlengkapan upacara-upacara suci keagamaan.Coba sekarang kita bandingkan antara pisau DongSon dengan keris sajen.Persamaannya adalah sama-sama bisa sebagai senjata penusuk karena mempunyai sisi-sisi yang tajam,bilah dan hulu yang menyatu,serta hulunya berbentuk arca/patung manusia.Perbedaanya terletak pada bahan bakunya,pisau DongSon terbuat dari perunggu dengan teknik cetak/acire perdue,sedang keris sajen dari besi berpamor dengan teknik tempa lipat.Tidak hanya itu kalau diperhatikan,keris sajen ada yang berluk,sedangkan pisau DongSon tidak.Bentuk arca manusianya pun ada perbedaan sikap/karakter,kalau pisau DongSon rata-rata berkacak pinggang(malangkerik) sedang keris sajen rata-rata berdiri membungkuk atau berjongkok.Sepertinya ada perbedaan makna filosofis dari keduanya.Perbedaan ini jelas menggambarkan perbedaan cara pandang,budaya/kearifan lokal,dan adat istiadat setempat.Bagi manusia etnis Austronesia-Jawa,yang sangat menjunjung tinggi sifat egaliter,rendah hati,dan kompromis,menilai sikap berkacak pinggang menunjukkan sikap kesombongan diri.Jadi tidak aneh,kalau bentuk arca pada keris sajen kebanyakan dalam posisi menunduk/sangkuk suatu simbol kerendahan hati.Ternyata ada makna lainnya juga,yaitu menggambarkan 'kematian', jiwa yang pasrah,tunduk pada Sang Pencipta.Dalam perkembangannya,hulu keris sajen nantinya akan berubah menjadi hulu keris/deder yang lebih indah/estetis,diukir lebih rumit/teliti,dan lebih memiliki taksu,atau jiwa.Karena pengaruh ajaran Islam,bentuk arca juga berubah menjadi bentuk stilasi manusia dalam bentuk 'planar' yang diukir tapi tetap dalam posisi menunduk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar